Rabu, 24 Januari 2018

Kajian Hadits IKABA 31-40

*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB WUDUK*_

*HADITS KE-30 :*

*وَعَنْ حُمْرَانَ أَنَّ عُثْمَانَ دَعَا بِوَضُوءٍ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ تَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ وَاسْتَنْثَرَ ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى إلَى الْمِرْفَقِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى إلَى الْكَعْبَيْنِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ قَالَ : رَأَيْت رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَامُتَّفَقٌ عَلَيْهِ*

Dari Humran bahwa Utsman meminta air wudlu.  *Ia membasuh kedua telapak tangannya tiga kali lalu berkumur dan menghisap air dengan hidung dan menghembuskannya keluar kemudian membasuh wajahnya tiga kali. Lalu membasuh tangan kanannya hingga siku-siku tiga kali dan tangan kirinya pun begitu pula. Kemudian mengusap kepalanya lalu membasuh kaki kanannya hingga kedua mata kaki tiga kali dan kaki kirinya pun begitu pula. Kemudian ia berkata: Saya melihat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berwudlu seperti wudlu-ku ini.* Muttafaq Alaihi.

*HADITS KE 31 :*

*وَعَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - فِي صِفَةِ وُضُوءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - قَالَ : وَمَسَحَ بِرَأْسِهِ وَاحِدَةً أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُد وَأَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ وَالنَّسَائِيُّ بِإِسْنَادٍ صَحِيحٍ. بَلْ قَالَ التِّرْمِذِيُّ : إنَّهُ أَصَحُّ شَيْءٍ فِي الْبَابِ*

Dari Ali Radliyallaahu 'anhu tentang cara berwudlu Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dia berkata:  *Beliau mengusap kepalanya satu kali.*  Dikeluarkan oleh Abu Dawud. Tirmidzi dan Nasa'i juga meriwayatkannya dengan sanad yang shahih bahkan Tirmidzi menyatakan bahwa ini adalah hadits yang paling shahih pada bab tersebut.  

*Makna Hadis :*

Pengajaran secara praktikal faedahnya dapat dirasakan secara langsung dan kaedah ini mudah diterima dan diingati. Ini diperkuatkan lagi dengan teori yang disebutkan dalam buku-buku pendidikan, bahwa pakar pendidikan menganjurkan untuk melakukan sistem pengajaran seperti ini. Hadis ini menjelaskan kepada kita tentang wuduk yang pernah diperagakan oleh Khalifah Utsmam di hadapan orang ramai, agar orang yang belum faham dapat menyaksikan dan mengingatinya dengan cepat. Hadis yang diceritakan oleh 'Ali (r.a) di dalamnya terdapat tambahan keterangan yang tidak disebutkan dalam hadis Khalifah Utsman, yaitu mengusap kepala satu kali, padahal anggota lainnya sebanyak tiga kali.

*Fiqh Hadis :*

1. Telah disepakati bahwa boleh meminta tolong mendatangkan air dan hukum perbuatan ini tidak makruh. Lain halnya dengan meminta tolong untuk
membasuh anggota tubuh, maka itu dimakruhkan, kecuali kerana terdapat
alasan yang dibenarkan syariat Islam.

2. Disunahkan membasuh kedua telapak tangan sebelum memasukkannya kedalam bekas untuk mengambil air.

3. Disunahkan membasuh beberapa anggota wuduk sebanyak tiga kali. Menurut pendapat jumhur ulama, tiga kali basuhan ini hukumnya sunat, bukan wajib, kerana terdapat hadis sahih yang menegaskan bahwa Rasulullah (s.a.w)
melakukan (basuhan) wuduk sebanyak satu sekali basuhan.

4. Kedua-dua siku hendaklah dibasuh bersamaan dengan kedua tangan. Begitu pula kedua-dua mata kaki hendaklah dibasuh bersamaan dengan kedua telapak kaki, kerana ila bermakna ma'a. Pemahaman seperti ini berlandaskan kepada perbuatan Rasulullah (s.a.w).

5. Mendahulukan yang sebelah kanan ke atas sebelah kiri.

6. Wajib mengusap kepala secara mutlak, namun adakah sudah memadai menyapu sebahagian kepala atau mesti menyapunya secara keseluruhan?
Ulama berselisih pendapat dalam masalah ini. Imam Malik dan Imam Ahmad dalam suatu riwayat mengatakan bahwa wajib meratakan usapan ke seluruh kepala. Pendapat ini disukung oleh sekumpulan mazhab al-Syafi'i. Tetapi kebanyakan ulama berpendapat cukup hanya mengusap sebahagian kepala dan di antara mereka yang berpendapat demikian ialah Imam al-Syafi'i. Mereka
yang berpendapat wajib mengusap seluruh kepala mentafsirkan huruf ba' dalam firman-Nya برؤوسكم adalah shilah (penghubung). Sedangkan yang berpendapat sudah memadai mengusap sebahagian kepala mengatakan bahawa huruf ba' tersebut bermakna tab'idhiyah (sebahagian). Jadi ayat ini masih bersifat umum dan perlukan penjelasan. Ia kemudian dijelaskan oleh Sunnah bahwa mengusap sebagian kepala sudah mencukupi.

Apa yang dimaksudkan dengan “sebahagian” di sini menurut Imam Abu Hanifah ialah seperempat dari kepala, sedangkan menurut Imam al-Syafi'i batasan minimum “sebahagian” itu
selagi perbuatan itu sudah dapat dikatakan mengusap sekalipun yang diusapnya hanya sehelai rambut kepala.

7. Disyariatkan tartib (berurutan) dalam berwuduk. Imam al-Syafi'i mewajibkan tartib ini dan begitu pula Imam Ahmad. Lain halnya dengan Imam Maliki dan Imam Abu Hanifah, dimana keduanya mengatakan bahwa tartib adalah sunat.

8. Mengajar dengan cara praktek atau peragaan mampu memberi kesan dan pengaruh yang lebih mendalam dibandingkan mengajar dengan cara teori.

9. Disyariatkan mengusap kepala satu kali.

Wallahu a'lam bisshowab..

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_ Semoga bermanfaat. Aamiin..

[17/1 1:38 AM] Musthofa AB:

*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB WUDUK*_

*HADITS KE-32 :*

*وَعَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدِ بْنِ عَاصِمٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا - فِي صِفَةِ الْوُضُوءِ قَالَ : وَمَسَحَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِرَأْسِهِ فَأَقْبَلَ بِيَدَيْهِ وَأَدْبَرَ.مُتَّفَقٌ عَلَيْه*

*وَفِي لَفْظٍ لَهُمَا : بَدَأَ بِمُقَدَّمِ رَأْسِهِ حَتَّى ذَهَبَ بِهِمَا إلَى قَفَاهُ ثُمَّ رَدَّهُمَا إلَى الْمَكَانِ الَّذِي بَدَأَ مِنْهُ*

Dari Abdullah Ibnu Zain Ibnu Ashim Radliyallaahu 'anhu tentang cara berwudlu dia berkata: *Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengusap kepalanya dengan kedua tangannya dari muka ke belakang dan dari belakang ke muka.* Muttafaq Alaihi.

Lafadz lain dalam riwayat Bukhari - Muslim disebutkan: *Beliau mulai dari bagian depan kepalanya sehingga mengusapkan kedua tangannya sampai pada tengkuknya lalu mengembalikan kedua tangannya ke bagian semula.*

*Makna Hadits :*

Hadits ini menjelaskan dua cara mengusap kepala. Pertama, dimulai dari bagian belakang kepala menuju ke bagian depan, lalu memutarnya semula ke belakang. Kedua, dimulai dari bagian depan menuju ke bagian belakang kepala, lalu kembali lagi dari belakang ke depan.

*Fiqh Hadis :*

Sehubungan dengan masalah mengusap kepala, ulama di dalamnya mempunyai tiga pendapat:

1. Menurut makna zahir hadits hendaklah seseorang memulainya dari bagian depan kepala yang bersebelahan dengan batas wajah, lalu mengusapnya hingga ke tengkuk. Setelah itu usapan dikembalikan lagi ke tempat asal di
mana dia memulai usapan, yaitu hingga ke batas permulaan tumbuhnya
rambut kepala yang berdekatan dengan batas wajah.

2. Hendaklah seseorang memulai dari bagian belakang kepala, lalu
dilanjutkan ke arah bagian depan. Setelah itu dikembalikan lagu ke
arah belakang kepala. Pemahaman ini berlandaskan kepada makna zahir lafalz yang menyebutkan أقبل وأدبر “Pengertian al-iqbal ialah melakukan usapan ke arah depan kepala, sedangkan al-idbar ialah melakukan usapan ke arah belakang kepala. Gambaran seperti ini telah disebutkan pula dalam riwayat yang lain: “Baginda memulai dari bagian belakang kepalanya.”

3. Hendaklah seseorang memui usapan dari ubun-ubun, lalu menuju ke
bagian depan kepala. Setelah itu diteruskan ke bagian belakang kepala
dan kembali lagi ke arah semula di mana dia memulai usapan (yaitu
ubun-ubun). Ulama yang mengatakan demikian bertujuan memelihara
pengertian yang terkandung di dalam kalimat: “Baginda memui dari bagian depan kepalanya.” Pendapat ketiga ini sesuai dengan pemahaman lafadz أقبل yang artinya memui usapannya dari belakang ke depan bagian kepala.

Tujuan ketiga-tiga pendapat ini ialah meratakan kepala dengan usapan dan ia termasuk perbuatan di mana seseorang diperbolehkan memilih salah satu di antara ketiga-tiga pendapat tersebut.

Wallahu a'lam bisshowab..

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_ Semoga bermanfaat. Aamiin..

[18/1 12:50 AM] Musthofa AB:

*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB WUDUK*_

*HADITS KE-33 :*

*وَعَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا - فِي صِفَةِ الْوُضُوءِ - قَالَ : ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ وَأَدْخَلَ إصْبَعَيْهِ السَّبَّاحَتَيْنِ فِي أُذُنَيْهِ وَمَسَحَ بِإِبْهَامَيْهِ ظَاهِرَ أُذُنَيْهِ أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُد وَالنَّسَائِيُّ. وَصَحَّحَهُ ابْنُ خُزَيْمَةَ*

Dari Abdullah Ibnu Amr Radliyallaahu 'anhu tentang cara berwudlu ia berkata: *Kemudian beliau mengusap kepalanya dan memasukkan kedua jari telunjuknya ke dalam kedua telinganya dan mengusap bagian luar kedua telinganya dengan ibu jarinya.* Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Nasa'i. Ibnu Khuzaimah menggolongkannya hadits shahih.

*Makna Hadis :*

Hadits ini menjelaskan gambaran berwuduk sekali gus menerangkan perkara-perkara yang tidak disebutkan di dalam hadits yang sebelumnya, yaitu penjelasan mengenai cara mengusap kedua telinga. Caranya ialah mengusap bagian luar dan bagian dalam kedua daun telinga dengan air yang bukan dari air bekas mengusap kepala, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits al-Baihaqi.

*Fiqh Hadis :*

Hadits ini menceritakan gambaran berwuduk disertai dengan tambahan cara mengusap kedua daun telinga bagian luar dan bagian dalamannya. Jumhur ulama mengatakan bahwa mengusap kedua daun telinga hukumnya sunat. Imam Ahmad berkata: “Kedua daun telinga termasuk bagian dari kepala dan oleh kerananya, kedua-duanya diusap bersamaan dengan pengusapan kepala, dan hukumnya wajib kerana berlandaskan kepada sabda Nabi (s.a.w): الأذنان من الرأس  “Kedua-dua daun telinga termasuk bagian dari kepala.” Hadits ini disebut oleh Ibnu Majah.

Wallahu a'lam bisshowab..

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_ Semoga bermanfaat. Aamiin..

[18/1 11:13 PM] Musthofa AB:

*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB WUDUK*_

*HADITS KE-34 :*

*وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ نَوْمِهِ فَلْيَسْتَنْثِرْ ثَلَاثًا فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَبِيتُ عَلَى خَيْشُومِهِ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ*

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:  *"Apabila seseorang di antara kamu bangun dari tidur maka hendaklah ia menghisap air ke dalam hidungnya tiga kali dan menghembuskannya keluar karena setan tidur di dalam rongga hidung itu."* Muttafaq Alaihi.

*Makna Hadis :*

```Syaitan mengalir di dalam tubuh manusia melalui peredaran darah. Ia menguasai jiwa pada waktu berjaga maupun pada waktu tidur. Syaitan duduk di bagian atas lubang hidung, kerana lubang hidung merupakan jalan yang tembus ke hati dan tidak mempunyai penutup seperti yang ada pada kedua-dua telinga. Oleh itu,
hidung merupakan tempat duduk syaitan, sedangkan kedua-dua telinga merupakan tempat kencing syaitan seperti yang telah dijelaskan dalam hadis yang lain. Hidung pun merupakan tempat cecair dan kotoran berhimpun dan oleh kerananya, amalan istintsar ini sangat tepat untuk dilakukan. Cara menghalau syaitan dalam keadaan hina dan rendah supaya tidak duduk di dalamnya ialah dengan cara ber-istintsar.```

*Fiqh Hadis :*

Disunahkan melakukan istintsar ketika bangun dari tidur. Maksud tidur dalam hadis ini ialah tidur pada waktu malam hari kerana disimpulkan dari lafaz
setelahnya mengatakan يبيت (menginap). Menurut jumhur ulama, ber-istintsar sesudah bangun tidur adalah sunat kerana berlandaskan kepada sabda Nabi (s.a.w) kepada seorang Arab badwi: *“Berwuduklah sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Allah kepadamu!”* Perintah dalam hadits ini menunjukkan sunat. Tetapi Imam Ahmad dan sekumpulan ulama yang lain mengatakan wajib ber-istintsar kerana berlandaskan kepada makna dzahir perintah dalam hadits itu.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_ Semoga bermanfaat. Aamiin..

[20/1 2:19 AM] Musthofa AB:

*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB WUDUK*_

*HADITS KE-35 :*

*وَعَنْهُ إذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ نَوْمِهِ فَلَا يَغْمِسْ يَدَهُ فِي الْإِنَاءِ حَتَّى يَغْسِلَهَا ثَلَاثًا فَإِنَّهُ لَا يَدْرِي أَيْنَ بَاتَتْ يَدُهُ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ وَهَذَا لَفْظُ مُسْلِمٍ*

Dari dia pula:  *"Apabila seseorang di antara kamu bangun dari tidurnya maka janganlah ia langsung memasukkan tangannya ke dalam tempat air sebelum mencucinya tiga kali terlebih dahulu sebab ia tidak mengetahui apa yang telah dikerjakan oleh tangannya pada waktu malam."* Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut riwayat Muslim.

*Makna Hadis :*

```Jika seseorang tidur, dia tentu tidak mengetahui keadaan dirinya; barangkali auratnya terbuka ketika tidur, lalu tangannya memegangnya. Syariat Islam menyuruh kita supaya membasuh kedua tangan sebanyak tiga kali sebaik bangun dari tidur sebelum memasukkan tangan tersebut ke dalam bejana, lebih-lebih lagi tidur pada waktu malam hari.```

*Fiqh Hadis :*

1. Jika najis masuk ke dalam air yang sedikit, maka air tersebut menjadi najis.

2. Wujudnya perbedaan antara masuknya air ke dalam najis dan masuknya najis ke dalam air, kerana Rasulullah (s.a.w) melarang dari memasukkan tangan orang yang baru bangun dari tidurnya ke dalam air, sebaliknya baginda menyuruh supaya mengalirkan air ke tangannya. Dengan arti kata lain, membasuhnya sebelum memasukkan tangan ke dalam bekas yang berisi air.

3. Disunatkan membasuh kedua tangan sebanyak tiga kali menurut pendapat
jumhur ulama. Tetapi Imam Ahmad mengatakan wajib membasuh keduanya sebanyak tiga kali ketika bangun dari tidur. Beliau menyatakan wajib bagi orang yang tidur pada waktu malam hari kerana berlandaskan makna yang tersirat pada lafaz “باتت .“Larangan ini menurut pendapat Imam Ahmad
menunjukkan makna haram dan secara khusus bagi yang baru bangun dari
tidur malam hari. Sedangkan menurut jumhur ulama, larangan ini hanya
menunjukkan makna makruh, kerana 'illatnya ialah adanya kemungkinan
terkena najis, sedangkan kemungkinan itu tidak dapat memberikan kepastian
haram.

4. Senantiasa bersikap berhati-hati dan menggunakan kata-kata kiasan terhadap perkara yang dianggap malu apabila disebutkan secara terus terang. Di sini Rasulullah (s.a.w) tidak mengatakan: “Barangkali tangannya telah menyentuh dubur atau lain-lain yang seumpamanya.”

5. Disunatkan berpegang teguh dengan etika dalam mentafsirkan al-Qur‟an dan hadits serta mengelakkan diri dari perkara-perkara yang bertentangan
dengan etika, seperti berbicara kotor, tidak melaksanakan perintah agama dan memperolok dalam memahami kalimat “أين باتت يده".

Wallahu a'lam bisshowab..

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_ Semoga bermanfaat. Aamiin..

[21/1 12:26 AM] Musthofa AB:

*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB WUDUK*_

*HADITS KE-36 :*

*وَعَنْ لَقِيطِ بْنِ صَبِرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسْبِغْ الْوُضُوءَ وَخَلِّلْ بَيْنَ الْأَصَابِعِ وَبَالِغْ فِي الِاسْتِنْشَاقِ إلَّا أَنْ تَكُونَ صَائِمًا أَخْرَجَهُ  الْأَرْبَعَةُ وَصَحَّحَهُ ابْنُ خُزَيْمَةَ*

*وَلِأَبِي دَاوُد فِي رِوَايَةٍ إذَا تَوَضَّأْت فَمَضْمِضْ*

Laqith Ibnu Shabirah Radliyallaahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:  *"Sempurnakanlah dalam berwudlu usaplah sela-sela jari dan isaplah air ke dalam hidung dalam-dalam kecuali jika engkau sedang berpuasa."* Riwayat Imam Empat dan hadits shahih menurut Ibnu Khuzaimah.

Menurut riwayat Abu Dawud:  *"Jika engkau berwudlu berkumurlah."*

*Makna Hadis :*

```Syariat Islam memerintahkan kita ketika berwuduk supaya melakukannya dengan betul dan sempurna dan memastikan anggota wuduk yang tidak dapat kelihatan secara dzahir terbasuh seperti celah-celah yang ada di antara jari-jemari. Ia mesti diambil berat dan dipastikan yang air masuk ke dalamnya sekaligus membersihkannya. Demikian pula diperintahkan agar dalam ber-istinsyaq kita melakukannya dengan kuat dengan memasukkan air ke dalam lubang hidung. Semua itu dilakukan demi menyempurnakan wuduk.```

*Fiqh Hadis :*

1. Disunatkan menyempurnakan wuduk dengan meratakan air ke seluruh
anggota tubuh yang wajib dibasuh dan diusap.

2. Dianjurkan mencela-celahi jari-jemari agar air sampai ke bahagian dalam
celah-celahnya.

3. Dianjurkan ber-mubalaghah dalam ber-istinsyaq kecuali bagi orang yang
sedang berpuasa karena air dikhawatirkan masuk ke dalam tenggorokan dan bisa membatalkan puasa.

4. Dianjurkan berkumur-kumur ketika berwuduk. Jumhur ulama berpendapat, hukumnya sunat, sedangkan menurut sekumpulan ulama yang lain, wajib dan inilah pendapat yang masyhur dari Imam Ahmad. Menurut Imam Abu
Hanifah, wajib berkumur-kumur dan istinsyaq hanya ketika mandi bukan
ketika berwuduk.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_ Semoga bermanfaat. Aamiin..

[21/1 10:45 PM] Musthofa AB:

*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB WUDUK*_

*HADITS KE-37 :*

*وَعَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُخَلِّلُ لِحْيَتَهُ فِي الْوُضُوءِ.أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ وَصَحَّحَهُ ابْنُ خُزَيْمَةَ*

Dari Utsman Radliyallaahu 'anhu bahwa  *Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menyela-nyelai jenggotnya dalam berwudlu.* Dikeluarkan oleh Tirmidzi. Hadits shahih menurut Ibnu Khuzaimah.

*Makna Hadis :*

```Rasulullah (s.a.w) adalah seorang yang berjanggut lebat dan baginda senantiasa mencelah-celahinya ketika berwuduk dan mandi supaya air sampai kepada kulit dibalik janggutnya itu. Nabi (s.a.w) melakukan demikian untuk menyempurnakan wuduk di samping sebagai satu ketetapan syariat bagi umatnya agar mereka mengikuti jejaknya dan menempuh jalan yang lurus. Semoga Allah memberikan
manfaat kepada kita melalui sunnahnya dan menjadikan kita termasuk orang yang mau mendengar perkataan dan mengikuti yang paling baik di antaranya.```

*Fiqh Hadis :*

1. Disyariatkan mencelah-celah janggut dengan memasukkan air melalui jari-jemari diantara bulu janggut. Ini dilakukan jika seseorang berjanggut lebat hingga kulitnya pun tidak nampak kelihatan.

2. Diwajibkan mencelah-celah janggut jika janggut seseorang itu nipis, sebab
menyampaikan air ke kulit yang ada pada bagian bawah janggutnya itu
wajib.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_ Semoga bermanfaat. Aamiin..

[22/1 11:10 PM] Musthofa AB:

*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB WUDUK*_

*HADITS KE-38 :*

*وَعَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدٍ قَالَ : إنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَى بِثُلُثَيْ مُدٍّ فَجَعَلَ يَدْلُكُ ذِرَاعَيْهِأَخْرَجَهُ أَحْمَدُ وَصَحَّحَهُ ابْنُ خُزَيْمَةَ*

Abdullah ibnu Zaid berkata:  *Bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah diberi air sebanyak dua pertiga mud lalu beliau gunakan untuk menggosok kedua tangannya.* Dikeluarkan oleh Ahmad dan dinilai shahih oleh Ibnu Khuzaimah.

*Makna Hadis :*

```Berlebihan dalam menggunakan air sama dengan membazirkan harta dan perbuatan Rasulullah (s.a.w) adalah syariat bagi umatnya. Baginda pernah berwuduk dengan menggunakan air yang sedikit di mana isinya satu pertiga rithl. Air itu baginda gosokkan dengan tangannya ke seluruh anggota wuduk dan setiap tempat yang tersembunyi agar semuanya terkena air. Ukuran tersebut bukanlah batasan minimum, sebaliknya ia hanya berlandaskan perkiraan apabila dikaitkan dengan orang yang besar badannya sama dengan badan Nabi (s.a.w). Oleh itu, kadar atau jumlah air yang digunakan berbeza antara seorang dengan orang lain mengikut keadaan mereka masing-masing.```

*Fiqh Hadis :*

1. Tidak boleh berlebihan dalam menggunakan air ketika berwuduk.

2. Disyariatkan menggosok anggota tubuh ketika berwuduk. Menurut jumhur ulama, hukumnya sunat. Menurut mazhab Maliki, hukumnya fardu kerana mereka berpendapat bahwa menggosok termasuk ke dalam pengertian al-ghusl (membasuh) dalam istilah bahasa.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_ Semoga bermanfaat. Aamiin..

[24/1 12:28 AM] Musthofa AB:

*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB WUDUK*_

*HADITS KE-39 :*

*وَعَنْهُ أَنَّهُ رَأَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْخُذُ لِأُذُنَيْهِ مَاءً غَيْرَ الْمَاءِ الَّذِي أَخَذَهُ لِرَأْسِهِ. أَخْرَجَهُ الْبَيْهَقِيُّ وَهُوَ عِنْدَ مُسْلِمٍ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ بِلَفْظِ : وَمَسَحَ بِرَأْسِهِ بِمَاءٍ غَيْرِ فَضْلِ يَدَيْهِ وَهُوَ الْمَحْفُوظُ*

Dari dia pula:  *bahwa dia pernah melihat Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengambil air untuk mengusap kedua telinganya selain air yang beliau ambil untuk mengusap kepalanya.* Dikeluarkan oleh Baihaqi. Menurut riwayat Muslim disebutkan:  *Beliau mengusap kepalanya dengan air yang bukan sisa dari yang digunakan untuk mengusap kedua tangannya. Inilah yang mahfudh.*

*Makna hadits :*

```Imam al-Syafi‟i rahimahullah telah menjadikan hadis ini sebagai dalil bahawa kedua-dua telinga tidak termasuk bahagian dari kepala. Seandainya kedua telinga itu termasuk bahagian dari kepala, tentu Rasulullah (s.a.w) tidak mengambil air yang baru untuk mengusap keduanya. Mengusap kedua-dua telinga dengan menggunakan sisa air mengusap kepala yang telah ditetapkan oleh hadis yang lain menjelaskan bahawa perbuatan sedemikian dibolehkan.```

*Fiqh Hadis :*

1. Disyaratkan mengambil air yang baru untuk mengusap kepala, kerana tidak
cukup hanya dengan menggunakan air yang tersisa pada kedua tangannya
setelah membasuh kedua tangan.

2. Disyaratkan mengambil air yang baru untuk mengusap kedua-dua telinga,
bukan dengan sisa air yang ada pada kedua tangan setelah mengusap kepala.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_ Semoga bermanfaat. Aamiin..
[24/1 10:54 PM] Musthofa AB: *السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB WUDUK*_

*HADITS KE-40 :*

*وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : سَمِعْت رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : إنَّ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنْ أَثَرِ الْوُضُوءِ فَمَنْ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يُطِيلَ غُرَّتَهُ فَلْيَفْعَلْ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ وَاللَّفْظُ  لِمُسْلِمٍ*

Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: *"Sesungguhnya umatku akan datang pada hari kiamat dalam keadaan wajah dan tangan yang berkilauan dari bekas wudlu. Maka barangsiapa di antara kamu yang dapat memperpanjang kilauannya hendaklah ia mengerjakannya."* Muttafaq Alaihi menurut riwayat Muslim.

*Makna Hadis :*

```Umat Nabi Muhammad (s.a.w) mempunyai keutamaan dan keistimewaan yang lebih dibandingkan umat-umat lain di dunia dan akhirat. Di dunia mereka mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya, sedangkan di akhirat memancarkan cahaya yang berkilauan dari wajah, tangan serta kaki mereka. Ini menunjukkankeutamaan berwuduk, sunat ber-mubalaghah dalam menyempurnakan wuduk dan melengkapinya dengan sunat-sunatnya.```

*Fiqh Hadis :*

Disunatkan menyempurnakan wuduk untuk memperpanjang ghurrah dan tahjil, kerana ia merupakan perhiasan dan keindahan bagi seorang mukmin kelak pada hari kiarnat. Ghurrah dan tahjil merupakan salah satu dari keistimewaan umat Nabi Muhammad (s.a.w). Lain halnya dengan berwuduk, kerana ia tidak hanya dikhususkan kepada mereka. Apa yang dimaksudkan dengan menyempurnakan wuduk adalah melebihkan basuhan dan usapan dari batas yang telah diwajibkan.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_
Semoga bermanfaat. Aamiin..

Senin, 15 Januari 2018

Kajian Hadits IKABA 21-30

Bismillah..
*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB BEJANA*_

*HADITS KE-21 :*

*وَعَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : أَنَّ قَدَحَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْكَسَرَ فَاِتَّخَذَ مَكَانَ الشَّعْبِ سَلْسَلَةً مِنْ فِضَّةٍ أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ*

Dari Anas Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu *bahwa bejana Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam retak, lalu beliau menambal tempat yang retak itu dengan pengikat dari perak.* Diriwayatkan oleh Bukhari.  

*Makna Hadis :*

Semua perkataan dan perbuatan Rasulullah (s.a.w) merupakan ketetapan syariat bagi umatnya. Dalam hadis ini Rasulullah (s.a.w) meletakkan perak pada wadah yang telah retak untuk menampalnya supaya tidak bocor. Ini menunjukkan bahwa itu dibolehkan, dan cara ini dikenal dengan istilah al-tadhbib (menambal barang pecah).

*Fiqh Hadis :*

1. Boleh menampal bekas yang retak dengan perak.

2. Minum dengan menggunakan wadah merupakan perbuatan yang dianjurkan oleh syariat.

*Kesimpulan :*

Hadis-hadis yang disebut dalam bab ini menunjukkan kepada kesimpulan berikut :

1. Haram makan dan minum dengan menggunakan wadah yang terbuat dari emas dan perak.

2. Kulit menjadi suci setelah disamak, meskipun berasal dari haiwan yang mati (bangkai).

3. Dilarang menggunakan wadah milik ahli kitab sebelum dicuci terlebih dahulu.

4. Boleh menampal tempat yang retak pada suatu wadah dengan menggunakan perak.

Wallahu a'lam bisshowab..

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_ Semoga bermanfaat. Aamiin..

[8/1 2:03 AM] Musthofa AB:

*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB MENGHILANGKAN NAJIS*_

*HADITS KE-22 :*

*عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْخَمْرِ تُتَّخَذُ خَلًّا ؟ قَالَ : لَا أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ وَالتِّرْمِذِيُّ وَقَالَ  حَسَنٌ صَحِيحٌ*

Anas Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu berkata: *Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah ditanya tentang khamar (minuman memabukkan) yang dijadikan cuka. Beliau bersabda: "Tidak boleh."* Riwayat Muslim dan Tirmidzi. Menurut Tirmidzi hadits ini hasan dan shahih.  

*Makna Hadis :*

Rasulullah (s.a.w) telah menuturkan kalimat-kalimat yang kemudian diabadikan oleh sejarah. Kesemuanya merupakan nasihat dan pengajaran. Pada suatu hari baginda pernah ditanya mengenai hukum pembuatan cuka yang dibuat daripada khamar. Baginda memberikan jawapan bahwa itu tidak boleh dilakukan. Para ulama mentakwil makna hadis ini dengan mengemukakan pendapat masing-masing, sebagaimana yang akan disebutkan dalam fiqh hadis berikut.

*Fiqh Hadis :*

1. Tidak boleh membuat cuka dari khamar. Khamar tidak menjadi suci dengan dijadikan cuka melalui proses yang dilakukan oleh manusia. Inilah pendapat mazhab Imam al-Syafi'i dan Imam Ahmad kerana ada hadis yang menyuruh menumpahkan khamar. Oleh itu, tidak menumpahkan khamar dan memprosesnya menjadi cuka merupakan perbuatan durhaka yang tidak akan menyucikan cuka itu.

2. Khamar menjadi suci dengan memprosesnya menjadi cuka. Ini adalah pendapat yang masyhur di kalangan mazhab Imam Malik dan mazhab Imam Abu Hanifah, kerana khamar telah berubah menjadi sesuatu yang bermanfaat.

3. Ulamak telah bersepakat bahwa khamar apabila berubah menjadi cuka
dengan sendirinya maka ia menjadi suci.

Wallahu a'lam bisshowab..

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_ Semoga bermanfaat. Aamiin..

[8/1 11:13 PM] Musthofa AB:

*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB MENGHILANGKAN NAJIS*_

*HADITS KE-23 :*

*وَعَنْهُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : لَمَّا كَانَ يَوْمُ خَيْبَرَ أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبَا طَلْحَةَ فَنَادَىإنَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يَنْهَيَانِكُمْ  عَنْ لُحُومِ الْحُمُرِ الْأَهْلِيَّةِ فَإِنَّهَا رِجْسٌ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ*

Darinya (Anas Ibnu Malik r.a), dia berkata: "Ketika hari perang Khaibar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan Abu Thalhah, kemudian beliau berseru: *"Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya melarang engkau sekalian memakan daging keledai negeri (bukan yang liar) karena ia kotor."* Muttafaq Alaihi.

*Makna Hadis :*

Hukum mentaati Rasulullah (s.a.w) adalah wajib berdasarkan nash al-Qur‟an. Betapa Rasulullah (s.a.w) amat mengambil berat tentang ajaran Islam dimana baginda ingin menyampaikannya kepada segenap umat manusia dengan kadar yang segera. Untuk itu, baginda memerintahkan seorang juru penyeru supaya segera menyampaikan kepada seluruh umat manusia apa-apa yang wajib diikuti dalam benda-benda yang haram dimakan seperti haram memakan daging keledai kampung, sebab daging keledai kampung itu najis. Seruan ini didengar oleh seluruh kaum muslimin dan mereka terpaksa menumpahkan isi periuk mereka dan membasuhnya kalau-kalau masih ada lagi saki baki daging keledai yang sudah dimasak. Hal ini dilakukan demi mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya disamping yakin dengan apa yang telah dijanjikan oleh Allah (s.a.w) kepada mereka berupa pahala yang kekal abadi di dalam syurga 'Adn.

*Fiqh Hadis :*

1. Disyariatkan membuat pengumuman untuk memaklumkan perkara penting seperti hukum-hukum dan perkara-perkara penting yang lain.

2. Haram memakan daging keledai kampung.

3. Sembelihan tidak dapat menyucikan hewan yang tidak halal dimakan.

4. Wajib mencuci bekas yang terkena najis ketika hendak dipakai.

5. Keledai liar halal diburu dan halal dimakan.

Wallahu a'lam bisshowab..

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_ Semoga bermanfaat. Aamiin..
[9/1 11:20 PM] Musthofa AB: *السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB MENGHILANGKAN NAJIS*_

*HADITS KE-24 :*

*وَعَنْ عَمْرِو بْنِ خَارِجَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : خَطَبَنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِنًى وَهُوَ عَلَى رَاحِلَتِهِ وَلُعَابُهَا يَسِيلُ عَلَى كَتِفِي أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ وَالتِّرْمِذِيُّ وَصَحَّحَهُ*

Dari Amru Ibnu Khorijah Radliyallaahu 'anhu berkata: *Nabi saw berkhotbah pada waktu kami di Mina sedang beliau di atas binatang kendaraannya, dan air liur binatang tersebut mengalir di atas pundakku.* Dikeluarkan oleh Ahmad dan Tirmidzi, dan dinilainya hadits shahih.

*Makna Hadis :*

Seorang khatib dalam khutbahnya hendaklah menjelaskan apa-apa yang bisa membimbing umat manusia menuju kebaikan agama dan urusan dunia mereka. Khutbah yang disampaikan hendaklah bersesuaian dengan situasi dan keadaan. Khutbah haji hendaklah menjelaskan hukum-hakam ibadah haji; apa yang diboleh dilakukan dan apa pula yang tidak boleh dilakukan sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah (s.a.w) dalam khutbahnya ketika berada di Mina. Dalam khutbah itu baginda menjelaskan tentang hukum-hukum yang berkaitan dengan ibadah haji. Ketika itu Rasulullah (s.a.w) menyaksikan sendiri bahwa air liur unta yang dikenderainya mengalir mengenai tubuh salah seorang sahabatnya, tetapi baginda tidak menyuruhnya supaya menjauh unta tersebut. Hal ini merupakan satu pengakuan dari baginda bahwa hewan yang dagingnya halal dimakan adalah suci.

*Fiqh Hadis :*

1. Disyariatkan menyampaikan khutbah di Mina pada kawasan yang tinggi untuk menjelaskan hukum-hukum manasik haji.

2. Suci air liur haiwan yang boleh dimakan dagingnya. Apa yang termasuk kedalam pengertian hewan yang boleh dimakan adalah setiap haiwan yang suci. Apa yang termasuk kedalam pengertian air liur adalah setiap lebihan yang keluar daripadanya seperti keringat selagi lebihan tersebut tidak mempunyai tempat yang menetap dan sudah diproses di dalam perut hingga berubah dalam bentuk yang lain.

3. Pengakuan Nabi (s.a.w) terhadap suatu perkara yang dilakukan di hadapannya menunjukkan bahwa perkara tersebut adalah dibolehkan, kerana pengakuan baginda dikategorikan sebagai Sunnah.

4. Dalam hadis ini sahabat berkenaan menceritakan semula keadaan yang pernah dialaminya dengan terperinci. Ini menunjukkan ketelitian dan daya
ingatannya yang tajam, di samping membuktikan sahabat tersebut sentiasa berpegang teguh dengan riwayat hadis dan peristiwa yang menjadi latar belakangnya.

Wallahu a'lam bisshowab..

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_ Semoga bermanfaat. Aamiin..

[11/1 2:42 AM] Musthofa AB:

*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB MENGHILANGKAN NAJIS*_

*HADITS KE-25 :*

*وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَغْسِلُ الْمَنِيَّ ثُمَّ يَخْرُجُ إلَى الصَّلَاةِ فِي ذَلِكَ الثَّوْبِ وَأَنَا أَنْظُرُ إلَى أَثَرِ الْغَسْلِ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ*

*وَلِمُسْلِمٍ : لَقَدْ كُنْت أَفْرُكُهُ مِنْ ثَوْبِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرْكًا فَيُصَلِّي فِيه*

*وَفِي لَفْظٍ لَهُ : لَقَدْ كُنْت أَحُكُّهُ يَابِسًا بِظُفْرِي مِنْ ثَوْبِهِ*

'Aisyah Radliyallaahu 'anhu berkata: *Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah mencuci pakaian bekas kami, lalu keluar untuk menunaikan shalat dengan pakaian tersebut, dan saya masih melihat bekas cucian itu.* Muttafaq Alaihi.  

Dalam Hadits riwayat Muslim: *Aku benar-benar pernah menggosoknya (bekas mani) dari pakaian Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, kemudian beliau sholat dengan pakaian tersebut.*

Dalam Lafadz lain hadits riwayat Muslim: *Aku benar-benar pernah mengerik mani kering dengan kukuku dari pakaian beliau.*

*Makna Hadis :*

Allah (s.w.t) memuliakan umat manusia dan mengutamakannya ke atas seluruh makhluk yang lain dengan menjadikan suci asal kejadiannya dan mulia asal penciptaannya. 'Aisyah Ummu al-Mu'minin telah menceritakan bahwa beliau pernah mengorek bekas air mani yang ada pada pakaian Rasulullah (s.a.w) dengan kukunya.

*Fiqh Hadis :*

Mencuci bekas air mani ialah apabila masih dalam keadaan basah, namun apabila sudah kering, maka cukup dengan cara mengoreknya. Ulamak berbeda pendapat mengenai air mani ini. Abu Hanifah berserta murid-muridnya, Imam Malik dan salah satu riwayat dari Imam Ahmad mengatakan bahwa air mani itu najis.
Mereka berkesimpulan demikian berlandaskan kepada riwayat-riwayat yang mengatakan ia wajib dicuci dan demikian pula hadis 'Ammar yang mengatakan bahwa sesungguhnya kamu mesti mencuci pakaianmu jika terkena berak, kencing, mani, darah dan muntah. Di samping itu, mereka turut mengqiaskan air manis dengan dengan segala sesuatu benda yang menjijikkan, kerana ia melalui proses penghadaman dan merupakan sari makanan yang telah diproses di dalam perut. Mani dianggap najis menurut mereka kerana setiap hadas yang mewajibkan seseorang bersuci diri darinya adalah najis, sedangkan air mani merupakan salah satu darinya. Alasan lain air mani itu najis kerana ia keluar melalui jalur
yang sama dengan tempat keluar air kencing. Imam Malik mentakwilkan hadis yang mengatakan mengoreknya bahwa itu dilakukan dengan menggunakan air. Manakala mengorek bekas air mani yang dilakukan oleh Aisyah untuk menghilangkannya dari pakaian Nabi (s.a.w) barangkali baginda sendiri tidak mengetahui apa yang dilakukan 'Aisyah atau kerana air mani Nabi (s.a.w) dianggap suci yang merupakan keistimewaan bagi baginda. Imam Abu Hanifah mengatakan bahwa bekas air mani hendaklah dicuci dengan air apabila masih basah, tetapi apabila telah kering, maka sudah mencukupi dengan cara mengoreknya saja. Ini bertujuan untuk mengamalkan kedua-dua hadis di atas. Hal ini disamakan dengan selipar yang terkena najis. Menurut mazhab Imam al-Syafi'i, ulamak hadis dan Imam Ahmad dalam salah satu yang paling sahih darinya pula bahwa air mani itu suci. Mereka mengambil kesimpulan demikian kerana berlandaskan kepada hadits Ibn 'Abbas (r.a) yang menceritakan bahwa: “Rasulullah (s.a.w) pernah ditanya mengenai air mani yang terkena pakaian lalu baginda bersabda: “Sesungguhnya air mani itu sama kedudukannya dengan hingus, dahak dan ludah.” Rasulullah (s.a.w) melanjutkan sabdanya: “Sesungguhnya sudah memadai bagimu dengan mengusapnya dengan kain atau idzkhir.” (Disebut oleh
al-Daruquthni dan al-Baihaqi).
Menyerupakan air mani dengan hingus dan ludah menunjukkan bahwa air
mani itu suci. Adapun perintah untuk mengelapnya dengan kain atau sabut idzkhir, maka itu bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang tidak patut dikekalkan pada pakaian yang hendak dipakai untuk mengerjakan solat.

Wallahu a'lam bisshowab..

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_ Semoga bermanfaat. Aamiin..

[12/1 7:11 AM] Musthofa AB:

*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB MENGHILANGKAN NAJIS*_

*HADITS KE-26 :*

*عَنْ أَبِي السَّمْحِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُغْسَلُ مِنْ بَوْلِ الْجَارِيَةِ وَيُرَشُّ مِنْ بَوْلِ الْغُلَامِ أَخْرَجَهُ أَبُو  دَاوُد وَالنَّسَائِيُّ  وَصَحَّحَهُ الْحَاكِمُ*

Dari Abu Samah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:  *"Bekas air kencing bayi perempuan harus dicuci dan bekas air kencing bayi laki-laki cukup diperciki dengan air."* Dikeluarkan oleh Abu Dawud dan Nasa'i. Oleh Hakim hadits ini dinilai shahih.

*Makna Hadis :*

Syariat sungguh bijaksana dalam setiap keputusan  yang dibuat. Kita sering kali menggendong bayi lelaki dan memeluk mereka. Di sini syariat meringankan najis air kencing mereka dengan syarat bayi lelaki itu masih belum berusia dua tahun dan hanya meminum susu. Cara menyucikan air kencingnya ialah dengan memercikkan air ke atasnya. Ini berbeda dengan air kencing bayi perempuan di mana cara menyucikannya ialah dengan membasuhnya, kerana najisnya lebih
berat daripada najis air kencing bayi lelaki. Selain najis air kencing, tidak ada perbedaan diantara keduanya, yakni sama-sama najis.

*Fiqh Hadis :*

Perbedaan yang ada antara air kencing bayi lelaki dengan bayi perempuan
menurut hukum ialah sebelum mereka memakan makanan lain selain air susu. Air kencing keduanya sama-sama najis, tetapi untuk membersihkan air kencing lelaki cukup dengan memercikkannya dengan air, yakni menyiramnya tanpa mengalirkan air. Ini merupakan kemudahan syariat. Cara membersihkan air kencing bayi perempuan pula tidak cukup hanya dengan memercikkan air ke  atasnya, melainkan wajib dibasuh. Hikmah yang terdapat dalam masalah ini menurut satu pendapat adalah bersifat ta'abbudiyyah (semata-mata mematuhi perintah syariat), sedangkan menurut pendapat yang lain mengatakan itu kerana orang kebanyakan lebih menyukai bayi lelaki dan sering kali menggendongnya. Oleh itu, syariat memberikan keringanan dalam masalah ini. Menurut pendapat yang lain pula, air kencing bayi perempuan lebih pekat, manakala air kencing bayi lelaki tidak demikian.
Dalam kaitan ini para ulamak berbeda pendapat. Imam Ahmad dan Imam al-
Syafi'i mengatakan adanya rukhsah terhadap air kencing bayi lelaki sebelum usia dua tahun dan belum memakan makanan lain selain air susu. Sedangkan menurut Imam Abu Hanifah dan pendapat masyhur di kalangan mazhab Maliki, air kencing bayi lelaki dan bayi perempuan sama-sama najis, dan mesti tetap dibasuh.

Wallahu a'lam bisshowab..

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_ Semoga bermanfaat. Aamiin..

[12/1 11:19 PM] Musthofa AB:

*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB MENGHILANGKAN NAJIS*_

*HADITS KE-27 :*

*وَعَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِي بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ - فِي دَمِ الْحَيْضِ يُصِيبُ الثَّوْبَ تَحُتُّهُ ثُمَّ تَقْرُصُهُ بِالْمَاءِ ثُمَّ تَنْضَحُهُ ثُمَّ تُصَلِّي فِيهِ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ*

Dari Asma binti Abu Bakar Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda tentang darah haid yang mengenai pakaian:  *"Engkau kikis, engkau gosok dengan air lalu siramlah, baru kemudian engkau boleh sholat dengan pakaian itu."* Muttafaq Alaihi.

*Makna Hadis :*

Mematuhi undang-undang samawi dan ajaran Islam merupakan satu kemestian bagi umat manusia. Syariat Islam memerintahkan kita supaya senantiasa menjaga kebersihan dan membasuh najis yang terkena pakaian kita. Siti Hawa disiksa lantaran membangkang perintah Allah. Dia terpaksa menjalani masa mengandung dan melahirkan anak dengan susah payah, di samping menjadikannya mengeluarkan darah sebulan sekali. Sejak itu Siti Hawa haid, lalu dikatakan kepadanya: “Telah ditetapkan ke atas dirimu dan anak-anak perempuan kamu berhaid.” Ia menjadi sebahagian hidup kaum perempuan. Kadang kala pakaian wanita yang haid terpalit darah haid dan oleh kerananya, syariat Islam memerintahkan supaya bekas darah itu dikorek, lalu dikucak dan dicuci dengan air hingga ketiga-tiga sifatnya hilang.

*Fiqh Hadis :*

1. Hukum darah itu najis.

2. Wajib membasuh tempat yang terkena darah dengan air dan bersungguh-sungguh dalam menghilangkan kesannya dengan cara mengorek dan mengucak serta membasuhnya agar kesannya hilang. Cara menghilangkan semua najis dalam bentuk cecair adalah menggunakan air.

3. Peringatan keras dari melakukan berlebih-lebihan ketika membasuh najis. Inilah makna yang terkandung dalam ungkapan al-nadh yang maknanya menggunakan air secara tidak berlebihan dan tidak boleh boros.

4. Kesan warna darah jika sukar dihilangkan adalah dimaafkan dengan syarat telah bersungguh-sungguh membasuhnya untuk menghilangkan warnanya. Ini berlandaskan kepada dalil yang akan disebut pada hadis berikut ini: “Dan tidak membahayakanmu bekas yang masih ada itu.”

Wallahu a'lam bisshowab..

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_ Semoga bermanfaat. Aamiin..

[14/1 9:32 PM] Musthofa AB:

*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB MENGHILANGKAN NAJIS*_

*HADITS KE-28 :*

*وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَتْ خَوْلَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَإِنْ لَمْ يَذْهَبْ الدَّمُ ؟ قَالَ : يَكْفِيك الْمَاءُ وَلَا يَضُرُّك أَثَرُهُ أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ وَسَنَدُهُ ضَعِيفٌ*

Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu berkata: Khaulah bertanya, wahai Rasulullah, meskipun darah itu tidak hilang? Beliau menjawab:  *"Engkau cukup membersihkannya dengan air dan bekasnya tidak mengapa bagimu."* Dikeluarkan oleh Tirmidzi dengan sanad yang lemah.

*Makna Hadis :*

Seorang manusia berdiri di hadapan Allah mesti dalam keadaan tubuh badan yang suci. Untuk itu, pakaiannya pun mesti suci. Jika salah satu najis seperti darah terkena pakaiannya, dia wajib menghilangkannya dengan apa saja caranya disertai dengan usaha keras untuk membersihkannya. Jika warna najis tersebut sukar untuk dihilangkan dari pakaian, maka itu dimaafkan oleh agama Islam. Dalam kaitan ini, Rasulullah (s.a.w) bersabda :
“Tidak seorangpun yang bersikap berlebihan dalam agama ini melainkan agama pasti mengalahkannya.” Dengan kata lain, seseorang pasti tidak mampu mengamalkan agama ini ekstrim kerana dia sebenarnya tidak mampu berbuat demikian. Ini merupakan salah satu bentuk kemudahan hukum Islam.

*Fiqh Hadis :*

1. Tidak wajib menggunakan barang kasar seperti bahan yang digunakan untuk menyamak atau sabun untuk menghilangkan warna najis dan melenyapkan 'ainnya, sebaliknya sudah mencukupi dengan menggunakan air.

2. Sisa bau najis atau warnanya tidak membuat mudarat apabila sukar
dihilangkan.

3. Disunahkan merubah bekas warna darah dengan shufrah atau minyak zakfaran untuk menutupi warna aslinya dan memalingkan diri dari terus melihatnya sebagaimana yang telah dinyatakan dalam hadis yang disebut oleh al-Darimi.

*Kesimpulan :*

Hadis-hadis yang telah disebut dalam bab ini memberitahu najisnya benda-benda berikut, yaitu khamer, daging keledai kampung, air mani, air kencing bayi perempuan dan bayi lelaki dan darah haid.

Wallahu a'lam bisshowab..

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_ Semoga bermanfaat. Aamiin..

[15/1 4:56 AM] Musthofa AB:

*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB WUDUK*_

*HADITS KE-29 :*

*عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ : لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ وُضُوءٍ أَخْرَجَهُ مَالِكٌ وَأَحْمَدُ وَالنَّسَائِيُّ. وَصَحَّحَهُ ابْنُ خُزَيْمَةَوَذَكَرَهُ الْبُخَارِيُّ تَعْلِيقًا*

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu dari Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bahwa beliau bersabda: *"Seandainya tidak memberatkan atas umatku niscaya aku perintahkan mereka bersiwak (menggosok gigi dengan kayu aurok) pada setiap kali wudlu."* Dikeluarkan oleh Malik Ahmad dan Nasa'i. Oleh Ibnu Khuzaimah dinilai sebagai hadits shahih sedang Bukhari menganggapnya sebagai hadits mu'allaq.

*Makna Hadis :*

Rasulullah (s.a.w) tidak senang membebankan tugas berat kepada umatnya kerana khuatir mereka tidak mampu mengerjakan apa yang diperintahkan kepada mereka. Baginda amat menyayangi umatnya dan oleh karenanya, mereka tidak diperintahkan bersiwak pada setiap kali hendak berwuduk, sekalipun bersiwak
mengandungi banyak manfaat, seperti menghilangkan bau mulut, membuat baumulut menjadi wangi, gusi menjadi kuat dan bermunajat kepada Allah (s.w.t) dalam keadaan yang paling sempurna bagi tujuan memuliakan ibadah dan menghormati malaikat yang berada di hadapannya. Selain itu, dengan bersiwak gigi menjadi bersih dan nampak putih bersinar. Nabi (s.a.w) telah mengukuhkan hukum sunat bersiwak ketika hendak berwuduk, solat, membaca Al-Quran, ketika bangun dari tidur dan ketika mulut berbau tidak sedap. Keutamaan bersiwak telah disebutkan dalam banyak hadits yang jumlahnya lebih dari seratus hadits. Betapa anehnya, Sunnah yang di dalamnya mengandungi keutamaan besar ini sering kali diabaikan oleh ramai orang hingga oleh orang yang mengaku dirinya terpelajar sekalipun. Mudah-mudahan Allah memberikan taufik kepada seluruh umat manusia untuk melakukan apa yang disukai dan diRidhai-Nya.

*Fiqh Hadis :*

1. Keutamaan memudahkan dalam perkara agama dan setiap apa yang boleh memberatkan hukumnya makruh.

2. Ungkapan perintah apabila tidak disertai qarinah-qarinah yang mengikatnya menunjukkan makna wajib.

3. Disunahkan bersiwak sebelum berwuduk. Ini merupakan Sunnah Nabi (s.a.w). Atas dasar inilah hadits siwak disebutkan dalam bab berwuduk.

4. Rasulullah (s.a.w) sangat belas kasihan kepada umatnya.

Wallahu a'lam bisshowab..

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_ Semoga bermanfaat. Aamiin..

[16/1 12:40 AM] Musthofa AB:

*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB WUDUK*_

*HADITS KE-30 :*

*وَعَنْ حُمْرَانَ أَنَّ عُثْمَانَ دَعَا بِوَضُوءٍ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ تَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ وَاسْتَنْثَرَ ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى إلَى الْمِرْفَقِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى إلَى الْكَعْبَيْنِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ قَالَ : رَأَيْت رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَامُتَّفَقٌ عَلَيْهِ*

Dari Humran bahwa Utsman meminta air wudlu.  *Ia membasuh kedua telapak tangannya tiga kali lalu berkumur dan menghisap air dengan hidung dan menghembuskannya keluar kemudian membasuh wajahnya tiga kali. Lalu membasuh tangan kanannya hingga siku-siku tiga kali dan tangan kirinya pun begitu pula. Kemudian mengusap kepalanya lalu membasuh kaki kanannya hingga kedua mata kaki tiga kali dan kaki kirinya pun begitu pula. Kemudian ia berkata: Saya melihat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berwudlu seperti wudlu-ku ini.* Muttafaq Alaihi.

*HADITS KE 31 :*

*وَعَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - فِي صِفَةِ وُضُوءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - قَالَ : وَمَسَحَ بِرَأْسِهِ وَاحِدَةً أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُد وَأَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ وَالنَّسَائِيُّ بِإِسْنَادٍ صَحِيحٍ. بَلْ قَالَ التِّرْمِذِيُّ : إنَّهُ أَصَحُّ شَيْءٍ فِي الْبَابِ*

Dari Ali Radliyallaahu 'anhu tentang cara berwudlu Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dia berkata:  *Beliau mengusap kepalanya satu kali.*  Dikeluarkan oleh Abu Dawud. Tirmidzi dan Nasa'i juga meriwayatkannya dengan sanad yang shahih bahkan Tirmidzi menyatakan bahwa ini adalah hadits yang paling shahih pada bab tersebut.  

*Makna Hadis :*

Pengajaran secara praktikal faedahnya dapat dirasakan secara langsung dan kaedah ini mudah diterima dan diingati. Ini diperkuatkan lagi dengan teori yang disebutkan dalam buku-buku pendidikan, bahwa pakar pendidikan menganjurkan untuk melakukan sistem pengajaran seperti ini. Hadis ini menjelaskan kepada kita tentang wuduk yang pernah diperagakan oleh Khalifah Utsmam di hadapan orang ramai, agar orang yang belum faham dapat menyaksikan dan mengingatinya dengan cepat. Hadis yang diceritakan oleh 'Ali (r.a) di dalamnya terdapat tambahan keterangan yang tidak disebutkan dalam hadis Khalifah Utsman, yaitu mengusap kepala satu kali, padahal anggota lainnya sebanyak tiga kali.

*Fiqh Hadis :*

1. Telah disepakati bahwa boleh meminta tolong mendatangkan air dan hukum perbuatan ini tidak makruh. Lain halnya dengan meminta tolong untuk
membasuh anggota tubuh, maka itu dimakruhkan, kecuali kerana terdapat
alasan yang dibenarkan syariat Islam.

2. Disunahkan membasuh kedua telapak tangan sebelum memasukkannya kedalam bekas untuk mengambil air.

3. Disunahkan membasuh beberapa anggota wuduk sebanyak tiga kali. Menurut pendapat jumhur ulama, tiga kali basuhan ini hukumnya sunat, bukan wajib, kerana terdapat hadis sahih yang menegaskan bahwa Rasulullah (s.a.w)
melakukan (basuhan) wuduk sebanyak satu sekali basuhan.

4. Kedua-dua siku hendaklah dibasuh bersamaan dengan kedua tangan. Begitu pula kedua-dua mata kaki hendaklah dibasuh bersamaan dengan kedua telapak kaki, kerana ila bermakna ma'a. Pemahaman seperti ini berlandaskan kepada perbuatan Rasulullah (s.a.w).

5. Mendahulukan yang sebelah kanan ke atas sebelah kiri.

6. Wajib mengusap kepala secara mutlak, namun adakah sudah memadai menyapu sebahagian kepala atau mesti menyapunya secara keseluruhan?
Ulama berselisih pendapat dalam masalah ini. Imam Malik dan Imam Ahmad dalam suatu riwayat mengatakan bahwa wajib meratakan usapan ke seluruh kepala. Pendapat ini disukung oleh sekumpulan mazhab al-Syafi'i. Tetapi kebanyakan ulama berpendapat cukup hanya mengusap sebahagian kepala dan di antara mereka yang berpendapat demikian ialah Imam al-Syafi'i. Mereka
yang berpendapat wajib mengusap seluruh kepala mentafsirkan huruf ba' dalam firman-Nya برؤوسكم adalah shilah (penghubung). Sedangkan yang berpendapat sudah memadai mengusap sebahagian kepala mengatakan bahawa huruf ba' tersebut bermakna tab'idhiyah (sebahagian). Jadi ayat ini masih bersifat umum dan perlukan penjelasan. Ia kemudian dijelaskan oleh Sunnah bahwa mengusap sebagian kepala sudah mencukupi.

Apa yang dimaksudkan dengan “sebahagian” di sini menurut Imam Abu Hanifah ialah seperempat dari kepala, sedangkan menurut Imam al-Syafi'i batasan minimum “sebahagian” itu
selagi perbuatan itu sudah dapat dikatakan mengusap sekalipun yang diusapnya hanya sehelai rambut kepala.

7. Disyariatkan tartib (berurutan) dalam berwuduk. Imam al-Syafi'i mewajibkan tartib ini dan begitu pula Imam Ahmad. Lain halnya dengan Imam Maliki dan Imam Abu Hanifah, dimana keduanya mengatakan bahwa tartib adalah sunat.

8. Mengajar dengan cara praktek atau peragaan mampu memberi kesan dan pengaruh yang lebih mendalam dibandingkan mengajar dengan cara teori.

9. Disyariatkan mengusap kepala satu kali.

Wallahu a'lam bisshowab..

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_ Semoga bermanfaat. Aamiin..

Selasa, 09 Januari 2018

Kajian Hadits IKABA 10-20

[28/12/2017 1:02 AM] Musthofa AB:

*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB THAHARAH*_

*HADITS KE-10 :*

*وَعَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : جَاءَ أَعْرَابِيٌّ فَبَالَ فِي طَائِفَةِ الْمَسْجِدِ فَزَجَرَهُ النَّاسُ فَنَهَاهُمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا قَضَى بَوْلَهُ أَمَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِذَنُوبٍ مِنْ مَاءٍ؛ فَأُهْرِيقَ عَلَيْهِ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ*

*Anas Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu berkata: "Seseorang Badui datang kemudian kencing di suatu sudut masjid, maka orang-orang menghardiknya, lalu Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melarang mereka. Ketika ia telah selesai kencing, Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menyuruh untuk diambilkan setimba air lalu disiramkan di atas bekas kencing itu." Muttafaq Alaihi.*

*Makna Hadis :*

Rasulullah (s.a.w) diutus untuk menyayangi umat manusia, membimbing mereka kepada akhlak yang mulia dan membantu orang jahil apabila melakukan suatu kesalahan. Para sahabat merasa gusar dan marah terhadap orang Arab badawi yang kencing di dalam masjid ini, sedangkan dia baru masuk Islam. Rasulullah
(s.a.w) melarang mereka untuk memarahinya. Sikap para sahabat yang tergopoh-gapah itu boleh mendatangkan mudarat kerana orang Arab badawi itu apabila menghentikan kencingnya secara mengejut boleh menyebabkan pakaian dan badannya terkena najis dan najis pun akan menyebar ke tempat yang lain di
dalam masjid. Keadaan ini tidak akan terjadi apabila orang Arab badawi itu tidak menghentikan kencingnya secara tiba-tiba. Kemudian Nabi (s.a.w) memberikan petunjuk kepada mereka tentang bagaimana cara membersihkan tanah yang terkena najis, yaitu dengan menyiramnya dengan air secukupnya. Nabi (s.a.w) apabila mengutus utusan ke berbagai pelosok negeri, baginda senantiasa berpesan kepada mereka menerusi sabdanya

*Fiqh Hadis :*

1. Dianjurkan untuk bersikap belas kasihan kepada orang jahil dan memberikan pengajaran tentang apa yang harus dikerjakannya tanpa perlu menggunakantindakan kasar selagi pelanggaran yang dilakukannya itu tidak bermaksud memandang remeh atau sebagai pembangkangan.

2. Masyarakat dibolehkan memprotes orang yang melakukan pelanggaran di
hadapan pemimpin mereka meskipun tanpa memperoleh kebenaran
terdahulu daripada pemimpin mereka.

3. Menolak perkara yang boleh menimbulkan mudarat yang lebih besar di antara dua mudarat dengan cara melakukan perkara yang lebih ringan mudaratnya di antara kedua-dua mudarat itu.

4. Air kencing manusia hukumnya najis.

5. Diwajibkan menghormati masjid dan membersihkannya dari sebarang kotoran dan najis. Ini telah disadari oleh para sahabat dan oleh karananya, mereka segera memarahi lelaki badwi itu.

6. Dianjurkan supaya segera menghilangkan perkara-perkara yang boleh mendatangkan kerosakan dan bahaya selagi tidak ada halangan untuk melaksanakannya, kerana Rasulullah (s.a.w) telah menyuruh mereka supaya
menuangkan setimba air ke tempat bekas kencingnya setelah lelaki badawi itu selesai kencing.

7. Tanah yang terkena najis menjadi suci apabila telah disiram dengan air,
menurut jumhur ulama, namun menurut mazhab Hanafi, tanah yang terkena
najis menjadi suci setelah tanah itu kering.

*Faedah Hadits :*

1. Air kencing (manusia) itu najis, dan wajib mensucikan tempat yang mengenainya baik itu badan, pakaian, wadah, tanah, atau selainnya.

2. Cara mensucikan air kencing yang ada di tanah adalah menyiramkannya dengan air, dan tidak disyaratkan memindahkan debu dari tempat itu baik sebelum menyiramnya maupun setelahnya. Hal serupa (penyuciannya) dengan air kencing adalah (penyucian) najis-najis lainnya, dengan syarat najis-najis tersebut tidak berbentuk padatan.

3. Penghormatan terhadap masjid dan pensuciannya, serta menjauhkan kotoran dan najis darinya. Telah diriwayatkan oleh al-jama’ah, kecuali imam Muslim bahwa beliau –shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada orang Badui tersebut, “Sesungguhnya masjid ini tidak layak dikotori sesuatu berupa kencing ini dan kotoran, tempat ini hanyalah untuk berdzikir kepada Allah dan membaca Al Qur’an”.

4. Toleransinya akhlak Nabi –shallallahu a’laihi wa sallam-. Beliau memberi petunjuk kepada orang arab Badui tersebut dengan lemah lembut setelah dia selesai kencing, yang membuat dia mengkhususkan doanya untuk nabi, dia berkata, “Ya Allah, rahmatilah aku dan Muhammad, dan janganlah engkau rahmati seorangpun yang ada bersama kami”, sebagaimana yang terdapat di Shahih Al Bukhori.

5. Luasnya pandangan beliau dan pengenalan beliau tentang tabiat manusia serta baiknya akhlak beliau bersama mereka sampai-sampai seluruh hati mereka mencintai beliau, Allah ta’ala berfirman, “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur” (QS Al Qolam : 4).

6. Ketika ada berbagai kerusakan berkumpul, maka yang dilakukan adalah kerusakan yang lebih ringan. Beliau –shallallahu ‘alaihi wa sallam- membiarkannya sampai selesai kencing, agar tidak mengakibatkan mudhorat dengan terputusnya kencing (secara mendadak) dan dari terkotorinya badannya, pakaiannya, dan menyebarnya kencing tersebut ke daerah lain di dalam masjid tersebut, serta bahaya yang terjadi pada tubuhnya khususnya saluran kencing

7. Jauhnya dari masyarakat dan kota menyebabkan kurangnya pengetahuan dan kebodohan.

8. Anjuran lemah lembut dalam mengajarkan orang yang bodoh tanpa kekerasan

9. Bahwa yang dikenai hukum-hukum syar’i berupa dosa atau hukuman di dalam kehidupan hanyalah untuk orang yang tahu terhadap hukumnya, adapun orang yang bodoh maka tidak tercela baginya, akan tetapi diajarkan padanya agar dia mengerjakannya.

Wallahu a'lam bisshowab..

*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.* Semoga bermanfaat. Aamiin..

[29/12/2017 1:50 AM] Musthofa AB:

*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB THAHARAH*_

*HADITS KE-11 :*

*وَعَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُحِلَّتْ لَنَا مَيْتَتَانِ وَدَمَانِ. فَأَمَّا الْمَيْتَتَانِ : فَالْجَرَادُ وَالْحُوتُ وَأَمَّا الدَّمَانِ : فَالطِّحَالُ وَالْكَبِدُ  أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ وَابْنُ مَاجَهْ وَفِيهِ  ضَعْفٌ*

*Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Dihalalkan bagi kita dua macam bangkai dan dua macam darah. Dua macam bangkai itu adalah belalang dan ikan, sedangkan dua macam darah adalah hati dan jantung." Diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Majah, dan di dalam sanadnya ada kelemahan.*

*Makna Hadis :*

Allah (s.w.t) telah mengharamkan bangkai melalui nash dalam al-Qur‟an, tetapi mengecualikan beberapa hal melalui lisan Rasul-Nya. Untuk itu, Allah (s.w.t) membolehkan kita memakan bangkai laut dan bangkai belalang, serta menghalalkan pula darah, yaitu hati dan limpa.

*Fiqh Hadis :*

1. Haram memakan bangkai kecuali bangkai belalang dan bangkai ikan, namun dalam masalah ini ini masih ada perselisihan pendapat. Imam al-Syafi‟i dan Imam Abu Hanifah mengatakan bahawa bangkai belalang halal dimakan dalam keadaaan apa jua sekalipun sebaik dijumpai bangkainya, sama saja mati dengan sendirinya ataupun mati disebabkan oleh perbuatan manusia. Imam Malik dan Imam Ahmad mengatakan bahwa bangkai belalang tidak halal dimakan kecuali belalang yang mati kerana perbuatan manusia, seperti sebagian anggota tubuhnya dipotong, direbus, dilempar ke dalam api dalam keadaan hidup, atau dipanggang. Jika belalang mati dengan sendirinya atau dijumpai dalam keadaan mati di dalam suatu tempat, maka hukumnya haram dimakan. Adapun ikan, menurut mazhab jumhur ulama, semuanya halal dimakan, sama saja mati karena perbuatan manusia atau kerana dipukul ombak laut ke tepi pantai atau ikan itu sendiri yang melompat ke daratan lalu mati. Demikian pula haram dimakan ikan yang mengapung dalam keadaan
mati, tetapi menurut Imam al-Syafi‟i hukumnya halal dimakan.

2. Haram memakan darah, kecuali hati dan limpa maka ia halal dimakan.

Wallahu a'lam bisshowab..

*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.* Semoga bermanfaat. Aamiin..

[30/12/2017 4:58 AM] Musthofa AB:

*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB THAHARAH*_

*HADITS KE-12 :*

*وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذَا وَقَعَ الذُّبَابُ فِي شَرَابِ أَحَدِكُمْ فَلْيَغْمِسْهُ ثُمَّ لِيَنْزِعْهُ فَإِنَّ فِي أَحَدِ جَنَاحَيْهِ دَاءً وَفِي الْآخَرِ شِفَاءً أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ وَأَبُو دَاوُد .وَزَادَ وَإِنَّهُ يَتَّقِي بِجَنَاحِهِ الَّذِي فِيهِ الدَّاءُ*

*Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila ada lalat jatuh ke dalam minuman seseorang di antara kamu maka benamkanlah lalat itu kemudian keluarkanlah, sebab ada salah satu sayapnya ada penyakit dan pada sayap lainnya ada obat penawar." Dikeluarkan oleh Bukhari dan Abu Dawud dengan tambahan: "Dan hendaknya ia waspada dengan sayap yang ada penyakitnya."*

*Makna Hadis :*

_Lalat adalah binatang yang sangat mengganggu ketenangan manusia. Oleh itu, Rasulullah (s.a.w) memberitahu melalui sabdanya bahwa apabila lalat terjatuh biasanya menggunakan sayap yang sebelah kirinya, yaitu sayap yang
mengandung penyakit. Cara menawarkan penyakit ini ialah dengan
menenggelamkan lalat tersebut agar manfaat dari sayap lain sebagai penawar yaitu sayap yang sebelah kanannya. Hal ini membuktikan
kemukjizatan Nabi (s.a.w) dan kebenarannya telah diakui pula oleh ilmu perobatan moderen melalui mikroskop._

*Fiqh Hadis :*

1. Boleh membunuh lalat apabila ia terjatuh kedalam minuman atau makanan, yaitu dengan menenggelamkan sayapnya yang kedua yang di dalamnya mengandung
Obat penawar.

2. Apabila lalat mati dalam cairan, maka cairan itu tidak menjadi najis karenanya. Perintah Rasulullah (s.a.w) supaya lalat tersebut ditenggelamkan (dibenamkan) kedalam tempat makanan atau minuman menunjukkan lalat tersebut akan mati, terlebih-lebih jika makanan dalam keadaan panas. Ini juga menunjukkan bahwa bangkai hewan yang tidak ada darahnya tidak najis.

3. Ini merupakan mukjizat Nabi Muhammad (s.a.w) yang telah membuktikan adanya penyakit dan penawar pada kedua-dua sayap lalat. Ilmu perubatan moden mengakui kebenaran hikmah ini melalui mikroskop, bahwa pada sayap kiri lalat
terdapat zat beracun yang tidak ada obatnya kecuali dengan zat lain yang ada pada sayap yang sebelah kanannya.

4. Berobat merupakan sesuatu yang dianjurkan dan oleh kerana itu, seseorang tidak dibenarkan membiarkan dirinya dibinasakan oleh penyakit hanya berserah diri kepada cara bertawakkal yang salah, sebaliknya dia dianjurkan untuk tetap berobat dan barulah bertawakkal kepada Allah.

Wallahu a'lam bisshowab..

*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.* Semoga bermanfaat. Aamiin..

[31/12/2017 6:21 AM] Musthofa AB:

*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB THAHARAH*_

*HADITS KE-13 :*

*وَعَنْ أَبِي وَاقِدٍ اللَّيْثِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا قُطِعَ مِنْ الْبَهِيمَةِ - وَهِيَ حَيَّةٌ - فَهُوَ مَيِّتٌ أَخْرَجَهُ أَبُو  دَاوُد وَالتِّرْمِذِيُّ وَحَسَّنَهُ وَاللَّفْظُ  لَهُ*

*Dari Abu Waqid Al-Laitsi Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Anggota yang terputus dari binatang yang masih hidup adalah termasuk bangkai. Dikeluarkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi dan beliau menyatakannya shahih. Lafadz hadits ini menurut Tirmidzi.*

*Makna Hadis :*

Ketika Rasulullah (s.a.w) tiba di Madinah, terdapat masyarakat yang biasa memotong buntut kambing dan punuk unta untuk dimakan minyaknya manakala lemaknya pula dijadikan sebagai bahan bakar pelita. Melihat itu, Nabi (s.a.w) memberitahu mereka bahwa anggota tubuh haiwan yang dipotong dalam keadaan hidup hukumnya sama dengan bangkai, yaitu tidak boleh dimakan, tidak
boleh diambil manfaatnya untuk menyalakan pelita dan tidak boleh pula
membelinya. Di samping itu, tindakan tersebut bererti menyeksa hewan, padahal syariat telah menyuruh kita supaya menyayanginya.

*Fiqh Hadis :*

1. Dilarang menyeksa hewan dengan memotong sebahagian anggota tubuhnya.

2. Hukum mengenai anggota tubuh hewan yang dipotong, sedangkan hewan tersebut masih dalam keadaan hidup adalah haram dimakan dan haram pula memanfaatkannya.

3. Keputusan hukum bahwa anggota tubuh makhluk hidup yang dipotong
adalah dikategorikan sebagai bangkai jika anggota tubuh tersebut masih berfungsi, sedangkan anggota tubuh yang sudah tidak berfungsi lagi (mati) tidak dianggap sebagai bangkai.

Wallahu a'lam bisshowab..

*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.* Semoga bermanfaat. Aamiin..

[1/1 7:13 AM] Musthofa AB:

*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB BEJANA*_

*HADITS KE-14 :*

*عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَشْرَبُوا فِي آنِيَةِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَلَا تَأْكُلُوا فِي صِحَافِهِمَا فَإِنَّهَا لَهُمْ فِي الدُّنْيَا وَلَكُمْ فِي الْآخِرَةِ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ*

*Dari Hudzaifah Ibnu Al-Yamani Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah kamu minum dengan bejana yang terbuat dari emas dan perak, dan jangan pula kamu makan dengan piring yang terbuat dari keduanya, karena barang-barang itu untuk mereka di dunia sedang untukmu di akhirat." Muttafaq Alaihi.*

*Makna Hadis :*

Bejana yang terbuat dari emas dan perak biasa digunakan oleh orang yang sombong dan hidup mewah. Rasalullah (s.a.w) melarang kita baik lelaki maupun perempuan makan dan minum memakai bejana yang terbuat dari emas dan perak itu. Nabi (s.a.w) menjanjikan kebaikan kepada kita apabila meninggalkan perbuatan tersebut dan janji Nabi (s.a.w) itu pasti benar. Jadi, barangsiapa yang meninggalkan perbuatan itu di dunia kerana mematuhi perintah Nabi (s.a.w), dia
akan memperolehinya di akhirat sebagai balasan ke atas amalnya itu. Nabi (s.a.w) memberi peringatan orang yang menggunakannya dengan azab yang hina sebagai balasan di atas pelanggarannya terhadap perintah Nabi (s.a.w) dan kelak akan dituangkan api neraka Jahannam ke dalam perutnya.

*Fiqh Hadis :*

Haram makan dan minum dengan menggunakan bejana yang terbuat dari emas dan perak. Hukum haram ini turut meliputi kaum lelaki dan kaum wanita.

Wallahu a'lam bisshowab..

*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.* Semoga bermanfaat. Aamiin..

[1/1 8:15 AM] Musthofa AB:

🍀 *TATA TERTIB KAJIAN HADITS IKABA*🍀

          ☀➖➖➖➖➖➖☀

1. Anggota group di anjurkan mendahului dengan ucapan salam ketika masuk grop baik berupa teks atau audio.

2. Ketika Kajian Kitab sudah selesai anggota group boleh bertanya sesuai materi yang telah di sajikan.

3. Dalam menyampaikan pertanyaan/jawaban di harapkan dengan bahasa yang jelas dan sopan.

4. Anggota boleh memberikan masukan yang baik terkait kajian kitab.

5. Dalam menganalisa masalah difokuskan pada pertanyaan sampai tuntas, tidak pindah pada pertanyaan yang lain supaya tidak terjadi tumpang tindih, terkecuali mauquf.

6. Di larang keras mengirim sesuatu yang berbau pornografi baik berupa foto, vidio, audio, artikel, tautan, atau yg lain nya. Dan juga di larang men share iklan / promo yang berbentuk artikel dan semacamnya. Terkecuali men share info media yang berkaitan dengan masalah yang jadi topik pembahasan.

7. Pada waktu senggang anggota group boleh bertanya seputar Rawi dan Sanad hadits. Namun ketika kajian berlangsung di fokuskan pembahasan ke Fiqh haditsnya.

📢 *Demikian Tata Tertib Group Kajian Hadits IKABA.*

         🔅➖ *_terima kasih_*➖🔅

*TTD*
🌺 Admin Group🌺
_______

*NB.*

📵 *_Apabila  tata tertib di atas tidak di patuhi maka admin akan memberikan sangsi berupa teguran atau di keluarkan dari grop._*

[2/1 12:43 AM] Musthofa AB:

*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB BEJANA*_

*HADITS KE-15 :*

*وَعَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الَّذِي يَشْرَبُ فِي إنَاءِ الْفِضَّةِ إنَّمَا يُجَرْجِرُ فِي بَطْنِهِ نَارَ جَهَنَّمَ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ*

Dari Ummu Salamah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:  *"Orang yang minum dengan bejana dari perak sungguh ia hanyalah memasukkan api jahannam ke dalam perutnya."*  Muttafaq Alaih.

*Makna Hadis :*

_Orang yang minum dengan menggunakan bejana dari emas atau perak berhak untuk menerima azab dari Allah (s.w.t) kerana dia telah melanggar perintah syariat yang bijaksana. Kelak di hari kiamat dia akan menelan api neraka Jahanam ke dalam perutnya. Siksaan ini sesuai dengan pelanggaran yang telah dilakukan ketika di dunia, yaitu minum dengan menggunakan bejana yang telah diharamkan dalam syari'at._

*Fiqh Hadis :*

Haram minum dengan menggunakan bejana yang terbuat dari perak bagi kaum lelaki dan wanita, dan dijelaskan pula siksaan kelak pada hari kiamat
bagi orang yang melanggarnya.

Wallahu a'lamu bisshowab..

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_ Semoga bermanfaat. Aamiin..

[3/1 12:15 AM] Musthofa AB:

*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB BEJANA*_

*HADITS KE-16 :*

*وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ الْلَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ الْلَّهِ صلى الله عليه وسلم  إِذَا دُبِغَ الْإِهَابُ فَقَدْ طَهُرَ أَخْرَجَهُ  مُسْلِمٌ*

*وَعِنْدَ الْأَرْبَعَةِ: ( أَيُّمَا إِهَابٍ دُبِغَ )*

Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: *"Jika kulit binatang telah disamak maka ia menjadi suci."* Diriwayatkan oleh Muslim.

Menurut riwayat Imam Empat: *Kulit binatang apapun yang telah disamak (ia menjadi suci).*

*Makna Hadis :*

Rasulullah (s.a.w) memberitahu kulit bangkai itu najis kerana masih ada sisa-sisa darah kental yang melekat padanya. Ia mengandungi mikrob-mikrob yang telah dibuktikan oleh ilmu perubatan modern tentang bahayanya. Nabi (s.a.w) memberitahu untuk menyucikan kulit tersebut ialah dengan cara menyamaknya.
Dengan cara ini maka hilanglah lendir-lendir najis yang terdapat pada pori-pori kulit itu. Namun kulit anjing dan kulit babi tidak dapat disucikan walaupun dengan apa saja sekalipun memandangkan najis keduanya terlampau berat.

*Fiqh Hadis :*

1. Samak merupakan cara yang paling berkesan untuk menghilangkan lendir
najis yang ada pada pori-pori kulit. Oleh itu, cara ini merupakan sarana untuk
membuat kulit menjadi suci.

2. Samak dapat menyucikan semua kulit bangkai bagian luar maupun bagian dalama, kecuali kulit anjing dan kulit babi serta kulit hewan yang dilahirkan dari (pencampuran) salah satu di antara keduanya, karena najis keduanya terlalu berat. Inilah menurut pendapat di kalangan mazhab al-Syafi‟i, sedangkan mazhab Hanafi mengatakan bahwa semua kulit bangkai menjadi suci dengan menyamaknya terlebih dahulu, kecuali kulit babi.
Menurut mazhab Maliki, yakni menurut pendapat yang masyhur di kalangan
mereka, samak dapat menyucikan semua kulit, tetapi hanya bagian
luarannya saja, sedangkan bagian dalamnya tidak dapat disucikan dan
hanya boleh digunakan untuk kegunaan barang-barang kering bukan benda cair, kecuali air, sebab air mempunyai kekuatan daya tolak. Kulit yang telah
disamak juga boleh digunakan sebagai hamparan untuk shalat, tetapi tidak boleh dijadikan pakaian untuk solat. Mazhab Hanbali menurut pendapat yang masyhur di kalangan mereka mengatakan bahwa menyamak kulit bangkai tidak dapat menyucikan sesuatu pun darinya. Ini juga merupakan salah satu daripada dua riwayat Imam Malik.

Wallahu a'lam bisshowab..

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_ Semoga bermanfaat. Aamiin..

[3/1 11:56 PM] Musthofa AB:

*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB BEJANA*_

*HADITS KE-17 :*

*وَعَنْ سَلَمَةَ بْنِ الْمُحَبِّقِ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ الْلَّهِ صلى الله عليه وسلم دِبَاغُ جُلُودِ الْمَيْتَةِ طُهُورُهاَ صَحَّحَهُ  ابْنُ حِبَّانَ*

Dari Salamah Ibnu al-Muhabbiq Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:  *Menyamak kulit bangkai adalah mensucikannya.* Hadits shahih menurut Ibnu Hibban.*  

*Makna Hadis :*

Hadis ini telah membuktikan bahwa kulit bangkai adalah najis dan untuk meyucikannya ialah dengan cara menyamaknya, kerana proses penyamakan dapat menghilangkan dan membuang semua lendir najis dari semua pori-pori yang ada pada kulit tersebut.

*Fiqh Hadis :*
Kulit bangkai hukumnya najis, tetapi dapat disucikan melalui proses penyamakan, seperti yang telah diterangkan dengan panjang lebar pada hadis no. 16.

*HADITS KE-18 :*

*وَعَنْ مَيْمُونَةَ رَضِيَ الْلَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: مَرَّ رَسُولُ الْلَّهِ صلى الله عليه وسلم بِشَاةٍ يَجُرُّونَهَا فَقَالَ: لَوْ أَخَذْتُمْ إِهَابَهَا؟ فَقَالُوا: إِنَّهَا مَيْتَةٌ فَقَالَ: يُطَهِّرُهَا الْمَاءُ وَالْقَرَظُ أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ وَالنَّسَائِيُّ*

Maimunah Radliyallaahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melewati seekor kambing yang sedang diseret orang-orang. Beliau bersabda:  *Alangkah baiknya jika engkau mengambil kulitnya.* Mereka berkata: Ia benar-benar telah mati? Beliau bersabda:  *Ia dapat disucikan dengan air dan daun salam.* Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Nasa'i.*

*Makna Hadis :*

Rasulullah (s.a.w) melihat seekor kambing mati yang diseret oleh beberapa orang untuk dibuang jauh dari kawasan perumahan supaya orang ramai tidak terganggu dengan baunya yang busuk. Melihat itu, Nabi (s.a.w) bersabda kepada mereka:
“Alangkah baiknya seandainya kamu mengambil kulitnya lalu
memanfaatkannya.” Ketika mereka menceritakan kepada baginda bahwa
kambing yang mereka seret itu telah mati dan menjadi bangkai, maka Nabi
(s.a.w) bersabda kepada mereka: “Ia dapat disucikan dengan buah al-Qarazh (daun salam).”

*Fiqh Hadis :*

1. Dilarang menyia-nyiakan harta selagi masih boleh dimanfaatkan walau
dengan apa jua cara sekalipun.

2. Samak dapat menyucikan kulit bangkai dengan menggunakan buah al-qarazh atau benda lain yang memiliki fungsi sama dengannya seperti kulit delima dan kapur selagi ia dapat menghilangkan lendir najis yang terdapat pada pori-pori kulit tersebut. Menyamak tidak dapat dilakukan dengan menggunakan panas
sinar matahari menurut jumhur ulama. Berbeda dengan pendapat murid-
murid Imam Abu Hanifah, di mana mereka membolehkannya.

Wallahu a'lam bisshowab..

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_ Semoga bermanfaat. Aamiin..

[5/1 12:44 AM] Musthofa AB:

*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB BEJANA*_

*HADITS KE-19 :*

*وَعَنْ أَبِي ثَعْلَبَةَ الْخُشَنِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قُلْت : يَا رَسُولَ اللَّهِ إنَّا بِأَرْضِ قَوْمٍ أَهْلِ كِتَابٍ أَفَنَأْكُلُ فِي آنِيَتِهِمْ ؟ قَالَ : لَا تَأْكُلُوا فِيهَا   إلَّا أَنْ لَا تَجِدُوا غَيْرَهَا فَاغْسِلُوهَا وَكُلُوا فِيهَا مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ*

Dari Abu Tsa'labah al-Khusny berkata: Saya bertanya, wahai Rasulullah, kami tinggal di daerah Ahlul Kitab, bolehkah kami makan dengan bejana mereka? Beliau menjawab:  *Janganlah engkau makan dengan bejana mereka kecuali jika engkau tidak mendapatkan yang lain. Oleh karena itu bersihkanlah dahulu dan makanlah dengan bejana tersebut.* Muttafaq Alaihi.

*Makna Hadis :*

Syariat Islam melarang kita makan dan minum dengan menggunakan bekas milik orang Yahudi dan Nasrani. Barangkali rahasia larangan ini ialah kebanyakan wadah milik mereka adalah najis, sebab mereka tidak pernah memperhatikan masalah bersuci dari najis. Namun ketika dalam keadaan darurat, syariat Islam membolehkan kita untuk menggunakan wadah mereka sesudah mencucinya terlebih dahulu dengan air, agar kita lebih yakin akan kesuciannya.

*Fiqh Hadis :*

1. Boleh menggunakan wadah milik ahli kitab sesudah mencucinya terlebih dahulu.

2. Larangan dalam hadis ini menunjukkan makna makruh, sebab wadah mereka dianggap menjijikkan kerana banyak digunakan untuk sesuatu yang najis.

Wallahu a'lam bisshowab..

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_ Semoga bermanfaat. Aamiin..

[6/1 1:17 AM] Musthofa AB:

*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB BEJANA*_

*HADITS KE-20 :*

*وَعَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابَهُ تَوَضَّئُوا مِنْ مَزَادَةِ امْرَأَةٍ مُشْرِكَةٍ .مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ فِي حَدِيثٍ طَوِيلٍ.*

*Dari Imran Ibnu Hushoin Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan para sahabatnya berwudlu di mazadah (tempat air yang terbuat dari kulit binatang) milik seorang perempuan musyrik. Muttafaq Alaihi dalam hadits yang panjang.*

*Makna Hadis :*

Hadist ini merupakan sebahagian dari hadist yang sangat panjang. Lengkapnya adalah Rasulullah (s.a.w) mengutus 'Ali (r.a) dan seorang sahabat lainnya dalam salah satu perjalanan yang dilakukan beliau untuk mencari air. Ketika itu mereka telah kehabisan air. Nabi (s.a.w) bersabda: “Pergilah kamu berdua mencari air.” Keduanya lalu berangkat dan di tengah jalan mereka bersua dengan seorang wanita yang duduk di atas tulang belakang untanya dengan membawa dua mazadah pada kedua sisinya. Mereka bertanya: “Dari manakah air itu?” Wanita itu menjawab: “Air ini aku ambil dari tempat yang jauhnya sama dengan perjalanan satu hari dihitung dari saat sekarang ini. ”Mereka berkata kepada wanita tersebut: “Pergilah kamu menghadap Rasulullah (s.a.w)” dan seterusnya. Kemudian Nabi (s.a.w) meminta satu bejana, lalu baginda menuangkan semua air yang terdapat pada dua mazadah wanita tadi
ke dalam wadah tersebut. Setelah itu orang ramai pun dipanggil: “Minumlah dan berilah minum haiwan tunggangan kalian!” Orang ramai pun mula minum dan memberi minum kendaraan mereka dari air tersebut.

*Fiqh Hadis :*

1. Wadah orang musyrik dianggap suci.
2. Menyamak dapat menyucikan kulit bangkai. Dua mazadah tersebut terbuat dari kulit haiwan sembelihan kaum musyrikin, sedangkan sembelihan mereka hukumnya najis.
3. Air milik orang musyrik dianggap suci kerana wanita itu yang telah mengambil air, padahal jumlahnya kurang dari dua qullah.
4. Peristiwa ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang amat
menekankan kemudahan.

Wallahu a'lam bisshowab..

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_ Semoga bermanfaat. Aamiin..