Rabu, 13 Maret 2019

Kajian Hadits IKABA Jilid II, 21-30

*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

*《JILID KE II (DUA)》*

_*BAB SHALAT JUM'AT*_

*HADITS KE 21 :*

*وَعَنْ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ: ( إِنَّ طُولَ صَلَاةِ اَلرَّجُلِ, وَقِصَرَ خُطْبَتِهِ مَئِنَّةٌ مِنْ فِقْهِهِ )  رَوَاهُ مُسْلِمٌ*

_Ammar Ibnu Yasir Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya lamanya sholat seseorang dan pendek khutbahnya adalah pertanda akan pemahamannya (yang mendalam)." Riwayat Muslim._

*MAKNA HADITS :*

```Nabi (s.a.w) menjelaskan bahwa bukti yang menunjukkan kealiman seorang lelaki yang mengerjakan sholat itu ada dua. Pertama, sholat yang dikerjakannya dalam
waktu yang lama, tetapi tidak sampai melebihi batasan waktu yang dilarang atau membuat mudarat kepada para makmum yang berada di belakangnya. Kedua, khutbah yang disampaikannya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi isinya padat, gaya bahasanya jelas, mampu mendatangkan kesan di dalam hati para pendengar dan dapat meresap ke dalam kalbu mereka. Tingkatan khutbah yang paling hebat ini dapat dilakukan oleh Nabi (s.a.w), karena baginda dianugerahkan jawami’ al-
kalim. Tingkatan khutbah bagi orang selain baginda adalah berbeda-beda antara satu sama lain tergantung bakat para khatib masing-masing.```

*FIQH HADITS :*

1. Khutbah hendaklah dilakukan secara singkat, tetapi mengandung nasehat-nasehat yang mampu menyentuh hati.

2. Dianjurkan memperpanjang waktu pelaksanaan sholat selagi tidak menyusahkan makmum. Salah satu keistimewaan Rasulullah (s.a.w) ialah baginda dianugerahkan jawami’al-kalim.

3. Menjelaskan tanda kepandaian seorang lelaki.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..
*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

*《JILID KE II (DUA)》*

_*BAB SHALAT JUM'AT*_

*HADITS KE 22 :*

*وَعَنْ أُمِّ هِشَامٍ بِنْتِ حَارِثَةَ رَضِيَ الله عَنْهَا قَالَتْ: ( مَا أَخَذْتُ: "ق وَالْقُرْآنِ الْمَجِيدِ", إِلَّا عَنْ لِسَانِ رَسُولِ الله صلى الله عليه وسلم يَقْرَؤُهَا كُلَّ جُمُعَةٍ عَلَى الْمِنْبَرِ إِذَا خَطَبَ النَّاسَ )  رَوَاهُ مُسْلِمٌ*

_Ummu Hisyam Binti Haritsah Ibnu Al-Nu'man Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku tidak menghapal (Qof. Walqur'anil Majiid kecuali dari lidah Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam yang beliau baca setiap Jum'at di atas mimbar ketika berkhutbah di hadapan orang-orang. Riwayat Muslim._

*MAKNA HADITS :*

```Dalam menyampaikan khutbah Jum'at, Rasulullah (s.a.w) memilih surah-surah yang memuat penjelasan tentang hari bangkit, kematian, nasehat dan berita
ancaman agar para sahabat mau mengambil pelajaran darinya dan mereka bersiap sedia menyambut hari akhirat.```

*FIQH HADITS :*

1. Disyariatkan membaca Al-Qur’an ketika menyampaikan khutbah. Imam al-Syafi’i menganggapnya sebagai wajib.

2. Mengulangi nasehat dan pelajaran semasa dalam khutbah.

3. Perhatian yang besar kaum wanita pada zaman permulaan Islam dimana mereka mau mendengar, menghafal dan menukil Sunnah Nabi (s.a.w) dalam setiap kesempatan.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..
*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

*《JILID KE II (DUA)》*

_*BAB SHALAT JUM'AT*_

*HADITS KE 23 :*

*وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ الله عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم ( مَنْ تَكَلَّمَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ فَهُوَ كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا, وَاَلَّذِي يَقُولُ لَهُ: أَنْصِتْ, لَيْسَتْ لَهُ جُمُعَةٌ )  رَوَاهُ أَحْمَدُ, بِإِسْنَادٍ لَا بَأْسَ بِهِ وَهُوَ يُفَسِّرُ حَدِيْثَ أَبَى هُرَيْرَةَ فِى الصَّحِحَيْنِ مَرْفُوْعًا إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ: أَنْصِتْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالْإِمَامِ يَخْطُبُ, فَقَدْ لَغَوْتَ*

_Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa berbicara pada sholat Jum'at ketika imam sedang berkhutbah, maka ia seperti keledai yang memikul kitab-kitab. Dan orang yang berkata: Diamlah, tidak ada Jum'at baginya." Diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad tidak apa-apa, sebab ia menafsirkan hadits Abu Hurairah yang marfu' dalam shahih Bukhari-Muslim.
"Jika engkau berkata pada temanmu "diamlah" pada sholat Jum'at sedang imam sedang berkhutbah, maka engkau telah sia-sia."_

*MAKNA HADITS :*

```Rasulullah (s.a.w) menginginkan sholat Jum'at dilakukan dalam suasana yang tenang dan tenteram disertai dengan kedisiplinan yang tinggi dan kesopanan yang luhur.
Seseorang yang berbicara kepada teman duduk yang berada di sisinya ketika khutbah sedang disampaikan oleh imam, dia tidak memperoleh ganjaran pahala
Jum'at dan keutamaannya, karena dia telah melakukan perbuatan yang merusak etika Jum'at serta menyia-nyiakan fadhilah sholat Jum'at karena tidak mau
belajar hukum-hukum yang disampaikan dalam khutbah. Ini karena seandainya dia mengatakan: “Diam”, kemudian orang lain mengatakan pula perkara yang serupa, niscaya setiap orang akan berusaha untuk menyuruh orang lain berdiam,
sehingga khutbah imam tidak lagi didengar dan hilanglah tujuan utama berhimpun untuk mengerjakan sholat Jum'at, yaitu menciptakan keharmonian, saling mengenal antara satu sama lain dan memahami agama serta hukum-hukumnya. Atas dasar
faktor-faktor inilah yang mendorong Rasulullah (s.a.w) mengeluarkan satu hukum ke atas orang yang berbicara ketika khutbah sedang disampaikan, bahwa dia telah berbuat lagha dan barang siapa yang berbuat lagha, bererti dia tidak memperoleh
ganjaran pahala Jum'at.```

*FIQH HADITS :*

Haram berbicara walau apapun keadaannya ketika khutbah sedang disampaikan, meskipun seseorang itu tidak mendengarnya menurut Imam Malik. Mazhab Hanafi
mengatakan bahwa berbicara ketika khutbah sedang disampaikan hukumnya
makruh tahrim, meskipun seseorang itu tidak mendengar khutbah. Imam Ahmad
berkata: “Berbicara itu haram bagi orang yang berdekatan dengan khatib, tetapi tidak bagi orang yang berjauhan dengan khatib.”
Mazhab al-Syafi’i menegaskan berbicara ketika khatib sedang berkhutbah hukumnya makruh tanzih bagi orang yang mendengarnya, sedangkan bagi orang yang tidak mendengarnya tidaklah dimakruhkan. Ketentuan yang telah disebutkan diatas berlaku apabila tidak dalam keadaan darurat yang menuntut seseorang bercakap, misalnya mengingatkan orang lain yang ada kalajengking dan lain-lain
sebagainya yang berbahaya. Tetapi jika ada sesuatu yang menuntut seseorang berbicara, maka hukumnya menjadi wajib misalnya mencegah perbuatan mungkar.
Adakalanya pula berbicara itu disunatkan, misalnya menjawab salam, mendoakan orang yang bersin, membaca sholawat ke atas Nabi (s.a.w) apabila nama baginda
disebutkan, berdo'a memohon surga dan meminta perlindungan kepada Allah daripada sesuatu yang apabila disebut namanya kita disuruh berbuat demikian.

Adapun khutbah selain khutbah Jum'at, maka tidak seorang ulama pun yang berselisih pendapat bahwa berdiam mendengarkannya adalah disunatkan.
Berbicara ketika imam sedang duduk di atas mimbar atau sedang berada di antara dua khutbah atau sesudah dia menyelesaikan khutbah terakhir dan hendak
memulau pelaksanaan sholat, maka hukumnya diperbolehkan.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..
*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

*《JILID KE II (DUA)》*

_*BAB SHALAT JUM'AT*_

*HADITS KE 24 :*

*وَعَنْ جَابِرٍ قَالَ: ( دَخَلَ رَجُلٌ يَوْمَ الْجُمُعَةِ, وَالنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَخْطُبُ . فَقَالَ: صَلَّيْتَ؟ قَالَ: لَا قَالَ: قُمْ فَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ )  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ*

_Jabir Radliyallaahu 'anhu berkata: Ada seorang laki-laki masuk pada waktu sholat Jum'at di saat Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sedang berkhutbah. Maka bertanyalah beliau: "Engkau sudah sholat?" Ia menjawab: Belum. Beliau bersabda: "Berdirilah dan sholatlah dua rakaat." Muttafaq Alaihi._

*MAKNA HADITS :*

```Jabir (r.a) menceritakan suatu peristiwa yang dialami oleh Nabi (s.a.w) ketika baginda sedang menyampaikan khutbah pada hari Jum'at. Ketika Nabi (s.a.w)
dalam keadaan demikian, masuklah seseorang yang dikenali dengan nama Sulaik al-Ghathfani; dia terus duduk dan tidak mengerjakan sholat tahiyyatul masjid. Nabi (s.a.w) menyerunya seraya bersabda: “Sudahkah engkau mengerjakan sholat?” Sulaik menjawab: “Belum.” Maka Nabi (s.a.w) menyuruhnya berdiri dan
mengerjakan sholat dua rakaat sebagai penghormatan terhadap masjid.```

*FIQH HADITS :*

1. Perintah dan larangan yang boleh dilakukan oleh khatib ketika sedang menyampaikan khutbah di samping boleh menjelaskan hukum-hukum yang diperlukan dan ini tidak memutuskan khutbah yang mesti disampaikan secara bersambung, karena semua itu termasuk bagian daripada
khutbah.

2. Disyariatkan mengerjakan sholat dua rakaat bagi orang yang memasuki masjid sebagai menghormatinya. Imam al-Syafi’i berkata: “Mengerjakan
sholat tahiyyatul masjid disyariatkan pada setiap waktu, meskipun ketika khutbah Jum'at sedang disampaikan dan masuk ke dalam masjid secara dilakukan berulang kali.” Beliau mentafsirkan hadis-hadis yang melarang
sholat sesudah fajar hingga matahari terbit, dan sholat sesudah Asar hingga matahari tenggelam hanya khusus bagi sholat yang tidak mempunyai sebab-sebab yang mendahuluinya. Beliau berkata: “Rasulullah
(s.a.w) belum pernah meninggalkan sholat tahiyyatul masjid walau dalam keadaan apapun. Baginda yang ketika itu sedang menyampaikan khutbah malah menyuruh lelaki yang baru masuk ke dalam masjid itu berdiri untuk mengerjakan sholat dua rakaat. Seandainya Rasulullah (s.a.w)
tidak menganggapnya penting, niscaya baginda tidak menyuruh lelaki itu mengerjakan sholat ketika sedang berkhutbah.”

Imam Malik berkata: “Mengerjakan sholat tahiyyatul masjid pada waktu-waktu yang dilarang adalah makruh. Sedangkan ketika khutbah sedang disampaikan, matahari sedang terbit, dan matahari sedang tenggelam, maka hukumnya haram.” Beliau berkata lagi: “Jika seseorang berulang kali
masuk ke dalam masjid, maka mencukupi baginya sholat yang pertama, tetapi dengan syarat dia kembali masuk ke dalam masjid dalam waktu yang tidak terlampau lama mengikuti ukuran tradisi. Jika kembali masuk ke dalam masjid dalam waktu yang lama, maka dia disunatkan mengulangi semula
sholat tahiyyatul masjid itu.”

Imam Abu Hanifah memandang makruh mengerjakan sholat tahiyyatul masjid pada waktu-waktu yang dilarang dan ketika khatib sedang berkhutbah. Solat tahiyyatul masjid tidak boleh dilakukan secara berulang
kali, sekalipun seseorang itu keluar masuk masjid secara berulang kali, tetapi sudah mencukupi baginya melakukannya satu kali dalam sehari.

Imam Ahmad berkata: “Sholat tahiyyatul masjid disunatkan bagi setiap orang yang memasukinya pada waktu-waktu yang tidak dimakruhkan sebelum dia duduk dan dalam keadaan telah bersuci, sekalipun dia memasuki masjid secara berulang kali apabila dia bukan khatib yang masuk ke dalam masjid untuk menyampaikan khutbah, bukan pula orang
yang masuk ke dalamnya untuk mengerjakan sholat hari raya, dan bukan pula pengurus masjid yang berulang kali masuk ke dalamnya.”

Ulama berselisih pendapat dalam waktu sholat tahiyyatul masjid
habis waktunya karena duduk ataupun sebaliknya.

Imam Malik dan Imam Abu Hanifah berkata: “Waktu sholat tahiyyatul masjid masih belum terlewatkan karena duduk, meskipun dalam waktu yang agak lama, tetapi duduk sebelum melakukan sholat tahiyyatul masjid adalah dimakruhkan.” Kedua ulama ini melandaskan pendapatnya kepada hadis ini dimana Rasulullah (s.a.w) menyuruh lelaki tersebut untuk mengerjakan sholat tahiyyatul masjid, padahal lelaki itu sudah duduk.

Imam Ahmad berkata: “Waktu sholat tahiyyatul masjid telah terlewatkan karena duduk dalam waktu yang agak lama, namun tidak demikian apabila seseorang itu duduk dalam waktu yang agak singkat.”

Imam al-Syafi’i mempunyai pendapat yang memperincikan lagi masalah duduk ini. Beliau berkata: “Apabila duduk karena tidak sengaja atau lupa, maka waktu sholat tahiyyatul masjid tidak terlewatkan. Namun apabila duduk karena selain itu, maka waktu sholat terlewatkan.

Menurut Imam Malik, seseorang yang berjalan melewati masjid tidak disunatkan mengerjakan sholat tahiyyatul masjid, sedangkan menurut pendapat jumhur ulama, dia tetap disunatkan untuk mengerjakannya.

3. Ulama bersepakat bahwa masjid merupakan syarat untuk mengerjakan sholat Jum'at mengingat sholat tahiyyatul masjid tidak disyariatkan kecuali di dalam masjid.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..
*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

*《JILID KE II (DUA)》*

_*BAB SHALAT JUM'AT*_

*HADITS KE 25 :*

*وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ( أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَقْرَأُ فِي صَلَاةِ الْجُمُعَةِ سُورَةَ الْجُمُعَةِ, وَالْمُنَافِقِينَ )  رَوَاهُ مُسْلِم ٌ 
وَلَهُ: عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ: ( كَانَ يَقْرَأُ فِي الْعِيدَيْنِ وَفِي الْجُمُعَةِ: بِـ "سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى, وَ: هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ" )*

_Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pada sholat Jum'at biasanya membaca surat al-Jumu'ah dan al-Munafiqun. Diriwayatkan oleh Muslim.
Dalam riwayatnya pula (Muslim) bahwa Nu'man Ibnu Basyir Radliyallaahu 'anhu berkata: Biasanya beliau pada sholat dua 'Id dan Jum'at membaca (Sabbihisma rabbikal a'laa) dan (Hal ataaka haditsul ghoosyiyah)._

*MAKNA HADITS :*

```Rasulullah (s.a.w) sering membaca Surah al-Jumu’ah pada rakaat pertama sholat Subuh setiap hari Jum'at dan pada rakaat yang kedua Surah al-Munafiqun. Baginda melakukan demikian karena di dalam surah pertama yakni Surah al-Jumu’ah itu memuat hukum-hakam yang berkaitan dengan sholat Jum'at dan pujian
kepada kaum mukminin serta menjelaskan keutamaan Rasulullah (s.a.w) yang berperan membacakan ayat-ayat-Nya, menyucikan mereka dan mengajarkan al-Kitab dan Sunnah kepada mereka. Sedangkan di dalam surah kedua yakni
Surah al-Munafiqun memuat celaan bagi kaum munafik karena mereka tidak mau bertaubat dan enggan beriman kepada Rasulullah (s.a.w) supaya baginda
memohonkan ampunan kepada Allah (s.w.t) di atas kesalahan yang mereka lakukan. Nabi (s.a.w) seringkali membaca Surah al-A’la dan Surah al-Ghasyiyah ketika
mengerjakan sholat Jum'at mengingat kedua surah itu memuatkan ilmu, kebaikan, mengingatkan kepada keadaan akhirat dan janji serta ancaman Allah (s.w.t).```

*FIQH HADITS :*

1. Disunatkan membaca Surah al-Jumu’ah pada rakaat pertama sholat Subuh pada hari Jum'at mengingat di dalam surah al-Jumu’ah itu terkandung
anjuran untuk berzikir mengingati Allah.

2. Disunatkan membaca Surah al-Munafiqun pada rakaat kedua sholat Subuh pada hari Jum'at mengingat di dalamnya terkandung pelajaran-pelajaran penting, terutama sekali yang terdapat di dalam firman-Nya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَن ذِكْرِ اللَّهِ (٩)

“Hai orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu membuat kamu lalai daripada mengingat Allah…” (Surah al-Munafiqun: 9)

3. Disunatkan membaca Surah al-A’la dan al-Ghasyiyah pada sholat dua hari raya dan hari Jum'at memandangkan di dalam kedua surat itu terkandung keadaan atau peristiwa hari akhirat.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..
*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

*《JILID KE II (DUA)》*

_*BAB SHALAT JUM'AT*_

*HADITS KE 26 :*

*وَعَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ رضي الله عنه قَالَ: ( صَلَّى النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم الْعِيدَ, ثُمَّ رَخَّصَ فِي الْجُمُعَةِ, فَقَالَ: "مَنْ شَاءَ أَنْ يُصَلِّيَ فَلْيُصَلِّ" )  رَوَاهُ اَلْخَمْسَةُ إِلَّا التِّرْمِذِيَّ، وَصَحَّحَهُ ابْنُ خُزَيْمَة*

_Zaid Ibnu Arqom Radliyallaahu 'anhu berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sholat 'Id, kemudian beliau memberi keringanan untuk sholat Jum'at, lalu bersabda: "Barangsiapa hendak sholat, sholatlah." Riwayat Imam Lima kecuali Tirmidzi. Hadits shahih menurut Ibnu Khuzaimah._

*MAKNA HADITS :*

```Agama itu mudah dan antara kemudahannya ialah adanya rukhsah dengan tujuan tidak memberatkan umat manusia ketika melaksanakan ‘azimah. Misalnya, jika dalam satu hari itu bertemu dua hari raya, yaitu hari raya pada hari Jum'at, maka Islam memberikan rukhsah bagi orang yang telah mengerjakan sholat hari raya cukup hanya mengerjakan sholat Dzuhur di rumahnya pada hari itu dan tidak wajib baginya keluar untuk mengerjakan sholat Jum'at. Demikian menurut mazhab Imam Ahmad. Tetapi menurut jumhur ulama, sholat Jum'at tetap diwajibkan, karena dalil yang mewajibkannya bersifat umum. Sedangkan hadis-hadis mengenai hal ini masih belum cukup kuat untuk mentakhsisnya mengingat sanadnya masih diperselisihkan dan ini dapat pula ditafsirkan sebagai sesuatu yang khusus bagi Nabi (s.a.w) saja.```

*FIQH HADITS :*

Boleh mengerjakan sholat Jum'at atau meninggalkannya bagi orang yang telah mengerjakan sholat hari raya pada hari itu.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..
*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

*《JILID KE II (DUA)》*

_*BAB SHALAT JUM'AT*_

*HADITS KE 27 :*

*وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم ( إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمُ الْجُمُعَةَ فَلْيُصَلِّ بَعْدَهَا أَرْبَعًا )  رَوَاهُ مُسْلِم ٌ*

_Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila seorang di antara kamu sholat Jum'at, hendaknya ia sholat setelah itu empat rakaat." Riwayat Muslim._

*MAKNA HADITS :*

```Disyariatkan mengerjakan sholat sunat ba’diyyah setelah mengerjakan sholat Jum'at sebanyak empat rakaat. Perintah dalam hadis ini menunjukkan hukum sunat. Bimbingan Nabi (s.a.w) dalam masalah ini ialah apabila mengerjakannya di dalam masjid, maka baginda mengerjakannya sebanyak empat rakaat. Jika mengerjakannya di dalam rumah, maka baginda mengerjakannya sebanyak dua rakaat. Hikmah disyariatkan mengerjakan sholat sunat ba’diyah Jum'at ini ialah untuk menutupi kekurangan yang terjadi di dalamnya.```

*FIQH HADITS :*

Disunatkan mengerjakan sholat sunat ba’diyah setelah sholat Jum'at dan dianjurkan
agar sholat sunat ini dikerjakan dengan jumlah rakaat yang maksimum sebanyak
empat rakaat dan jumlah minimum pula dua rakaat.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..
*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

*《JILID KE II (DUA)》*

_*BAB SHALAT JUM'AT*_

*HADITS KE 28 :*

*وَعَنِ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ, أَنَّ مُعَاوِيَةَ قَالَ لَهُ: ( إِذَا صَلَّيْتَ الْجُمُعَةَ فَلَا تَصِلْهَا بِصَلَاةٍ, حَتَّى تُكَلَّمَ أَوْ تَخْرُجَ, فَإِنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَمَرَنَا بِذَلِكَ: أَنْ لَا نُوصِلَ صَلَاةً بِصَلَاةٍ حَتَّى نَتَكَلَّمَ أَوْ نَخْرُجَ )  رَوَاهُ مُسْلِم ٌ*

_Dari Saib Ibnu Yazid Radliyallaahu 'anhu bahwa Muawiyah Radliyallaahu 'anhu pernah berkata kepadanya: Jika engkau telah sholat Jum'at maka janganlah engkau menyambungnya dengan sholat lain hingga engkau berbicara atau keluar, karena Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan kami demikian, yakni: Janganlah kita menyambung suatu sholat dengan sholat lain sehingga kita berbicara atau keluar. Riwayat Muslim._

*MAKNA HADITS :*

```Islam merasa kawatir terhadap orang awam kalau mereka mengalami kebingungan dalam masalah ibadah hingga mereka meyakini sunat sebagai fardu.
Oleh itu, di sini ditetapkan beberapa kaidah dalam masalah ibadah dengan tujuan membuang dakwaan dan keraguan itu. Misalnya, Islam melarang dari terus menyambung secara langsung pelaksanaan sholat fardu dengan sholat sunat, agar keduanya dapat dibedakan. Untuk merealisasikan tujuan ini, imam disyariatkan
berpindah tempat dari tempat asal setelah melakukan sgolat fardu ke tempat lain untuk menunaikan sholat sunat seperti mengerjakan sholat sunat di dalam rumahnya
atau di tempat selain tempat dia mengerjakan sholat fardu.```

*FIQH HADITS :*

Disunatkan memisahkan antara sholat sunat dengan sholat fardu baik dengan cara berbicara atau berpindah ke tempat lain di dalam masjid itu supaya tempat yang
dijadikan sebagai tempat sujud menjadi banyak sekaligus bertujuan membedakan
antara sholat sunat dengan sholat fardu. Adalah diutamakan bahwa seseorang hendaklah kembali pulang ke rumahnya untuk mengerjakan sholat sunat, karena
ada anjuran yang menyuruh berbuat demikian.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..
*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

*《JILID KE II (DUA)》*

_*BAB SHALAT JUM'AT*_

*HADITS KE 29 :*

*وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم ( مَنِ اغْتَسَلَ, ثُمَّ أَتَى الْجُمُعَةَ, فَصَلَّى مَا قُدِّرَ لَهُ, ثُمَّ أَنْصَتَ, حَتَّى يَفْرُغَ الْإِمَامُ مِنْ خُطْبَتِهِ, ثُمَّ يُصَلِّي مَعَهُ: غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ الْأُخْرَى, وَفَضْلُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ )  رَوَاهُ مُسْلِم ٌ*

_Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa mandi kemudian mendatangi sholat Jum'at, lalu sholat semampunya, kemudian diam sampai sang imam selesai dari khutbahnya, kemudian sholat bersama imam, maka diampuni dosa-dosanya antara Jum'at itu dan Jum'at berikutnya serta tiga hari setelahnya." Riwayat Muslim._

*MAKNA HADITS :*

```Nabi (s.a.w) menjelaskan keutamaan sholat Jum'at bahwa menunaikan sholat Jum'at berikut etikanya merupakan antara faktor yang menyebabkan seseorang
itu diampuni dosanya. Oleh itu, seseorang yang hendak memohon ampun kepada Allah dianjurkan mandi terlebih dahulu, lalu segera berangkat ke masjid dan mendengarkan khutbah dengan penuh khusyuk, mengambil tempat duduk yang berdekatan dengan imam dan mengerjakan sholat sunat semampunya agar
memperoleh pahala yang berlimpah. Jika tidak melaksanakan salah satu daripada
perkara di atas, maka berarti dia tidak memperoleh bagian yang paling besar dari ampunan Allah.

Di dalam hadis ini disebutkan tambahan tiga hari dalam memperoleh ampunan di samping yang tujuh hari dan tidak lain untuk merealisasikan janji Allah (s.w.t) yang telah menetapkan bahwa barang siapa yang mengerjakan suatu amal kebaikan, maka baginya pahala sepuluh kali lipat kebaikan.```

*FIQH HADITS :*

1. Menjelaskan tentang keutamaan mandi ketika hendak mengerjakan sholat Jum'at.

2. Disunatkan mengerjakan sholat sebanyak mungkin sebelum
khutbah dimulai.

3. Dianjurkan diam ketika khatib sedang berkhutbah.

4. Orang yang mengerjakan sholat Jum'at diberi ampunan selama seminggu, yakni sejak sholat Jum'at yang sedang dia kerjakan hingga sholat Jum'at yang
berikutnya, ditambah lagi tiga hari.

5. Pahala dan keutamaan sholat Jum'at dilipatgandakan, karena sholat yang lainnya hanya dapat menghapus dosa-dosa di antara dua sholat saja.

6. Haram berbicara pada waktu khutbah sedang disampaikan, bukan sesudahnya.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..
*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

*《JILID KE II (DUA)》*

_*BAB SHALAT JUM'AT*_

*HADITS KE 30 :*

*وَعَنْهُ; أَنَّ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم ذَكَرَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَقَالَ: ( فِيهِ سَاعَةٌ لَا يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي, يَسْأَلُ الله تعالى شَيْئًا إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ، وَأَشَارَ بِيَدِهِ يُقَلِّلُهَا )  مُتَّفَقٌ عَلَيْه. ِ وَفِي رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ: ( وَهِيَ سَاعَةٌ خَفِيفَةٌ )*

_Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam setelah menyebut hari Jum'at beliau bersabda: "Pada hari itu ada suatu saat jika bertepatan seorang hamba muslim berdiri untuk sholat memohon kepada Allah, maka niscaya Allah akan memberikannya sesuatu." Kemudian beliau memberi isyarat dengan tangannya bahwa saat itu sebentar. Muttafaq Alaihi. Dalam suatu riwayat Muslim: "Ia adalah saat yang pendek."_

*HADITS KE 31 :*

*وَعَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِيهِ سَمِعْتُ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم يَقُولُ: ( هِيَ مَا بَيْنَ أَنْ يَجْلِسَ الْإِمَامُ إِلَى أَنْ تُقْضَى الصَّلَاةُ )  رَوَاهُ مُسْلِمٌ, وَرَجَّحَ الدَّارَقُطْنِيُّ أَنَّهُ مِنْ قَوْلِ أَبِي بُرْدَةَ. وفي حديث عبد الله ابن سلام عند ابن ماجة، وجابر عند أبي دود والنسائي: أنها ما بين صلاة العصر الى غروب الشمس. وقد اختلف فيها أكثر من أربعين قولا، أمليتها في شرح البخاري*

_Abu Burdah dari ayahnya Radliyallaahu 'anhu berkata: "Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Saat (waktu) itu ialah antara duduknya imam hingga dilaksanakannya sholat." Riwayat Muslim. Daruquthni menguatkan bahwa hadits tersebut dari perkataan Abu Burdah sendiri.

Dalam hadis Abdullah ibn Salam yang ada pada Ibn Majah dan dalam hadis Jabir yang ada pada Abu Dawud dan al-Nasa’i disebutkan seperti berikut bahwa
saat (mustajab) tersebut terletak di antara sholat Asar hingga matahari terbenam. Lebih empat puluh pendapat yang memperdebatkan waktu saat (do'a mustajab)
ini. Semua itu kami uraikan dalam kitab Syarh al-Bukhari.

*MAKNA HADITS :*

```Hari Jum'at mempunyai beberapa keistimewaan yang antara lain ialah sa’ah al-
mubarakah (waktu yang penuh dengan keberkahan). Pada waktu itu do'a dikabulkan selagi tidak  melakukan dosa atau memutuskan ikatan silaturahim. Waktu
ini amatlah singkat dimana Nabi (s.a.w) menganjurkan agar ia diberi perhatian mengingat waktunya yang sempit itu.

Ulama berselisih pendapat mengenai ketentuannya, hingga ada empat puluh tiga pendapat yang membahas masalah ini. Tetapi menurut pendapat yang sahih,
waktu tersebut masih belum dapat dipastikan, namun waktu antara sholat Asar hingga matahari tenggelam merupakan waktu yang paling diharapkan supaya do'a
dikabulkan. Ada pula kemungkinan bahwa waktu ituberpindah-pindah, tetapi itu masih berlaku pada hari Jum'at. Hikmah merahasiakan waktu mustajab do'a ini
ialah supaya seluruh hari Jum'at diisi dengan dengan ibadah.```

*FIQH HADITS :*

1. Keutamaan hari Jum'at adalah adanya sa’ah al-ijabah dimana pada waktu do'a dikabulkan.

2. Boleh menggunakan isyarat untuk mengungkapkan isi hati sebagaimana yang biasa dilakukan oleh orang Arab dalam pembicaraan mereka.

3. Menentukan sa’ah al-ijabah pada hari Jum'at yaitu antara imam mulai duduk di atas mimbar hingga dia selesai mengerjakan sholat Jum'at. Menurut hadis Abdullah ibn Salam (r.a), ia terletak pada akhir siang hari, sedangkan menurut hadis Jabir (r.a), ia terletak antara sholat Asar hingga matahari
terbenam.

4. Syariat yang dibawa oleh Rasulullah (s.a.w) membenarkan kitab-kitab suci yang terdahulu.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar