[28/12/2017 1:02 AM] Musthofa AB:
*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*
*بسم الله الرحمن الرحيم*
*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*
_*BAB THAHARAH*_
*HADITS KE-10 :*
*وَعَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : جَاءَ أَعْرَابِيٌّ فَبَالَ فِي طَائِفَةِ الْمَسْجِدِ فَزَجَرَهُ النَّاسُ فَنَهَاهُمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا قَضَى بَوْلَهُ أَمَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِذَنُوبٍ مِنْ مَاءٍ؛ فَأُهْرِيقَ عَلَيْهِ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ*
*Anas Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu berkata: "Seseorang Badui datang kemudian kencing di suatu sudut masjid, maka orang-orang menghardiknya, lalu Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melarang mereka. Ketika ia telah selesai kencing, Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menyuruh untuk diambilkan setimba air lalu disiramkan di atas bekas kencing itu." Muttafaq Alaihi.*
*Makna Hadis :*
Rasulullah (s.a.w) diutus untuk menyayangi umat manusia, membimbing mereka kepada akhlak yang mulia dan membantu orang jahil apabila melakukan suatu kesalahan. Para sahabat merasa gusar dan marah terhadap orang Arab badawi yang kencing di dalam masjid ini, sedangkan dia baru masuk Islam. Rasulullah
(s.a.w) melarang mereka untuk memarahinya. Sikap para sahabat yang tergopoh-gapah itu boleh mendatangkan mudarat kerana orang Arab badawi itu apabila menghentikan kencingnya secara mengejut boleh menyebabkan pakaian dan badannya terkena najis dan najis pun akan menyebar ke tempat yang lain di
dalam masjid. Keadaan ini tidak akan terjadi apabila orang Arab badawi itu tidak menghentikan kencingnya secara tiba-tiba. Kemudian Nabi (s.a.w) memberikan petunjuk kepada mereka tentang bagaimana cara membersihkan tanah yang terkena najis, yaitu dengan menyiramnya dengan air secukupnya. Nabi (s.a.w) apabila mengutus utusan ke berbagai pelosok negeri, baginda senantiasa berpesan kepada mereka menerusi sabdanya
*Fiqh Hadis :*
1. Dianjurkan untuk bersikap belas kasihan kepada orang jahil dan memberikan pengajaran tentang apa yang harus dikerjakannya tanpa perlu menggunakantindakan kasar selagi pelanggaran yang dilakukannya itu tidak bermaksud memandang remeh atau sebagai pembangkangan.
2. Masyarakat dibolehkan memprotes orang yang melakukan pelanggaran di
hadapan pemimpin mereka meskipun tanpa memperoleh kebenaran
terdahulu daripada pemimpin mereka.
3. Menolak perkara yang boleh menimbulkan mudarat yang lebih besar di antara dua mudarat dengan cara melakukan perkara yang lebih ringan mudaratnya di antara kedua-dua mudarat itu.
4. Air kencing manusia hukumnya najis.
5. Diwajibkan menghormati masjid dan membersihkannya dari sebarang kotoran dan najis. Ini telah disadari oleh para sahabat dan oleh karananya, mereka segera memarahi lelaki badwi itu.
6. Dianjurkan supaya segera menghilangkan perkara-perkara yang boleh mendatangkan kerosakan dan bahaya selagi tidak ada halangan untuk melaksanakannya, kerana Rasulullah (s.a.w) telah menyuruh mereka supaya
menuangkan setimba air ke tempat bekas kencingnya setelah lelaki badawi itu selesai kencing.
7. Tanah yang terkena najis menjadi suci apabila telah disiram dengan air,
menurut jumhur ulama, namun menurut mazhab Hanafi, tanah yang terkena
najis menjadi suci setelah tanah itu kering.
*Faedah Hadits :*
1. Air kencing (manusia) itu najis, dan wajib mensucikan tempat yang mengenainya baik itu badan, pakaian, wadah, tanah, atau selainnya.
2. Cara mensucikan air kencing yang ada di tanah adalah menyiramkannya dengan air, dan tidak disyaratkan memindahkan debu dari tempat itu baik sebelum menyiramnya maupun setelahnya. Hal serupa (penyuciannya) dengan air kencing adalah (penyucian) najis-najis lainnya, dengan syarat najis-najis tersebut tidak berbentuk padatan.
3. Penghormatan terhadap masjid dan pensuciannya, serta menjauhkan kotoran dan najis darinya. Telah diriwayatkan oleh al-jama’ah, kecuali imam Muslim bahwa beliau –shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada orang Badui tersebut, “Sesungguhnya masjid ini tidak layak dikotori sesuatu berupa kencing ini dan kotoran, tempat ini hanyalah untuk berdzikir kepada Allah dan membaca Al Qur’an”.
4. Toleransinya akhlak Nabi –shallallahu a’laihi wa sallam-. Beliau memberi petunjuk kepada orang arab Badui tersebut dengan lemah lembut setelah dia selesai kencing, yang membuat dia mengkhususkan doanya untuk nabi, dia berkata, “Ya Allah, rahmatilah aku dan Muhammad, dan janganlah engkau rahmati seorangpun yang ada bersama kami”, sebagaimana yang terdapat di Shahih Al Bukhori.
5. Luasnya pandangan beliau dan pengenalan beliau tentang tabiat manusia serta baiknya akhlak beliau bersama mereka sampai-sampai seluruh hati mereka mencintai beliau, Allah ta’ala berfirman, “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur” (QS Al Qolam : 4).
6. Ketika ada berbagai kerusakan berkumpul, maka yang dilakukan adalah kerusakan yang lebih ringan. Beliau –shallallahu ‘alaihi wa sallam- membiarkannya sampai selesai kencing, agar tidak mengakibatkan mudhorat dengan terputusnya kencing (secara mendadak) dan dari terkotorinya badannya, pakaiannya, dan menyebarnya kencing tersebut ke daerah lain di dalam masjid tersebut, serta bahaya yang terjadi pada tubuhnya khususnya saluran kencing
7. Jauhnya dari masyarakat dan kota menyebabkan kurangnya pengetahuan dan kebodohan.
8. Anjuran lemah lembut dalam mengajarkan orang yang bodoh tanpa kekerasan
9. Bahwa yang dikenai hukum-hukum syar’i berupa dosa atau hukuman di dalam kehidupan hanyalah untuk orang yang tahu terhadap hukumnya, adapun orang yang bodoh maka tidak tercela baginya, akan tetapi diajarkan padanya agar dia mengerjakannya.
Wallahu a'lam bisshowab..
*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.* Semoga bermanfaat. Aamiin..
[29/12/2017 1:50 AM] Musthofa AB:
*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*
*بسم الله الرحمن الرحيم*
*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*
_*BAB THAHARAH*_
*HADITS KE-11 :*
*وَعَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُحِلَّتْ لَنَا مَيْتَتَانِ وَدَمَانِ. فَأَمَّا الْمَيْتَتَانِ : فَالْجَرَادُ وَالْحُوتُ وَأَمَّا الدَّمَانِ : فَالطِّحَالُ وَالْكَبِدُ أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ وَابْنُ مَاجَهْ وَفِيهِ ضَعْفٌ*
*Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Dihalalkan bagi kita dua macam bangkai dan dua macam darah. Dua macam bangkai itu adalah belalang dan ikan, sedangkan dua macam darah adalah hati dan jantung." Diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Majah, dan di dalam sanadnya ada kelemahan.*
*Makna Hadis :*
Allah (s.w.t) telah mengharamkan bangkai melalui nash dalam al-Qur‟an, tetapi mengecualikan beberapa hal melalui lisan Rasul-Nya. Untuk itu, Allah (s.w.t) membolehkan kita memakan bangkai laut dan bangkai belalang, serta menghalalkan pula darah, yaitu hati dan limpa.
*Fiqh Hadis :*
1. Haram memakan bangkai kecuali bangkai belalang dan bangkai ikan, namun dalam masalah ini ini masih ada perselisihan pendapat. Imam al-Syafi‟i dan Imam Abu Hanifah mengatakan bahawa bangkai belalang halal dimakan dalam keadaaan apa jua sekalipun sebaik dijumpai bangkainya, sama saja mati dengan sendirinya ataupun mati disebabkan oleh perbuatan manusia. Imam Malik dan Imam Ahmad mengatakan bahwa bangkai belalang tidak halal dimakan kecuali belalang yang mati kerana perbuatan manusia, seperti sebagian anggota tubuhnya dipotong, direbus, dilempar ke dalam api dalam keadaan hidup, atau dipanggang. Jika belalang mati dengan sendirinya atau dijumpai dalam keadaan mati di dalam suatu tempat, maka hukumnya haram dimakan. Adapun ikan, menurut mazhab jumhur ulama, semuanya halal dimakan, sama saja mati karena perbuatan manusia atau kerana dipukul ombak laut ke tepi pantai atau ikan itu sendiri yang melompat ke daratan lalu mati. Demikian pula haram dimakan ikan yang mengapung dalam keadaan
mati, tetapi menurut Imam al-Syafi‟i hukumnya halal dimakan.
2. Haram memakan darah, kecuali hati dan limpa maka ia halal dimakan.
Wallahu a'lam bisshowab..
*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.* Semoga bermanfaat. Aamiin..
[30/12/2017 4:58 AM] Musthofa AB:
*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*
*بسم الله الرحمن الرحيم*
*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*
_*BAB THAHARAH*_
*HADITS KE-12 :*
*وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذَا وَقَعَ الذُّبَابُ فِي شَرَابِ أَحَدِكُمْ فَلْيَغْمِسْهُ ثُمَّ لِيَنْزِعْهُ فَإِنَّ فِي أَحَدِ جَنَاحَيْهِ دَاءً وَفِي الْآخَرِ شِفَاءً أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ وَأَبُو دَاوُد .وَزَادَ وَإِنَّهُ يَتَّقِي بِجَنَاحِهِ الَّذِي فِيهِ الدَّاءُ*
*Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila ada lalat jatuh ke dalam minuman seseorang di antara kamu maka benamkanlah lalat itu kemudian keluarkanlah, sebab ada salah satu sayapnya ada penyakit dan pada sayap lainnya ada obat penawar." Dikeluarkan oleh Bukhari dan Abu Dawud dengan tambahan: "Dan hendaknya ia waspada dengan sayap yang ada penyakitnya."*
*Makna Hadis :*
_Lalat adalah binatang yang sangat mengganggu ketenangan manusia. Oleh itu, Rasulullah (s.a.w) memberitahu melalui sabdanya bahwa apabila lalat terjatuh biasanya menggunakan sayap yang sebelah kirinya, yaitu sayap yang
mengandung penyakit. Cara menawarkan penyakit ini ialah dengan
menenggelamkan lalat tersebut agar manfaat dari sayap lain sebagai penawar yaitu sayap yang sebelah kanannya. Hal ini membuktikan
kemukjizatan Nabi (s.a.w) dan kebenarannya telah diakui pula oleh ilmu perobatan moderen melalui mikroskop._
*Fiqh Hadis :*
1. Boleh membunuh lalat apabila ia terjatuh kedalam minuman atau makanan, yaitu dengan menenggelamkan sayapnya yang kedua yang di dalamnya mengandung
Obat penawar.
2. Apabila lalat mati dalam cairan, maka cairan itu tidak menjadi najis karenanya. Perintah Rasulullah (s.a.w) supaya lalat tersebut ditenggelamkan (dibenamkan) kedalam tempat makanan atau minuman menunjukkan lalat tersebut akan mati, terlebih-lebih jika makanan dalam keadaan panas. Ini juga menunjukkan bahwa bangkai hewan yang tidak ada darahnya tidak najis.
3. Ini merupakan mukjizat Nabi Muhammad (s.a.w) yang telah membuktikan adanya penyakit dan penawar pada kedua-dua sayap lalat. Ilmu perubatan moden mengakui kebenaran hikmah ini melalui mikroskop, bahwa pada sayap kiri lalat
terdapat zat beracun yang tidak ada obatnya kecuali dengan zat lain yang ada pada sayap yang sebelah kanannya.
4. Berobat merupakan sesuatu yang dianjurkan dan oleh kerana itu, seseorang tidak dibenarkan membiarkan dirinya dibinasakan oleh penyakit hanya berserah diri kepada cara bertawakkal yang salah, sebaliknya dia dianjurkan untuk tetap berobat dan barulah bertawakkal kepada Allah.
Wallahu a'lam bisshowab..
*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.* Semoga bermanfaat. Aamiin..
[31/12/2017 6:21 AM] Musthofa AB:
*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*
*بسم الله الرحمن الرحيم*
*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*
_*BAB THAHARAH*_
*HADITS KE-13 :*
*وَعَنْ أَبِي وَاقِدٍ اللَّيْثِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا قُطِعَ مِنْ الْبَهِيمَةِ - وَهِيَ حَيَّةٌ - فَهُوَ مَيِّتٌ أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُد وَالتِّرْمِذِيُّ وَحَسَّنَهُ وَاللَّفْظُ لَهُ*
*Dari Abu Waqid Al-Laitsi Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Anggota yang terputus dari binatang yang masih hidup adalah termasuk bangkai. Dikeluarkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi dan beliau menyatakannya shahih. Lafadz hadits ini menurut Tirmidzi.*
*Makna Hadis :*
Ketika Rasulullah (s.a.w) tiba di Madinah, terdapat masyarakat yang biasa memotong buntut kambing dan punuk unta untuk dimakan minyaknya manakala lemaknya pula dijadikan sebagai bahan bakar pelita. Melihat itu, Nabi (s.a.w) memberitahu mereka bahwa anggota tubuh haiwan yang dipotong dalam keadaan hidup hukumnya sama dengan bangkai, yaitu tidak boleh dimakan, tidak
boleh diambil manfaatnya untuk menyalakan pelita dan tidak boleh pula
membelinya. Di samping itu, tindakan tersebut bererti menyeksa hewan, padahal syariat telah menyuruh kita supaya menyayanginya.
*Fiqh Hadis :*
1. Dilarang menyeksa hewan dengan memotong sebahagian anggota tubuhnya.
2. Hukum mengenai anggota tubuh hewan yang dipotong, sedangkan hewan tersebut masih dalam keadaan hidup adalah haram dimakan dan haram pula memanfaatkannya.
3. Keputusan hukum bahwa anggota tubuh makhluk hidup yang dipotong
adalah dikategorikan sebagai bangkai jika anggota tubuh tersebut masih berfungsi, sedangkan anggota tubuh yang sudah tidak berfungsi lagi (mati) tidak dianggap sebagai bangkai.
Wallahu a'lam bisshowab..
*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.* Semoga bermanfaat. Aamiin..
[1/1 7:13 AM] Musthofa AB:
*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*
*بسم الله الرحمن الرحيم*
*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*
_*BAB BEJANA*_
*HADITS KE-14 :*
*عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَشْرَبُوا فِي آنِيَةِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَلَا تَأْكُلُوا فِي صِحَافِهِمَا فَإِنَّهَا لَهُمْ فِي الدُّنْيَا وَلَكُمْ فِي الْآخِرَةِ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ*
*Dari Hudzaifah Ibnu Al-Yamani Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah kamu minum dengan bejana yang terbuat dari emas dan perak, dan jangan pula kamu makan dengan piring yang terbuat dari keduanya, karena barang-barang itu untuk mereka di dunia sedang untukmu di akhirat." Muttafaq Alaihi.*
*Makna Hadis :*
Bejana yang terbuat dari emas dan perak biasa digunakan oleh orang yang sombong dan hidup mewah. Rasalullah (s.a.w) melarang kita baik lelaki maupun perempuan makan dan minum memakai bejana yang terbuat dari emas dan perak itu. Nabi (s.a.w) menjanjikan kebaikan kepada kita apabila meninggalkan perbuatan tersebut dan janji Nabi (s.a.w) itu pasti benar. Jadi, barangsiapa yang meninggalkan perbuatan itu di dunia kerana mematuhi perintah Nabi (s.a.w), dia
akan memperolehinya di akhirat sebagai balasan ke atas amalnya itu. Nabi (s.a.w) memberi peringatan orang yang menggunakannya dengan azab yang hina sebagai balasan di atas pelanggarannya terhadap perintah Nabi (s.a.w) dan kelak akan dituangkan api neraka Jahannam ke dalam perutnya.
*Fiqh Hadis :*
Haram makan dan minum dengan menggunakan bejana yang terbuat dari emas dan perak. Hukum haram ini turut meliputi kaum lelaki dan kaum wanita.
Wallahu a'lam bisshowab..
*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.* Semoga bermanfaat. Aamiin..
[1/1 8:15 AM] Musthofa AB:
🍀 *TATA TERTIB KAJIAN HADITS IKABA*🍀
☀➖➖➖➖➖➖☀
1. Anggota group di anjurkan mendahului dengan ucapan salam ketika masuk grop baik berupa teks atau audio.
2. Ketika Kajian Kitab sudah selesai anggota group boleh bertanya sesuai materi yang telah di sajikan.
3. Dalam menyampaikan pertanyaan/jawaban di harapkan dengan bahasa yang jelas dan sopan.
4. Anggota boleh memberikan masukan yang baik terkait kajian kitab.
5. Dalam menganalisa masalah difokuskan pada pertanyaan sampai tuntas, tidak pindah pada pertanyaan yang lain supaya tidak terjadi tumpang tindih, terkecuali mauquf.
6. Di larang keras mengirim sesuatu yang berbau pornografi baik berupa foto, vidio, audio, artikel, tautan, atau yg lain nya. Dan juga di larang men share iklan / promo yang berbentuk artikel dan semacamnya. Terkecuali men share info media yang berkaitan dengan masalah yang jadi topik pembahasan.
7. Pada waktu senggang anggota group boleh bertanya seputar Rawi dan Sanad hadits. Namun ketika kajian berlangsung di fokuskan pembahasan ke Fiqh haditsnya.
📢 *Demikian Tata Tertib Group Kajian Hadits IKABA.*
🔅➖ *_terima kasih_*➖🔅
*TTD*
🌺 Admin Group🌺
_______
*NB.*
📵 *_Apabila tata tertib di atas tidak di patuhi maka admin akan memberikan sangsi berupa teguran atau di keluarkan dari grop._*
[2/1 12:43 AM] Musthofa AB:
*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*
*بسم الله الرحمن الرحيم*
*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*
_*BAB BEJANA*_
*HADITS KE-15 :*
*وَعَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الَّذِي يَشْرَبُ فِي إنَاءِ الْفِضَّةِ إنَّمَا يُجَرْجِرُ فِي بَطْنِهِ نَارَ جَهَنَّمَ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ*
Dari Ummu Salamah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: *"Orang yang minum dengan bejana dari perak sungguh ia hanyalah memasukkan api jahannam ke dalam perutnya."* Muttafaq Alaih.
*Makna Hadis :*
_Orang yang minum dengan menggunakan bejana dari emas atau perak berhak untuk menerima azab dari Allah (s.w.t) kerana dia telah melanggar perintah syariat yang bijaksana. Kelak di hari kiamat dia akan menelan api neraka Jahanam ke dalam perutnya. Siksaan ini sesuai dengan pelanggaran yang telah dilakukan ketika di dunia, yaitu minum dengan menggunakan bejana yang telah diharamkan dalam syari'at._
*Fiqh Hadis :*
Haram minum dengan menggunakan bejana yang terbuat dari perak bagi kaum lelaki dan wanita, dan dijelaskan pula siksaan kelak pada hari kiamat
bagi orang yang melanggarnya.
Wallahu a'lamu bisshowab..
_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_ Semoga bermanfaat. Aamiin..
[3/1 12:15 AM] Musthofa AB:
*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*
*بسم الله الرحمن الرحيم*
*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*
_*BAB BEJANA*_
*HADITS KE-16 :*
*وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ الْلَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ الْلَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا دُبِغَ الْإِهَابُ فَقَدْ طَهُرَ أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ*
*وَعِنْدَ الْأَرْبَعَةِ: ( أَيُّمَا إِهَابٍ دُبِغَ )*
Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: *"Jika kulit binatang telah disamak maka ia menjadi suci."* Diriwayatkan oleh Muslim.
Menurut riwayat Imam Empat: *Kulit binatang apapun yang telah disamak (ia menjadi suci).*
*Makna Hadis :*
Rasulullah (s.a.w) memberitahu kulit bangkai itu najis kerana masih ada sisa-sisa darah kental yang melekat padanya. Ia mengandungi mikrob-mikrob yang telah dibuktikan oleh ilmu perubatan modern tentang bahayanya. Nabi (s.a.w) memberitahu untuk menyucikan kulit tersebut ialah dengan cara menyamaknya.
Dengan cara ini maka hilanglah lendir-lendir najis yang terdapat pada pori-pori kulit itu. Namun kulit anjing dan kulit babi tidak dapat disucikan walaupun dengan apa saja sekalipun memandangkan najis keduanya terlampau berat.
*Fiqh Hadis :*
1. Samak merupakan cara yang paling berkesan untuk menghilangkan lendir
najis yang ada pada pori-pori kulit. Oleh itu, cara ini merupakan sarana untuk
membuat kulit menjadi suci.
2. Samak dapat menyucikan semua kulit bangkai bagian luar maupun bagian dalama, kecuali kulit anjing dan kulit babi serta kulit hewan yang dilahirkan dari (pencampuran) salah satu di antara keduanya, karena najis keduanya terlalu berat. Inilah menurut pendapat di kalangan mazhab al-Syafi‟i, sedangkan mazhab Hanafi mengatakan bahwa semua kulit bangkai menjadi suci dengan menyamaknya terlebih dahulu, kecuali kulit babi.
Menurut mazhab Maliki, yakni menurut pendapat yang masyhur di kalangan
mereka, samak dapat menyucikan semua kulit, tetapi hanya bagian
luarannya saja, sedangkan bagian dalamnya tidak dapat disucikan dan
hanya boleh digunakan untuk kegunaan barang-barang kering bukan benda cair, kecuali air, sebab air mempunyai kekuatan daya tolak. Kulit yang telah
disamak juga boleh digunakan sebagai hamparan untuk shalat, tetapi tidak boleh dijadikan pakaian untuk solat. Mazhab Hanbali menurut pendapat yang masyhur di kalangan mereka mengatakan bahwa menyamak kulit bangkai tidak dapat menyucikan sesuatu pun darinya. Ini juga merupakan salah satu daripada dua riwayat Imam Malik.
Wallahu a'lam bisshowab..
_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_ Semoga bermanfaat. Aamiin..
[3/1 11:56 PM] Musthofa AB:
*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*
*بسم الله الرحمن الرحيم*
*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*
_*BAB BEJANA*_
*HADITS KE-17 :*
*وَعَنْ سَلَمَةَ بْنِ الْمُحَبِّقِ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ الْلَّهِ صلى الله عليه وسلم دِبَاغُ جُلُودِ الْمَيْتَةِ طُهُورُهاَ صَحَّحَهُ ابْنُ حِبَّانَ*
Dari Salamah Ibnu al-Muhabbiq Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: *Menyamak kulit bangkai adalah mensucikannya.* Hadits shahih menurut Ibnu Hibban.*
*Makna Hadis :*
Hadis ini telah membuktikan bahwa kulit bangkai adalah najis dan untuk meyucikannya ialah dengan cara menyamaknya, kerana proses penyamakan dapat menghilangkan dan membuang semua lendir najis dari semua pori-pori yang ada pada kulit tersebut.
*Fiqh Hadis :*
Kulit bangkai hukumnya najis, tetapi dapat disucikan melalui proses penyamakan, seperti yang telah diterangkan dengan panjang lebar pada hadis no. 16.
*HADITS KE-18 :*
*وَعَنْ مَيْمُونَةَ رَضِيَ الْلَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: مَرَّ رَسُولُ الْلَّهِ صلى الله عليه وسلم بِشَاةٍ يَجُرُّونَهَا فَقَالَ: لَوْ أَخَذْتُمْ إِهَابَهَا؟ فَقَالُوا: إِنَّهَا مَيْتَةٌ فَقَالَ: يُطَهِّرُهَا الْمَاءُ وَالْقَرَظُ أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ وَالنَّسَائِيُّ*
Maimunah Radliyallaahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melewati seekor kambing yang sedang diseret orang-orang. Beliau bersabda: *Alangkah baiknya jika engkau mengambil kulitnya.* Mereka berkata: Ia benar-benar telah mati? Beliau bersabda: *Ia dapat disucikan dengan air dan daun salam.* Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Nasa'i.*
*Makna Hadis :*
Rasulullah (s.a.w) melihat seekor kambing mati yang diseret oleh beberapa orang untuk dibuang jauh dari kawasan perumahan supaya orang ramai tidak terganggu dengan baunya yang busuk. Melihat itu, Nabi (s.a.w) bersabda kepada mereka:
“Alangkah baiknya seandainya kamu mengambil kulitnya lalu
memanfaatkannya.” Ketika mereka menceritakan kepada baginda bahwa
kambing yang mereka seret itu telah mati dan menjadi bangkai, maka Nabi
(s.a.w) bersabda kepada mereka: “Ia dapat disucikan dengan buah al-Qarazh (daun salam).”
*Fiqh Hadis :*
1. Dilarang menyia-nyiakan harta selagi masih boleh dimanfaatkan walau
dengan apa jua cara sekalipun.
2. Samak dapat menyucikan kulit bangkai dengan menggunakan buah al-qarazh atau benda lain yang memiliki fungsi sama dengannya seperti kulit delima dan kapur selagi ia dapat menghilangkan lendir najis yang terdapat pada pori-pori kulit tersebut. Menyamak tidak dapat dilakukan dengan menggunakan panas
sinar matahari menurut jumhur ulama. Berbeda dengan pendapat murid-
murid Imam Abu Hanifah, di mana mereka membolehkannya.
Wallahu a'lam bisshowab..
_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_ Semoga bermanfaat. Aamiin..
[5/1 12:44 AM] Musthofa AB:
*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*
*بسم الله الرحمن الرحيم*
*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*
_*BAB BEJANA*_
*HADITS KE-19 :*
*وَعَنْ أَبِي ثَعْلَبَةَ الْخُشَنِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قُلْت : يَا رَسُولَ اللَّهِ إنَّا بِأَرْضِ قَوْمٍ أَهْلِ كِتَابٍ أَفَنَأْكُلُ فِي آنِيَتِهِمْ ؟ قَالَ : لَا تَأْكُلُوا فِيهَا إلَّا أَنْ لَا تَجِدُوا غَيْرَهَا فَاغْسِلُوهَا وَكُلُوا فِيهَا مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ*
Dari Abu Tsa'labah al-Khusny berkata: Saya bertanya, wahai Rasulullah, kami tinggal di daerah Ahlul Kitab, bolehkah kami makan dengan bejana mereka? Beliau menjawab: *Janganlah engkau makan dengan bejana mereka kecuali jika engkau tidak mendapatkan yang lain. Oleh karena itu bersihkanlah dahulu dan makanlah dengan bejana tersebut.* Muttafaq Alaihi.
*Makna Hadis :*
Syariat Islam melarang kita makan dan minum dengan menggunakan bekas milik orang Yahudi dan Nasrani. Barangkali rahasia larangan ini ialah kebanyakan wadah milik mereka adalah najis, sebab mereka tidak pernah memperhatikan masalah bersuci dari najis. Namun ketika dalam keadaan darurat, syariat Islam membolehkan kita untuk menggunakan wadah mereka sesudah mencucinya terlebih dahulu dengan air, agar kita lebih yakin akan kesuciannya.
*Fiqh Hadis :*
1. Boleh menggunakan wadah milik ahli kitab sesudah mencucinya terlebih dahulu.
2. Larangan dalam hadis ini menunjukkan makna makruh, sebab wadah mereka dianggap menjijikkan kerana banyak digunakan untuk sesuatu yang najis.
Wallahu a'lam bisshowab..
_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_ Semoga bermanfaat. Aamiin..
[6/1 1:17 AM] Musthofa AB:
*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*
*بسم الله الرحمن الرحيم*
*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*
_*BAB BEJANA*_
*HADITS KE-20 :*
*وَعَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابَهُ تَوَضَّئُوا مِنْ مَزَادَةِ امْرَأَةٍ مُشْرِكَةٍ .مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ فِي حَدِيثٍ طَوِيلٍ.*
*Dari Imran Ibnu Hushoin Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan para sahabatnya berwudlu di mazadah (tempat air yang terbuat dari kulit binatang) milik seorang perempuan musyrik. Muttafaq Alaihi dalam hadits yang panjang.*
*Makna Hadis :*
Hadist ini merupakan sebahagian dari hadist yang sangat panjang. Lengkapnya adalah Rasulullah (s.a.w) mengutus 'Ali (r.a) dan seorang sahabat lainnya dalam salah satu perjalanan yang dilakukan beliau untuk mencari air. Ketika itu mereka telah kehabisan air. Nabi (s.a.w) bersabda: “Pergilah kamu berdua mencari air.” Keduanya lalu berangkat dan di tengah jalan mereka bersua dengan seorang wanita yang duduk di atas tulang belakang untanya dengan membawa dua mazadah pada kedua sisinya. Mereka bertanya: “Dari manakah air itu?” Wanita itu menjawab: “Air ini aku ambil dari tempat yang jauhnya sama dengan perjalanan satu hari dihitung dari saat sekarang ini. ”Mereka berkata kepada wanita tersebut: “Pergilah kamu menghadap Rasulullah (s.a.w)” dan seterusnya. Kemudian Nabi (s.a.w) meminta satu bejana, lalu baginda menuangkan semua air yang terdapat pada dua mazadah wanita tadi
ke dalam wadah tersebut. Setelah itu orang ramai pun dipanggil: “Minumlah dan berilah minum haiwan tunggangan kalian!” Orang ramai pun mula minum dan memberi minum kendaraan mereka dari air tersebut.
*Fiqh Hadis :*
1. Wadah orang musyrik dianggap suci.
2. Menyamak dapat menyucikan kulit bangkai. Dua mazadah tersebut terbuat dari kulit haiwan sembelihan kaum musyrikin, sedangkan sembelihan mereka hukumnya najis.
3. Air milik orang musyrik dianggap suci kerana wanita itu yang telah mengambil air, padahal jumlahnya kurang dari dua qullah.
4. Peristiwa ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang amat
menekankan kemudahan.
Wallahu a'lam bisshowab..
_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_ Semoga bermanfaat. Aamiin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar