Rabu, 24 Januari 2018

Kajian Hadits IKABA 31-40

*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB WUDUK*_

*HADITS KE-30 :*

*وَعَنْ حُمْرَانَ أَنَّ عُثْمَانَ دَعَا بِوَضُوءٍ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ تَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ وَاسْتَنْثَرَ ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى إلَى الْمِرْفَقِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى إلَى الْكَعْبَيْنِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ قَالَ : رَأَيْت رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَامُتَّفَقٌ عَلَيْهِ*

Dari Humran bahwa Utsman meminta air wudlu.  *Ia membasuh kedua telapak tangannya tiga kali lalu berkumur dan menghisap air dengan hidung dan menghembuskannya keluar kemudian membasuh wajahnya tiga kali. Lalu membasuh tangan kanannya hingga siku-siku tiga kali dan tangan kirinya pun begitu pula. Kemudian mengusap kepalanya lalu membasuh kaki kanannya hingga kedua mata kaki tiga kali dan kaki kirinya pun begitu pula. Kemudian ia berkata: Saya melihat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berwudlu seperti wudlu-ku ini.* Muttafaq Alaihi.

*HADITS KE 31 :*

*وَعَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - فِي صِفَةِ وُضُوءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - قَالَ : وَمَسَحَ بِرَأْسِهِ وَاحِدَةً أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُد وَأَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ وَالنَّسَائِيُّ بِإِسْنَادٍ صَحِيحٍ. بَلْ قَالَ التِّرْمِذِيُّ : إنَّهُ أَصَحُّ شَيْءٍ فِي الْبَابِ*

Dari Ali Radliyallaahu 'anhu tentang cara berwudlu Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dia berkata:  *Beliau mengusap kepalanya satu kali.*  Dikeluarkan oleh Abu Dawud. Tirmidzi dan Nasa'i juga meriwayatkannya dengan sanad yang shahih bahkan Tirmidzi menyatakan bahwa ini adalah hadits yang paling shahih pada bab tersebut.  

*Makna Hadis :*

Pengajaran secara praktikal faedahnya dapat dirasakan secara langsung dan kaedah ini mudah diterima dan diingati. Ini diperkuatkan lagi dengan teori yang disebutkan dalam buku-buku pendidikan, bahwa pakar pendidikan menganjurkan untuk melakukan sistem pengajaran seperti ini. Hadis ini menjelaskan kepada kita tentang wuduk yang pernah diperagakan oleh Khalifah Utsmam di hadapan orang ramai, agar orang yang belum faham dapat menyaksikan dan mengingatinya dengan cepat. Hadis yang diceritakan oleh 'Ali (r.a) di dalamnya terdapat tambahan keterangan yang tidak disebutkan dalam hadis Khalifah Utsman, yaitu mengusap kepala satu kali, padahal anggota lainnya sebanyak tiga kali.

*Fiqh Hadis :*

1. Telah disepakati bahwa boleh meminta tolong mendatangkan air dan hukum perbuatan ini tidak makruh. Lain halnya dengan meminta tolong untuk
membasuh anggota tubuh, maka itu dimakruhkan, kecuali kerana terdapat
alasan yang dibenarkan syariat Islam.

2. Disunahkan membasuh kedua telapak tangan sebelum memasukkannya kedalam bekas untuk mengambil air.

3. Disunahkan membasuh beberapa anggota wuduk sebanyak tiga kali. Menurut pendapat jumhur ulama, tiga kali basuhan ini hukumnya sunat, bukan wajib, kerana terdapat hadis sahih yang menegaskan bahwa Rasulullah (s.a.w)
melakukan (basuhan) wuduk sebanyak satu sekali basuhan.

4. Kedua-dua siku hendaklah dibasuh bersamaan dengan kedua tangan. Begitu pula kedua-dua mata kaki hendaklah dibasuh bersamaan dengan kedua telapak kaki, kerana ila bermakna ma'a. Pemahaman seperti ini berlandaskan kepada perbuatan Rasulullah (s.a.w).

5. Mendahulukan yang sebelah kanan ke atas sebelah kiri.

6. Wajib mengusap kepala secara mutlak, namun adakah sudah memadai menyapu sebahagian kepala atau mesti menyapunya secara keseluruhan?
Ulama berselisih pendapat dalam masalah ini. Imam Malik dan Imam Ahmad dalam suatu riwayat mengatakan bahwa wajib meratakan usapan ke seluruh kepala. Pendapat ini disukung oleh sekumpulan mazhab al-Syafi'i. Tetapi kebanyakan ulama berpendapat cukup hanya mengusap sebahagian kepala dan di antara mereka yang berpendapat demikian ialah Imam al-Syafi'i. Mereka
yang berpendapat wajib mengusap seluruh kepala mentafsirkan huruf ba' dalam firman-Nya برؤوسكم adalah shilah (penghubung). Sedangkan yang berpendapat sudah memadai mengusap sebahagian kepala mengatakan bahawa huruf ba' tersebut bermakna tab'idhiyah (sebahagian). Jadi ayat ini masih bersifat umum dan perlukan penjelasan. Ia kemudian dijelaskan oleh Sunnah bahwa mengusap sebagian kepala sudah mencukupi.

Apa yang dimaksudkan dengan “sebahagian” di sini menurut Imam Abu Hanifah ialah seperempat dari kepala, sedangkan menurut Imam al-Syafi'i batasan minimum “sebahagian” itu
selagi perbuatan itu sudah dapat dikatakan mengusap sekalipun yang diusapnya hanya sehelai rambut kepala.

7. Disyariatkan tartib (berurutan) dalam berwuduk. Imam al-Syafi'i mewajibkan tartib ini dan begitu pula Imam Ahmad. Lain halnya dengan Imam Maliki dan Imam Abu Hanifah, dimana keduanya mengatakan bahwa tartib adalah sunat.

8. Mengajar dengan cara praktek atau peragaan mampu memberi kesan dan pengaruh yang lebih mendalam dibandingkan mengajar dengan cara teori.

9. Disyariatkan mengusap kepala satu kali.

Wallahu a'lam bisshowab..

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_ Semoga bermanfaat. Aamiin..

[17/1 1:38 AM] Musthofa AB:

*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB WUDUK*_

*HADITS KE-32 :*

*وَعَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدِ بْنِ عَاصِمٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا - فِي صِفَةِ الْوُضُوءِ قَالَ : وَمَسَحَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِرَأْسِهِ فَأَقْبَلَ بِيَدَيْهِ وَأَدْبَرَ.مُتَّفَقٌ عَلَيْه*

*وَفِي لَفْظٍ لَهُمَا : بَدَأَ بِمُقَدَّمِ رَأْسِهِ حَتَّى ذَهَبَ بِهِمَا إلَى قَفَاهُ ثُمَّ رَدَّهُمَا إلَى الْمَكَانِ الَّذِي بَدَأَ مِنْهُ*

Dari Abdullah Ibnu Zain Ibnu Ashim Radliyallaahu 'anhu tentang cara berwudlu dia berkata: *Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengusap kepalanya dengan kedua tangannya dari muka ke belakang dan dari belakang ke muka.* Muttafaq Alaihi.

Lafadz lain dalam riwayat Bukhari - Muslim disebutkan: *Beliau mulai dari bagian depan kepalanya sehingga mengusapkan kedua tangannya sampai pada tengkuknya lalu mengembalikan kedua tangannya ke bagian semula.*

*Makna Hadits :*

Hadits ini menjelaskan dua cara mengusap kepala. Pertama, dimulai dari bagian belakang kepala menuju ke bagian depan, lalu memutarnya semula ke belakang. Kedua, dimulai dari bagian depan menuju ke bagian belakang kepala, lalu kembali lagi dari belakang ke depan.

*Fiqh Hadis :*

Sehubungan dengan masalah mengusap kepala, ulama di dalamnya mempunyai tiga pendapat:

1. Menurut makna zahir hadits hendaklah seseorang memulainya dari bagian depan kepala yang bersebelahan dengan batas wajah, lalu mengusapnya hingga ke tengkuk. Setelah itu usapan dikembalikan lagi ke tempat asal di
mana dia memulai usapan, yaitu hingga ke batas permulaan tumbuhnya
rambut kepala yang berdekatan dengan batas wajah.

2. Hendaklah seseorang memulai dari bagian belakang kepala, lalu
dilanjutkan ke arah bagian depan. Setelah itu dikembalikan lagu ke
arah belakang kepala. Pemahaman ini berlandaskan kepada makna zahir lafalz yang menyebutkan أقبل وأدبر “Pengertian al-iqbal ialah melakukan usapan ke arah depan kepala, sedangkan al-idbar ialah melakukan usapan ke arah belakang kepala. Gambaran seperti ini telah disebutkan pula dalam riwayat yang lain: “Baginda memulai dari bagian belakang kepalanya.”

3. Hendaklah seseorang memui usapan dari ubun-ubun, lalu menuju ke
bagian depan kepala. Setelah itu diteruskan ke bagian belakang kepala
dan kembali lagi ke arah semula di mana dia memulai usapan (yaitu
ubun-ubun). Ulama yang mengatakan demikian bertujuan memelihara
pengertian yang terkandung di dalam kalimat: “Baginda memui dari bagian depan kepalanya.” Pendapat ketiga ini sesuai dengan pemahaman lafadz أقبل yang artinya memui usapannya dari belakang ke depan bagian kepala.

Tujuan ketiga-tiga pendapat ini ialah meratakan kepala dengan usapan dan ia termasuk perbuatan di mana seseorang diperbolehkan memilih salah satu di antara ketiga-tiga pendapat tersebut.

Wallahu a'lam bisshowab..

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_ Semoga bermanfaat. Aamiin..

[18/1 12:50 AM] Musthofa AB:

*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB WUDUK*_

*HADITS KE-33 :*

*وَعَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا - فِي صِفَةِ الْوُضُوءِ - قَالَ : ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ وَأَدْخَلَ إصْبَعَيْهِ السَّبَّاحَتَيْنِ فِي أُذُنَيْهِ وَمَسَحَ بِإِبْهَامَيْهِ ظَاهِرَ أُذُنَيْهِ أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُد وَالنَّسَائِيُّ. وَصَحَّحَهُ ابْنُ خُزَيْمَةَ*

Dari Abdullah Ibnu Amr Radliyallaahu 'anhu tentang cara berwudlu ia berkata: *Kemudian beliau mengusap kepalanya dan memasukkan kedua jari telunjuknya ke dalam kedua telinganya dan mengusap bagian luar kedua telinganya dengan ibu jarinya.* Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Nasa'i. Ibnu Khuzaimah menggolongkannya hadits shahih.

*Makna Hadis :*

Hadits ini menjelaskan gambaran berwuduk sekali gus menerangkan perkara-perkara yang tidak disebutkan di dalam hadits yang sebelumnya, yaitu penjelasan mengenai cara mengusap kedua telinga. Caranya ialah mengusap bagian luar dan bagian dalam kedua daun telinga dengan air yang bukan dari air bekas mengusap kepala, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits al-Baihaqi.

*Fiqh Hadis :*

Hadits ini menceritakan gambaran berwuduk disertai dengan tambahan cara mengusap kedua daun telinga bagian luar dan bagian dalamannya. Jumhur ulama mengatakan bahwa mengusap kedua daun telinga hukumnya sunat. Imam Ahmad berkata: “Kedua daun telinga termasuk bagian dari kepala dan oleh kerananya, kedua-duanya diusap bersamaan dengan pengusapan kepala, dan hukumnya wajib kerana berlandaskan kepada sabda Nabi (s.a.w): الأذنان من الرأس  “Kedua-dua daun telinga termasuk bagian dari kepala.” Hadits ini disebut oleh Ibnu Majah.

Wallahu a'lam bisshowab..

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_ Semoga bermanfaat. Aamiin..

[18/1 11:13 PM] Musthofa AB:

*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB WUDUK*_

*HADITS KE-34 :*

*وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ نَوْمِهِ فَلْيَسْتَنْثِرْ ثَلَاثًا فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَبِيتُ عَلَى خَيْشُومِهِ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ*

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:  *"Apabila seseorang di antara kamu bangun dari tidur maka hendaklah ia menghisap air ke dalam hidungnya tiga kali dan menghembuskannya keluar karena setan tidur di dalam rongga hidung itu."* Muttafaq Alaihi.

*Makna Hadis :*

```Syaitan mengalir di dalam tubuh manusia melalui peredaran darah. Ia menguasai jiwa pada waktu berjaga maupun pada waktu tidur. Syaitan duduk di bagian atas lubang hidung, kerana lubang hidung merupakan jalan yang tembus ke hati dan tidak mempunyai penutup seperti yang ada pada kedua-dua telinga. Oleh itu,
hidung merupakan tempat duduk syaitan, sedangkan kedua-dua telinga merupakan tempat kencing syaitan seperti yang telah dijelaskan dalam hadis yang lain. Hidung pun merupakan tempat cecair dan kotoran berhimpun dan oleh kerananya, amalan istintsar ini sangat tepat untuk dilakukan. Cara menghalau syaitan dalam keadaan hina dan rendah supaya tidak duduk di dalamnya ialah dengan cara ber-istintsar.```

*Fiqh Hadis :*

Disunahkan melakukan istintsar ketika bangun dari tidur. Maksud tidur dalam hadis ini ialah tidur pada waktu malam hari kerana disimpulkan dari lafaz
setelahnya mengatakan يبيت (menginap). Menurut jumhur ulama, ber-istintsar sesudah bangun tidur adalah sunat kerana berlandaskan kepada sabda Nabi (s.a.w) kepada seorang Arab badwi: *“Berwuduklah sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Allah kepadamu!”* Perintah dalam hadits ini menunjukkan sunat. Tetapi Imam Ahmad dan sekumpulan ulama yang lain mengatakan wajib ber-istintsar kerana berlandaskan kepada makna dzahir perintah dalam hadits itu.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_ Semoga bermanfaat. Aamiin..

[20/1 2:19 AM] Musthofa AB:

*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB WUDUK*_

*HADITS KE-35 :*

*وَعَنْهُ إذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ نَوْمِهِ فَلَا يَغْمِسْ يَدَهُ فِي الْإِنَاءِ حَتَّى يَغْسِلَهَا ثَلَاثًا فَإِنَّهُ لَا يَدْرِي أَيْنَ بَاتَتْ يَدُهُ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ وَهَذَا لَفْظُ مُسْلِمٍ*

Dari dia pula:  *"Apabila seseorang di antara kamu bangun dari tidurnya maka janganlah ia langsung memasukkan tangannya ke dalam tempat air sebelum mencucinya tiga kali terlebih dahulu sebab ia tidak mengetahui apa yang telah dikerjakan oleh tangannya pada waktu malam."* Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut riwayat Muslim.

*Makna Hadis :*

```Jika seseorang tidur, dia tentu tidak mengetahui keadaan dirinya; barangkali auratnya terbuka ketika tidur, lalu tangannya memegangnya. Syariat Islam menyuruh kita supaya membasuh kedua tangan sebanyak tiga kali sebaik bangun dari tidur sebelum memasukkan tangan tersebut ke dalam bejana, lebih-lebih lagi tidur pada waktu malam hari.```

*Fiqh Hadis :*

1. Jika najis masuk ke dalam air yang sedikit, maka air tersebut menjadi najis.

2. Wujudnya perbedaan antara masuknya air ke dalam najis dan masuknya najis ke dalam air, kerana Rasulullah (s.a.w) melarang dari memasukkan tangan orang yang baru bangun dari tidurnya ke dalam air, sebaliknya baginda menyuruh supaya mengalirkan air ke tangannya. Dengan arti kata lain, membasuhnya sebelum memasukkan tangan ke dalam bekas yang berisi air.

3. Disunatkan membasuh kedua tangan sebanyak tiga kali menurut pendapat
jumhur ulama. Tetapi Imam Ahmad mengatakan wajib membasuh keduanya sebanyak tiga kali ketika bangun dari tidur. Beliau menyatakan wajib bagi orang yang tidur pada waktu malam hari kerana berlandaskan makna yang tersirat pada lafaz “باتت .“Larangan ini menurut pendapat Imam Ahmad
menunjukkan makna haram dan secara khusus bagi yang baru bangun dari
tidur malam hari. Sedangkan menurut jumhur ulama, larangan ini hanya
menunjukkan makna makruh, kerana 'illatnya ialah adanya kemungkinan
terkena najis, sedangkan kemungkinan itu tidak dapat memberikan kepastian
haram.

4. Senantiasa bersikap berhati-hati dan menggunakan kata-kata kiasan terhadap perkara yang dianggap malu apabila disebutkan secara terus terang. Di sini Rasulullah (s.a.w) tidak mengatakan: “Barangkali tangannya telah menyentuh dubur atau lain-lain yang seumpamanya.”

5. Disunatkan berpegang teguh dengan etika dalam mentafsirkan al-Qur‟an dan hadits serta mengelakkan diri dari perkara-perkara yang bertentangan
dengan etika, seperti berbicara kotor, tidak melaksanakan perintah agama dan memperolok dalam memahami kalimat “أين باتت يده".

Wallahu a'lam bisshowab..

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_ Semoga bermanfaat. Aamiin..

[21/1 12:26 AM] Musthofa AB:

*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB WUDUK*_

*HADITS KE-36 :*

*وَعَنْ لَقِيطِ بْنِ صَبِرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسْبِغْ الْوُضُوءَ وَخَلِّلْ بَيْنَ الْأَصَابِعِ وَبَالِغْ فِي الِاسْتِنْشَاقِ إلَّا أَنْ تَكُونَ صَائِمًا أَخْرَجَهُ  الْأَرْبَعَةُ وَصَحَّحَهُ ابْنُ خُزَيْمَةَ*

*وَلِأَبِي دَاوُد فِي رِوَايَةٍ إذَا تَوَضَّأْت فَمَضْمِضْ*

Laqith Ibnu Shabirah Radliyallaahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:  *"Sempurnakanlah dalam berwudlu usaplah sela-sela jari dan isaplah air ke dalam hidung dalam-dalam kecuali jika engkau sedang berpuasa."* Riwayat Imam Empat dan hadits shahih menurut Ibnu Khuzaimah.

Menurut riwayat Abu Dawud:  *"Jika engkau berwudlu berkumurlah."*

*Makna Hadis :*

```Syariat Islam memerintahkan kita ketika berwuduk supaya melakukannya dengan betul dan sempurna dan memastikan anggota wuduk yang tidak dapat kelihatan secara dzahir terbasuh seperti celah-celah yang ada di antara jari-jemari. Ia mesti diambil berat dan dipastikan yang air masuk ke dalamnya sekaligus membersihkannya. Demikian pula diperintahkan agar dalam ber-istinsyaq kita melakukannya dengan kuat dengan memasukkan air ke dalam lubang hidung. Semua itu dilakukan demi menyempurnakan wuduk.```

*Fiqh Hadis :*

1. Disunatkan menyempurnakan wuduk dengan meratakan air ke seluruh
anggota tubuh yang wajib dibasuh dan diusap.

2. Dianjurkan mencela-celahi jari-jemari agar air sampai ke bahagian dalam
celah-celahnya.

3. Dianjurkan ber-mubalaghah dalam ber-istinsyaq kecuali bagi orang yang
sedang berpuasa karena air dikhawatirkan masuk ke dalam tenggorokan dan bisa membatalkan puasa.

4. Dianjurkan berkumur-kumur ketika berwuduk. Jumhur ulama berpendapat, hukumnya sunat, sedangkan menurut sekumpulan ulama yang lain, wajib dan inilah pendapat yang masyhur dari Imam Ahmad. Menurut Imam Abu
Hanifah, wajib berkumur-kumur dan istinsyaq hanya ketika mandi bukan
ketika berwuduk.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_ Semoga bermanfaat. Aamiin..

[21/1 10:45 PM] Musthofa AB:

*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB WUDUK*_

*HADITS KE-37 :*

*وَعَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُخَلِّلُ لِحْيَتَهُ فِي الْوُضُوءِ.أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ وَصَحَّحَهُ ابْنُ خُزَيْمَةَ*

Dari Utsman Radliyallaahu 'anhu bahwa  *Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menyela-nyelai jenggotnya dalam berwudlu.* Dikeluarkan oleh Tirmidzi. Hadits shahih menurut Ibnu Khuzaimah.

*Makna Hadis :*

```Rasulullah (s.a.w) adalah seorang yang berjanggut lebat dan baginda senantiasa mencelah-celahinya ketika berwuduk dan mandi supaya air sampai kepada kulit dibalik janggutnya itu. Nabi (s.a.w) melakukan demikian untuk menyempurnakan wuduk di samping sebagai satu ketetapan syariat bagi umatnya agar mereka mengikuti jejaknya dan menempuh jalan yang lurus. Semoga Allah memberikan
manfaat kepada kita melalui sunnahnya dan menjadikan kita termasuk orang yang mau mendengar perkataan dan mengikuti yang paling baik di antaranya.```

*Fiqh Hadis :*

1. Disyariatkan mencelah-celah janggut dengan memasukkan air melalui jari-jemari diantara bulu janggut. Ini dilakukan jika seseorang berjanggut lebat hingga kulitnya pun tidak nampak kelihatan.

2. Diwajibkan mencelah-celah janggut jika janggut seseorang itu nipis, sebab
menyampaikan air ke kulit yang ada pada bagian bawah janggutnya itu
wajib.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_ Semoga bermanfaat. Aamiin..

[22/1 11:10 PM] Musthofa AB:

*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB WUDUK*_

*HADITS KE-38 :*

*وَعَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدٍ قَالَ : إنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَى بِثُلُثَيْ مُدٍّ فَجَعَلَ يَدْلُكُ ذِرَاعَيْهِأَخْرَجَهُ أَحْمَدُ وَصَحَّحَهُ ابْنُ خُزَيْمَةَ*

Abdullah ibnu Zaid berkata:  *Bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah diberi air sebanyak dua pertiga mud lalu beliau gunakan untuk menggosok kedua tangannya.* Dikeluarkan oleh Ahmad dan dinilai shahih oleh Ibnu Khuzaimah.

*Makna Hadis :*

```Berlebihan dalam menggunakan air sama dengan membazirkan harta dan perbuatan Rasulullah (s.a.w) adalah syariat bagi umatnya. Baginda pernah berwuduk dengan menggunakan air yang sedikit di mana isinya satu pertiga rithl. Air itu baginda gosokkan dengan tangannya ke seluruh anggota wuduk dan setiap tempat yang tersembunyi agar semuanya terkena air. Ukuran tersebut bukanlah batasan minimum, sebaliknya ia hanya berlandaskan perkiraan apabila dikaitkan dengan orang yang besar badannya sama dengan badan Nabi (s.a.w). Oleh itu, kadar atau jumlah air yang digunakan berbeza antara seorang dengan orang lain mengikut keadaan mereka masing-masing.```

*Fiqh Hadis :*

1. Tidak boleh berlebihan dalam menggunakan air ketika berwuduk.

2. Disyariatkan menggosok anggota tubuh ketika berwuduk. Menurut jumhur ulama, hukumnya sunat. Menurut mazhab Maliki, hukumnya fardu kerana mereka berpendapat bahwa menggosok termasuk ke dalam pengertian al-ghusl (membasuh) dalam istilah bahasa.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_ Semoga bermanfaat. Aamiin..

[24/1 12:28 AM] Musthofa AB:

*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB WUDUK*_

*HADITS KE-39 :*

*وَعَنْهُ أَنَّهُ رَأَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْخُذُ لِأُذُنَيْهِ مَاءً غَيْرَ الْمَاءِ الَّذِي أَخَذَهُ لِرَأْسِهِ. أَخْرَجَهُ الْبَيْهَقِيُّ وَهُوَ عِنْدَ مُسْلِمٍ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ بِلَفْظِ : وَمَسَحَ بِرَأْسِهِ بِمَاءٍ غَيْرِ فَضْلِ يَدَيْهِ وَهُوَ الْمَحْفُوظُ*

Dari dia pula:  *bahwa dia pernah melihat Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengambil air untuk mengusap kedua telinganya selain air yang beliau ambil untuk mengusap kepalanya.* Dikeluarkan oleh Baihaqi. Menurut riwayat Muslim disebutkan:  *Beliau mengusap kepalanya dengan air yang bukan sisa dari yang digunakan untuk mengusap kedua tangannya. Inilah yang mahfudh.*

*Makna hadits :*

```Imam al-Syafi‟i rahimahullah telah menjadikan hadis ini sebagai dalil bahawa kedua-dua telinga tidak termasuk bahagian dari kepala. Seandainya kedua telinga itu termasuk bahagian dari kepala, tentu Rasulullah (s.a.w) tidak mengambil air yang baru untuk mengusap keduanya. Mengusap kedua-dua telinga dengan menggunakan sisa air mengusap kepala yang telah ditetapkan oleh hadis yang lain menjelaskan bahawa perbuatan sedemikian dibolehkan.```

*Fiqh Hadis :*

1. Disyaratkan mengambil air yang baru untuk mengusap kepala, kerana tidak
cukup hanya dengan menggunakan air yang tersisa pada kedua tangannya
setelah membasuh kedua tangan.

2. Disyaratkan mengambil air yang baru untuk mengusap kedua-dua telinga,
bukan dengan sisa air yang ada pada kedua tangan setelah mengusap kepala.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_ Semoga bermanfaat. Aamiin..
[24/1 10:54 PM] Musthofa AB: *السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB WUDUK*_

*HADITS KE-40 :*

*وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : سَمِعْت رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : إنَّ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنْ أَثَرِ الْوُضُوءِ فَمَنْ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يُطِيلَ غُرَّتَهُ فَلْيَفْعَلْ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ وَاللَّفْظُ  لِمُسْلِمٍ*

Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: *"Sesungguhnya umatku akan datang pada hari kiamat dalam keadaan wajah dan tangan yang berkilauan dari bekas wudlu. Maka barangsiapa di antara kamu yang dapat memperpanjang kilauannya hendaklah ia mengerjakannya."* Muttafaq Alaihi menurut riwayat Muslim.

*Makna Hadis :*

```Umat Nabi Muhammad (s.a.w) mempunyai keutamaan dan keistimewaan yang lebih dibandingkan umat-umat lain di dunia dan akhirat. Di dunia mereka mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya, sedangkan di akhirat memancarkan cahaya yang berkilauan dari wajah, tangan serta kaki mereka. Ini menunjukkankeutamaan berwuduk, sunat ber-mubalaghah dalam menyempurnakan wuduk dan melengkapinya dengan sunat-sunatnya.```

*Fiqh Hadis :*

Disunatkan menyempurnakan wuduk untuk memperpanjang ghurrah dan tahjil, kerana ia merupakan perhiasan dan keindahan bagi seorang mukmin kelak pada hari kiarnat. Ghurrah dan tahjil merupakan salah satu dari keistimewaan umat Nabi Muhammad (s.a.w). Lain halnya dengan berwuduk, kerana ia tidak hanya dikhususkan kepada mereka. Apa yang dimaksudkan dengan menyempurnakan wuduk adalah melebihkan basuhan dan usapan dari batas yang telah diwajibkan.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_
Semoga bermanfaat. Aamiin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar