Sabtu, 22 September 2018

Kajian Hadits IKABA 231-241

*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB TATACARA PELAKSANAAN SHOLAT*_

*HADITS KE 231 :*

*‏وعن سليمان بن يسار رضي الله عنه قال:  كان فلان يطيل الأوليين من الظهر ويخفف العصر، ويقرأ في المغرب بقصار المفصل، وفي العشاء بوسطه، وفي الصبح بطواله، فقال أبو هريرة : ما صليت وراء أحد أشبه صلاة برسول الله صلى الله عليه وسلم من هذا  . أخرجه النسائي بإسناد صحيح.*

Dari Sulaiman ibn Yasar (r.a), beliau berkata: “Si fulan selalu
memperpanjang bacaannya pada dua rakaat pertama sholat dzuhur dan meringankan (mempersingkat bacaan ketika mengerjakan) sholat Asar. Dalam sholat Maghrib, dia
membaca surah-surah yang pendek, sedangkan ketika mengerjakan sholat Isyak,
membaca surah-surah yang pertengahan dan dalam sholat Subuh membaca surah-surah yang panjang. Mendengar itu, Abu Hurairah berkata: “Aku belum pernah sholat di belakang seorang pun yang sholatnya mirip dengan sholat Rasulullah (s.a.w)
selain dari orang ini (maksudnya si fulan tersebut).” (Diriwayatkan oleh al-Nasa'i dengan sanad yang sahih)

*MAKNA HADITS :*

```Subuh dan Dzuhur merupakan waktu istirahat dan oleh kerananya, disyariatkan memperpanjang bacaan pada kedua sholat tersebut supaya orang-orang yang
terlambat sempat mengerjakan sholat berjamaah. Waktu Isyak adalah waktu orang mulai merasa mengantuk sedangkan waktu Asar  adalah waktu istirahat setelah
bekerja sepanjang siang hari sehingga tubuh mereka lelah di kala itu dan oleh karenanya, disyariatkan mempersingkat bacaan sholat pada kedua waktu tersebut, yakni lebih singkat daripada sholat dzuhur dan sholat Asar. Adapun sholat Maghrib
memiliki waktu singkat di samping orang amat sibuk untuk menyediakan makan malam atau berbuka puasa bagi orang yang berpuasa dan untuk para tamu mereka dan oleh kerananya, maka sholat Maghrib pun mesti disingkatkan.```

*FIQH HADITS :*

1. Disyariatkan membaca surah mufassal yang panjang ketika mengerjakan sholat Subuh dan sholat Dzuhur agar orang-orang sempat mengikuti sholat berjamaah, sebab ketika itu banyahk orang yang terlambat karena baru bangun tidur atau
baru beristirahat.

2. Disyariatkan membaca pertengahan surah mufassal ketika mengerjakan sholat Isyak dan sholat Asar kerana waktu Isyak adalah waktu orang-orang sudah mulai mengantuk, dan waktu Asar adalah waktu istirahat dari kepenatan bekerja sepanjang siang hari.

3. Disyariatkan membaca surah mufassal yang pendek ketika mengerjakan sholat Maghrib memandang waktu Maghrib singkat dan waktu yang sibuk untuk menyediakan makan malam bagi tamu dan hidangan untuk berbuka bagi orang yang puasa.

*Suroh Mufassal : Surah-surah ini dinamakan mufassal karena banyaknya fasl (pemisah) di antara surah-surahnya dengan "basmalah".

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..
*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB TATACARA PELAKSANAAN SHOLAT*_

*HADITS KE 232 :*

*‏وَعَنْ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ رضي الله عنه قَالَ : ( سَمِعْت رَسُولَ اَللَّه صلى الله عليه وسلم يَقْرَأُ فِي الْمَغْرِبِ بِالطُّورِ )  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ*

Jubair Ibnu Muth'im Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam membaca surat At-Thur dalam sholat maghrib. Muttafaq Alaihi.

*MAKNA HADITS :*

```Rasulullah (s.a.w) mengalami berbagai keadaan dimana baginda mesti menitik beratkan keadaan makmum dalam sholat. Ketika mengerjakan sholat Maghrib ada
kalanya baginda membaca surah mufassal yang pendek dan ini merupakan kebiasaan yang kerap dilakukannya sebagaimana yang disebutkan dalam hadis Sulaiman ibn Yasar sebelum ini. Ada kalanya pula baginda membaca surah
mufasshal yang panjang ketika mengerjakan sholat Maghrib, seperti membaca Surah al-Thur, dan ada kalanya baginda membaca surah seperti al-A'raf dan al-An'am.```

*FIQH HADITS :*

1. Disunatkan membaca surah mufasshal yang panjang dalam sholat Maghrib.

2. Menguatkan suara bacaan dalam sholat Maghrib.

3. Diperbolehkan menerima riwayat Jubair dalam kisah ini, meskipun ketika beliau
mendengarnya masih belum masuk Islam, karena yang penting ialah kisah itu sendiri, bukan keadaan atau status orang yang menceritakannya.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..
*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB TATACARA PELAKSANAAN SHOLAT*_

*HADITS KE 233 :*

*‏وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ : ( كَانَ رَسُولُ اَلله صلى الله عليه وسلم يَقْرَأُ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ يَوْمَ الْجُمْعَةِ : (الم تَنْزِيلُ ) اَلسَّجدَةَ  و (هَلْ أَتَى عَلَى اَلْإِنْسَانِ) )  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ* 

*وَلِلطَّبَرَانِيِّ مِنْ حَدِيثِ اِبْنِ مَسْعُودٍ : ( يُدِيمُ ذَلِكَ)*

Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dalam sholat Shubuh pada hari jum'at biasanya membaca (Alif Laam Mim Tanziil) Al-Sajadah dan (Hal ataa 'alal insaani). Muttafaq Alaihi.

Menurut riwayat Thabrani dari hadits Ibnu Mas'ud: Beliau selalu membaca surat tersebut.

*MAKNA HADITS :*

```Surah-surah al-Qur'an banyak mengandung pengajaran dan peringatan yang tidak samar lagi bagi orang yang berakal. Rasulullah (s.a.w) istiqamah membaca dua
surah ketika mengerjakan sholat Subuh hari Jum'at, yaitu Surah al-Sajdah dan Surah al-Dahr. Kedua surah ini mengandung berita yang telah terjadi dan berita yang bakal terjadi pada hari Jum'at. Di dalamnya mengandung berita tentang penciptaan Adam (a.s), perhimpunan semua hamba Allah, dan kisah yang bakal terjadi di akhirat. Dengan membaca kedua surah ini berarti kita telah mengingatkan diri kita tentang hari kiamat dan sebagaimana disebutkan dalam satu riwayat bahwa hari kiamat kelak terjadi pada hari Jum'at.```

*FIQH HADITS :*

1. Menguatkan suara bacaan al-Qur'an ketika mengerjakan sholat Subuh.

2. Disunatkan membaca Surah al-Sajadah dan Surah al-Insan ketika mengerjakan sholat Subuh pada hari Jum'at. Inilah pendapat Imam al-Syafi0'i dan Imam Ahmad. Namun Imam Ahmad mengatakan makruh apabila ia dijadikan satu
kebiasaan. Imam Abu Hanifah mengatakan, membaca kedua-dua surah tersebut dalam sholat Subuh hari Jum'at hukumnya sunat apabila berniat mengikuti Sunnah Nabi (s.a.w). Jika seseorang membaca suatu ayat al-Qur'an
secara khusus), maka hukumnya makruh, karena itu bererti mengenyampingkan yang lain dan cenderung mengutamakan ayat al-Qur'an tertentu ke atas yang
lain. Imam Malik mengatakan, makruh apabila sengaja membaca surah tertentu yang di dalamnya terdapat ayat al-Sajadah ketika mengerjakan solat fardu, tetapi beliau membolehkannya apabila di belakang imam hanya terdapat
sedikit makmum, karena itu tidak dikawatiri akan membuat mereka bingung. Ibn Hubaib merincikan pendapat Imam Malik dengan mengatakan boleh membaca surah yang di dalamnya terdapat ayat al-Sajadah dalam solat jahriyyah, bukan dalam sholat sirriyyah, sebab ketika membacanya dalam sholat jahriyyah maka itu tidak akan membuat makmum menjadi bingung. Ibn Basyir mengatakan bahwa pendapat yang sahih ialah boleh membacanya meskipun
dalam sholat sirriyah karena Rasulullah (s.a.w) membiasakan membaca surah yang di dalamnya terdapat ayat al-Sajadah.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..
*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB TATACARA PELAKSANAAN SHOLAT*_

*HADITS KE 234 :*

*‏وَعَنْ حُذَيْفَةَ رضي الله عنه قَالَ : (صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَمَا مَرَّتْ بِهِ آيَةُ رَحْمَةٍ إِلَّا وَقَفَ عِنْدَهَا يَسْأَلُ وَلَا آيَةُ عَذَابٍ إِلَّا تَعَوَّذَ مِنْهَا) أَخْرَجَهُ الْخَمْسَةُ  وَحَسَّنَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ*

Hudzaifah Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku sholat bersama Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam setiap melewati bacaan ayat tentang rahmat beliau berhenti untuk berdoa meminta rahmat dan setiap melewati bacaan tentang adzab beliau berhenti untuk berdoa meminta perlindungan dari-Nya. Dikeluarkan oleh Imam Lima. Hadits hasan menurut Tirmidzi.

*MAKNA HADITS :*

```Para nabi dan rasul adalah orang yang terpelihara dari berbuat kesalahan. Sungguhpun begitu, mereka senantiasa merasa takut kepada Allah, selalu memohon ampunan kepada-Nya dan takut akan siksa-Nya. Mereka senantiasa bertafakur ketika membaca kitab samawi dan memohon supaya dimasukkan ke dalam syurga ketika membaca kisah yang berkaitan dengannya, dan memohon perlindungan kepada Allah ketika membaca ayat-ayat azab-Nya, supaya Allah memelihara mereka dari dijerumuskan ke dalam neraka dan siksa-Nya. Apa yang disebutkan
dalam hadis ini yang antara lain do'a, tangisan dan permohonan Nabi (s.a.w) barangkali dilakukan ketika mengerjakan sholatul lail sebagaimana yang difahami
dari hadis Imam Ahmad dan Abu Dawud.```

*FIQH HADITS :*

1. Dianjurkan untuk memikirkan makna ayat-ayat yang dibaca ketika dalam sholat.

2. Disyariatkan memohon rahmat ketika dalam sholat apabila sampai pada ayat yang di dalamnya menceritakan rahmat, dan memohon perlindungan ketika
sampai pada ayat yang di dalamnya menceritakan makna siksaan atau azab. Inilah pendapat mazhab al-Syafi'i dimana mereka mengatakan bahwa dalam kaitan ini tidak ada perbedaan antara imam, makmum atau orang yang sholat sendirian, baik dalam sholat fardu maupun sgolat sunat; semuanya harus
memohon rahmat ketika membaca ayat rahmat dan memohon perlindungan ketika membaca ayat azab. Mazhab Hanafi mengatakan bahwa itu hanya disunatkan ketika mengerjakan sholat sunat, bukannya dalam sholat fardu. Hal
yang sama turut dikemukakan pula oleh mazhab Maliki, dimana mereka mengatakan bahwa berdo'a ketika sedang membaca ayat al-Qur'an dalam sholat fardu hukumnya makruh, kecuali bagi makmum. Makmum boleh membaca sholawat ke atas Nabi (s.a.w) apabila sebutannya dituturkan dalam bacaan al-Qur'an, dibolehkan memohon surga apabila membaca ayat yang di dalamnya dikisahkan tentang surga, dan dibolehkan memohon perlindungan dari neraka apabila membaca ayat yang di dalamnya dikisahkan tentang neraka.
Imam Ahmad meriwayatkan satu hadis dari Abdul Rahman ibn Abu Laila dari ayahandanya, beliau berkata:

سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقرأ في صلاة ليست بفريضة، فمرت بذكر الجنة والنار، فقال : أعوذ بالله من النار، ويل لأهل النار

“Saya pernah mendengar Nabi (s.a.w) membaca al-Qur'an ketika dalam sgolat yang bukan sholat fardu, lalu baginda membaca ayat yang menyebutkan tentang
surga dan neraka. Maka baginda berdoa: “Aku berlindung kepada Allah dari neraka, celakalah bagi penghuni neraka itu.”

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..
*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB TATACARA PELAKSANAAN SHOLAT*_

*HADITS KE 235 :*

*‏وَعَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( أَلَا وَإِنِّي نُهِيتُ أَنْ أَقْرَأَ اَلْقُرْآنَ رَاكِعًا أَوْ سَاجِدًا  فَأَمَّا اَلرُّكُوعُ فَعَظِّمُوا فِيهِ اَلرَّبَّ  وَأَمَّا اَلسُّجُودُ فَاجْتَهِدُوا فِي الدُّعَاءِ  فَقَمِنٌ أَنْ يُسْتَجَابَ لَكُمْ )  رَوَاهُ مُسْلِمٌ* 

Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Ketahuilah bahwa aku benar-benar dilarang untuk membaca al-Qur'an sewaktu ruku' dan sujud adapun sewaktu ruku' agungkanlah Tuhan dan sewaktu sujud bersungguh-sungguhlah dalam berdoa karena besar harapan akan dikabulkan do'amu. Riwayat Muslim.

*MAKNA HADITS :*

```Rukuk dan sujud merupakan rukun sholat. Keduanya menunjukkan kepada suatu
keadaan dimana seorang hamba merasa hina dan rendah diri ketika berada di hadapan Allah. Rasulullah (s.a.w) dilarang membaca sebarang ayat Al-Qur'an dalam dua keadaan tersebut dan diisi dengan membaca zikir khusus berupa tasbih dalam rukuk dan tasbih serta do'a dalam sujud. Ketika sujud, seseorang dibolehkan membaca do'a-do'a yang bersangkutan dengan kebaikan dunia dan akhirat, karena sujud merupakan satu keadaan dimana do'a dimakbulkan.```

*FIQH HADITS :*

1. Dilarang membaca al-Qur'an ketika rukuk dan sujud, karena kedua keadaan ini merupakan keadaan yang pada zahirnya adalah menghinakan diri. Apa yang
dianjurkan bagi seseorang yang hendak membaca al-Qur'an adalah membacanya dalam keadaan yang terhormat demi memuliakan al-Qur'an sekaligus menghormati si pembaca yang kedudukannya seakan-akan sedang berbicara dengan Allah (s.w.t).

2. Disyariatkan memperdengarkan bacaan "سبحان ربي العظيم وبحمده" Malah Imam Ahmad mewajibkan untuk memperdengarkan bacaan tasbih ini, tetapi jumhur ulama
menganggapnya sebagai sunat dengan berdalilkan hadis orang yang tidak sempurna dalam sholatnya. Ini karena dalam hadis tersebut Rasulullah (s.a.w)
tidak mengajarkan bacaan tasbih itu kepadanya. Jika membaca tasbih itu wajib, niscaya baginda menyuruh untuk membacanya.

3. Ketika sujud disyariatkan berdo'a dengan bacaan-bacaan do'a untuk memohon kebaikan dunia dan akhirat serta memohon perlindungan dan keburukan
keduanya. Imam Ahmad mengatakan bahwa do'a ini hukumnya wajib, sedangkan menurut jumhur ulama hukum membaca do'a ini adalah sunat.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..
*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB TATACARA PELAKSANAAN SHOLAT*_

*HADITS KE 236 :*

*‏وَعَنْ عَائِشَةَ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا- قَالَتْ : ( كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ: فِي رُكُوعِهِ وَسُجُودِهِ : "سُبْحَانَكَ اَللَّهُمَّ] رَبَّنَا] وَبِحَمْدِكَ  اَللَّهُمَّ اِغْفِرْ لِي)  مُتَّفَقٌ عَلَيْه*

'Aisyah Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dalam ruku' dan sujudnya membaca: "subhaanaka allaahumma rabbanaa wabihamdika allahummaghfirlii (artinya Maha Suci Engkau ya Allah Tuhan kami dengan memuji-Mu ya Allah ampunilah aku)." Muttafaq Alaihi.

*MAKNA HADITS :*

```Rasulullah (s.a.w) menjelaskan kepada kita cara bertasbih dan berdo'a ketika rukuk
dan sujud yang antara lain adalah membaca:

سُبْحَانَكَ اَللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ  اَللَّهُمَّ اِغْفِرْ لِي

Memohon ampun dan bertasbih pada hakikatnya mengamalkan apa yang diperintah oleh Allah menerusi firman-Nya:

فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا 

“Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohon ampunlah kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Menerima taubat.” (Surah al-Nashr: 3)

Nabi (s.a.w) adalah orang yang maksum (terpelihara dari dosa) dan diampuni. Baginda membaca tasbih atau do'a ini hanya semata-mata untuk menunaikan hak dirinya sebagai seorang hamba sekaligus mengagungkan kedudukan Allah dan bertujuan mengajarkan umatnya.```

*FIQH HADITS :*

1. Ketika rukuk dan sujud disyariatkan membaca zikir yang telah diajarkan oleh Rasulullah (s.a.w).

2. Rasulullah (s.a.w) bersegera melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah
yang dalam hal ini perintah untuk memohon ampun dan membaca tasbih.

3. Zikir disyariatkan untuk dibaca ketika rukuk mestilah mengandung makna mengagungkan Allah (s.w.t), tetapi ia tidak bertentangan dengan hadis yang mengatakan:

أمَّا الرُّكوعُ فعظِّمُوا فيْه الربَّ

“Ketika rukuk, maka agungkanlah Tuhan oleh kamu di dalamnya.”

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..
*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB TATACARA PELAKSANAAN SHOLAT*_

*HADITS KE 237 :*

*‏وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُ قَالَ : ( كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا قَامَ إِلَى اَلصَّلَاةِ يُكَبِّرُ حِينَ يَقُومُ  ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَرْكَعُ  ثُمَّ يَقُولُ : "سَمِعَ اَللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ" حِينَ يَرْفَعُ صُلْبَهُ مِنْ اَلرُّكُوعِ  ثُمَّ يَقُولُ وَهُوَ قَائِمٌ : "رَبَّنَا وَلَكَ اَلْحَمْدُ" ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَهْوِي سَاجِدًا  ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَرْفَعُ رَأْسَهُ ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَسْجُدُ  ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَرْفَعُ  ثُمَّ يَفْعَلُ ذَلِكَ فِي اَلصَّلَاةِ كُلِّهَا  وَيُكَبِّرُ حِينَ يَقُومُ مِنْ اِثْنَتَيْنِ بَعْدَ اَلْجُلُوسِ )  مُتَّفَقٌ عَلَيْه*

Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam apabila sholat beliau bertakbir ketika berdiri kemudian bertakbir ketika ruku' lalu membaca "sami'allaahu liman hamidah" (Allah mendengar orang yang memuji-Nya) ketika beliau mengangkat tulang punggungnya dari ruku'. Saat berdiri beliau membaca "rabbanaa walakal hamdu" (Ya Tuhan kami hanya bagi-Mu segala puji) kemudian beliau melakukan demikian seluruhnya dalam sholat dan bertakbir ketika bangkit dari dua rakaat setelah duduk tahiyyat." Muttafaq Alaihi.

*MAKNA HADITS :*

```Ketika Nabi (s.a.w) menyuruh sahabatnya untuk mengetahui cara-cara sholat yang disyariatkan meneruskan perbuatannya, baginda bersabda: “Sholatlah kamu sekalian sebagaimana kamu melihatku sholat.” Dari sini para sahabat meneliti sholat dan
setiap perbuatannya serta menukil semua yang dibacanya, karena didorong oleh keinginan mereka yang kuat untuk mengetahui tatacara sholat yang disyariatkan.

Antara petunjuk Nabi (s.a.w) dalam sholat ialah baginda sentiasa membaca takbiratul ihram ketika berdiri, lalu membaca takbir lagi ketika rukuk, lalu membaca " سمع الله لمن حمده " ketika bangkit daru rukuk. Jika telah berdiri dalam i'tidal, baginda membaca "ربنا ولك الحمد". Baginda mengucapkan takbir ketika mengangkat
tubuhnya dan ketika berdiri dari duduk sesudah rakaat kedua. Inilah yang baginda lakukan dalam setiap sholat.```

*FIQH HADITS :*

1. Wajib bertakbiratul ihram.

2. Wajib takbir ketika berpindah dari satu rukun ke rukun yang lain menurut Imam Ahmad, sedangkan menurut jumhur ulama, hukumnya sunat.

3. I'tidal merupakan rukun sholat, sama ada i'tidal berdiri setelah bangkit dari rukuk mahupun i'tidal duduk setelah bangkit dari sujud.

4. Disunatkan menggabungkan antara memperdengarkan bacaan dan tahmid bagi imam, dan orang yang sholat sendirian.

5. Makmum hanya dibolehkan membaca tahmid.

6. Menjelaskan bilangan takbir dalam sholat fardu lima waktu, termasuk takbiratul ihram. Jumlah keseluruhannya sebanyak sembilan puluh empat takbir yang
perinciannya adalah sebagai berikut: Setiap sholat yang terdiri daripada empat rakaat terdapat dua puluh dua takbir, sedangkan jumlah sholat yang terdiri
dari empat rakaat itu ada tiga. Jadi, jumlah keseluruhannya menjadi 66 takbir. Dalam solat yang terdiri dari tiga rakaat terdapat tujuh belas takbir, dan dalam sholat dua rakaat terdapat sebelas takbir. Jadi jumlah keseluruhan takbir dalam solat fardu lima waktu ialah 94 takbir.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..
*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB TATACARA PELAKSANAAN SHOLAT*_

*HADITS KE 238 :*

*‏وَعَنْ أَبِي سَعِيدٍ اَلْخُدْرِيِّ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُ قَالَ : ( كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ اَلرُّكُوعِ قَالَ : " اَللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ اَلْحَمْدُ مِلْءَ اَلسَّمَوَاتِ وَمِلْءَ اَلْأَرْضِ  وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ  أَهْلَ اَلثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ  أَحَقُّ مَا قَالَ اَلْعَبْدُ - وَكُلُّنَا لَكَ عَبْدٌ - اَللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ  وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ  وَلَا يَنْفَعُ ذَا اَلْجَدِّ مِنْكَ اَلْجَدُّ )  رَوَاهُ مُسْلِمٌ*

Abu Said Al-Khudry Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam jika telah mengangkat kepalanya dari ruku' beliau berdo'a "(artinya = Ya Allah Tuhan kami segala puji bagi-Mu sepenuh langit dan bumi dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki. Engkaulah pemilik puji dan kemuliaan segala yang diucapkan oleh hamba. Kami semua menghambakan diri pada-Mu. Ya Allah tidak ada yang kuasa menolak apa yang Engkau cegah dan tidak bermanfaat keagungan bagi yang memiliki keagungan karena keagungan itu dari Engkau juga)." Hadits riwayat Muslim.*

*MAKNA HADITS :*

```Nabi (s.a.w) telah dianugerahkan Jawami' al-Kalim dan oleh kerananya, do'a yang
baginda baca adalah do'a yang paling sempurna. Rasulullah (s.a.w) sentiasa berdo'a ketika dalam sholat; ketika sujud, ketika tasyahhud terakhir sebelum salam, dan ketika mengangkat tubuh dari rukuk. Hadis ini mengandung salah satu do'a ma'tsur. Do'a ini dibaca sesudah mengangkat tulang belakang dari rukuk yang di
dalamnya memuatkan pujian, sanjungan, pengakuan, dan memohon belas kasih serta rahmat dari Allah Yang Maha Agung lagi Maha Mulia.```

*FIQH HADITS :*

1. Disyariatkan membaca zikir yang diajarkan oleh Nabi (s.a.w) ketika i'tidal sewaktu rukuk.

2. Diwajibkan i'tidal dan tuma'ninah di dalam rukuk.

3. Setiap orang yang sholat disunatkan menggabungkan antara mendengarkan bacaan dan bacaan tahmid ketika i'tidal setelah rukuk, baik sebagai imam, makmum atau pun ketika sholat sendirian.

4. Menyerahkan semua urusan kepada Allah (s.w.t), tunduk kepada-Nya, mengakui keesaan-Nya dan menjelaskan bahwa tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah, dan kebaikan serta keburukan semuanya datang dari-Nya.

5. Dianjurkan meninggalkan urusan duniawi yang tidak membawa manfaat untuk akhirat dan berzuhud terhadapnya, karena dunia merupakan rumah
yang fana (tidak kekal).

6. Anjuran memperbanyak amal sholeh ketika menghadap kepada Allah dalam sholat, karena amal sholeh dapat memberikan manfaat bagi orang yang melakukannya kelak pada hari kiamat di hadapan Allah (s.w.t).

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..
*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB TATACARA PELAKSANAAN SHOLAT*_

*HADITS KE 239 :*

*‏وَعَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ : عَلَى اَلْجَبْهَةِ - وَأَشَارَ بِيَدِهِ إِلَى أَنْفِهِ - وَالْيَدَيْنِ  وَالرُّكْبَتَيْنِ  وَأَطْرَافِ اَلْقَدَمَيْنِ )  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ*

Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Aku diperintahkan untuk bersujud di atas tujuh tulang pada dahi. Beliau menunjuk dengan tangannya pada hidungnya kedua tangan kedua lutut dan ujung-ujung jari kedua kaki." Muttafaq Alaihi.

*MAKNA HADITS :*

```Memandangkan tujuan sujud dengan kening adalah sebagai ungkapan kehinaan dan tunduk kepada Allah, sedangkan hidung tidak dapat menggantikan peranan kening untuk mengungkapkan hal tersebut, maka sujud mesti dilakukan pada kening. Oleh karena sukar membuktikan yang Nabi (s.a.w) sujud di atas keningnya, maka isyarat Rasulullah (s.a.w) yang ditujukan ke hidungnya jika
memberikan pemahaman bahwa hidung mesti menyentuh lantai ketika sujud, maka itu tidak bererti hidung dan kening merupakan satu kesatuan di mana sujud sudah mencukupi dengan menyentuhkan salah satu darinya ke lantai.```

*FIQH HADITS :*

1. Wajib sujud di atas tujuh anggota tersebut. Imam al-Syafi‟i dan Imam Ahmad berkata: “Wajib sujud di atas sebagian anggota yang tujuh itu.” Mazhab Maliki dan mazhab Hanafi mengatakan, wajib sujud di atas kening, dan
sujud di atas anggota yang selainnya hanyalah sunat.

2. Disyariatkan sujud di atas kening dan hidung. Imam Ahmad mengatakan wajib menggabungkan di antara keduanya. Untuk itu, seandainya seseorang sujud hanya dengan salah satu darinya, maka tidak mencukupi. Imam Abu Hanifah berkata: “Jika seseorang sujud dengan salah satu di antara kedua sujudnya, maka itu dianggap mencukupi, tetapi makruh.” Imam Malik dan Imam al-Syafii berkata: “Apa yang diwajibkan ketika sujud ialah meletakkan kening,
sedangkan sujud di atas hidung hukumnya sunat.” Menurut Imam Malik lagi, seseorang hendak mengulangi sujud jika tidak sujud di atas hidungnya.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..
*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB TATACARA PELAKSANAAN SHOLAT*_

*HADITS KE 240 :*

*‏وَعَنْ اِبْنِ بُحَيْنَةَ رضي الله عنه ( أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ إِذَا صَلَّى فَرَّجَ بَيْنَ يَدَيْهِ  حَتَّى يَبْدُوَ بَيَاضُ إِبِطَيْهِ )  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ*

Dari Ibnu Buhainah bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam apabila sholat dan sujud merenggangkan kedua tangannya sehingga tampak putih kedua ketiaknya. Muttafaq Alaihi.

*HADITS KE 241 :*

*وَعَنْ اَلْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( إِذَا سَجَدْتَ فَضَعْ كَفَّيْكَ  وَارْفَعْ مِرْفَقَيْكَ )  رَوَاهُ مُسْلِمٌ*

Dari al-Barra Ibnu 'Azib Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila engkau sujud letakkanlah kedua telapak tanganmu dan angkatlah kedua siku-sikumu." Diriwayatkan oleh Muslim.

*MAKNA HADITS :*

```Sujud merupakan salah satu rukun sholat dan seseorang mestilah menekan anggota-
anggotanya ke atas lantai untuk memastikan sujud yang dilakukannya sempurna. Ini
tidak dapat dilakukan dengan sempurna melainkan apabila seseorang merenggangkan kedua tangannya hingga tidak melekat pada kedua sisi lambungnya. Sedangkan wanita ketika sujud tidak dituntut untuk berbuat
demikian karena dikawatiri kecantikannya terlihat.```

*FIQH HADITS :*

1. Disyariatkan menjarakkan kedua lengan dengan kedua sisi lambung ketika bersujud supaya setiap anggota sujud berada pada tempatnya dengan rapi.

2. Tidak boleh meletakkan kedua hasta (lengan) di atas tanah ketika sedang sujud, agar tidak seperti haiwan buas yang sedang mendekam.

3. Menjelaskan cara sujud yang disyariatkan dengan meletakkan kedua telapak tangan di atas tanah dan mengangkat kedua siku dari tanah, tidak melekatkannya di atas tanah. Hikmahnya adalah cara ini lebih memantapkan lagi kening dan hidung melekat ke tanah di samping menonjolkan gaya
tawadhu' (rendah diri) dan menjauhi kebiasaan pemalas. Ini karena seseorang yang melekatkan kedua sikunya ke tanah mirip dengan hewan buas sekaligus
memberikan satu pemahaman tentang keadaan orang yang gegabah dalam sholat dan tidak menghadap dengan sepenuh hatinya. Ketentuan ini hanya berlaku bagi lelaki, sedangkan wanita tidak perlu berbuat demikian kerana berlandaskan kepada hadis yang menceritakan bahwa Rasulullah (s.a.w) pada
suatu hari berjumpa dengan dua orang wanita yang sedang sholat lalu baginda bersabda kepada keduanya:

إذا سجدتما فضمَّا بعض اللحم إلى الأرض ؛ فإن المرأة ليست في ذلك كالرجل

“Jika kamu berdua sujud, maka rapatkan sebagian anggota tubuhmu ke tanah, karena sesungguhnya wanita dalam masalah ini tidak sama seperti
laki-laki.”

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..

Kajian Hadits IKABA 221-230

*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB TATACARA PELAKSANAAN SHOLAT*_

*HADITS KE 221 :*

*‏وَعَنْ اِبْنِ عُمَرَ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- ( أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ إِذَا اِفْتَتَحَ اَلصَّلَاةَ  وَإِذَا كَبَّرَ لِلرُّكُوعِ  وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ اَلرُّكُوعِ )  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ*

*وَفِي حَدِيثِ أَبِي حُمَيْدٍ  عِنْدَ أَبِي دَاوُدَ : ( يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا مَنْكِبَيْهِ ثُمَّ يُكَبِّرَ )*

*وَلِمُسْلِمٍ عَنْ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ رضي الله عنه نَحْوُ حَدِيثِ اِبْنِ عُمَرَ  وَلَكِنْ قَالَ : ( حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا فُرُوعَ أُذُنَيْهِ )*

Dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengangkat kedua tangannya lurus dengan kedua bahunya ketika beliau memulai shalat ketika bertakbir untuk ruku' dan ketika mengangkat kepalanya dari ruku'. Muttafaq Alaihi.

Dalam hadits Abu Humaid menurut riwayat Abu Dawud: Beliau mengangkat kedua tangannya sampai lurus dengan kedua bahunya kemudian beliau bertakbir.

Dalam riwayat Muslim dari Malik Ibnu al-Huwairits ada hadits serupa dengan hadits Ibnu Umar tetapi dia berkata: sampai lurus dengan ujung-ujung kedua telinganya.

*MAKNA HADITS :*

```Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram di dalam sholat adalah disyariatkan berdasarkan ijmak ulama. Akan tetapi dilarang dilakukan ketika
mengucapkan salam, sedangkan apabila dilakukan ketika berpindah untuk rukuk dan mengangkat kepala dari rukuk, serta ketika berdiri dari tasyahhud pertama
untuk rakaat yang ketiga masih diperselisihkan. Hadis yang menceritakan hal tersebut cukup banyak. Pendapat inilah yang dianut oleh Imam al-Syafi'i dan
Imam Ahmad, dan ini merupakan salah satu dari riwayat Imam Malik. Ulama Kufah tidak menganut pendapat ini dan ini merupakan pendapat masyhur di kalangan mazhab Imam Malik.```

*FIQH HADITS :*

1. Disyariatkan mengangkat kedua tangan ketika melakukan takbiratul ihram, rukuk, mengangkat kepala dari rukuk dan berdiri dari tasyahhud pertama sebagaimana yang telah ditetapkan oleh hadis Ibn Umar menurut riwayat al-
Bukhari disertai dengan tambahan yang disebutkan pada riwayat yang lain yaitu bacaan: “سمع الله لمن حمده“ ketika mengangkat kepala dari rukuk. Imam Malik, Imam al-Syafi'i dan Imam Ahmad berkata: “Batasan mengangkat kedua
tangan adalah sejajar dengan kedua bahu.” Sedangkan Imam Abu Hanifah berkata: “Batasan mengangkat kedua tangan sampai sejajar dengan kedua telinga.”

2. Menjauhkan kedua siku dari kedua sisi lambung ketika sedang sujud.

3. Disyariatkan meratakan kepala dengan tulang belakang ketika melakukan rukuk.

4. Disunatkan duduk di antara dua sujud dengan cara duduk iftirasy dan duduk dalam tasyahhud akhir dengan cara duduk tawarruk. Apa yang disunatkan ialah cara duduk, bukan duduknya itu sendiri, karena perbuatan duduk itu sendiri merupakan rukun sholat.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..
*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB TATACARA PELAKSANAAN SHOLAT*_

*HADITS KE 222 :*

*‏وَعَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ رضي الله عنه قَالَ : ( صَلَّيْتُ مَعَ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَوَضَعَ يَدَهُ اَلْيُمْنَى عَلَى يَدِهِ اَلْيُسْرَى عَلَى صَدْرِهِ )  أَخْرَجَهُ اِبْنُ خُزَيْمَةَ*

Wail Ibnu Hujr berkata: Aku pernah sholat bersama Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam beliau meletakkan tangannya yang kanan di atas tangannya yang kiri pada dadanya. Dikeluarkan oleh Ibnu Khuzaimah.

*MAKNA HADITS :*

```Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri dalam sholat telah ditetapkan oleh banyak hadis sahih, tetapi atsar dan riwayat saling berselisih antara satu sama lain berkaitan tempat meletakkan keduanya itu. Ada yang mengatakan mesti diletakkan di atas pusat, ada yang mengatakan di bawah pusar dan ada pula yang
mengatakan di atas dada. Pembahasan masalah ini luas. Hikmah berbuat demikian
adalah cara ini mampu menyelamatkan seseorang yang sholat dari melakukan perbuatan sia-sia sekaligus bisa membantunya untuk meningkatkan khusyuk karena cara ini merupakan keadaan orang yang meminta-minta dengan penuh rasa rendah diri di hadapan Allah.```

*FIQH HADITS :*

1. Disyariatkan meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri pada dada ketika berdiri dalam sholat. Inilah pendapat jumhur ulama. Sedangkan menurut Imam Malik,
disyariatkan melepaskan kedua tangan berjuntai ke bawah. Ini merupakan pendapat masyhur di kalangan Mazhab Maliki dari Ibn al-Qasim.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..
*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB TATACARA PELAKSANAAN SHOLAT*_

*HADITS KE 223 :*

*‏وَعَنْ عُبَادَةَ بْنِ اَلصَّامِتِ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِأُمِّ اَلْقُرْآنِ )  مُتَّفَقٌ عَلَيْه*

*وَفِي رِوَايَةٍ  لِابْنِ حِبَّانَ وَاَلدَّارَقُطْنِيِّ : ( لَا تَجْزِي صَلَاةٌ لَا يُقْرَأُ فِيهَا بِفَاتِحَةِ اَلْكِتَابِ )*

*وَفِي أُخْرَى  لِأَحْمَدَ وَأَبِي دَاوُدَ  وَاَلتِّرْمِذِيِّ  وَابْنِ حِبَّانَ : ( لَعَلَّكُمْ تَقْرَءُونَ خَلْفَ إِمَامِكُمْ ? " قُلْنَا : نِعْمَ . قَالَ : "لَا تَفْعَلُوا إِلَّا بِفَاتِحَةِ اَلْكِتَابِ  فَإِنَّهُ لَا صَلَاةِ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِهَا )*

Dari Ubadah Ibnu al-Shomit bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak sah sholat bagi orang yang tidak membaca Ummul Qur'an (al-fatihah)." Muttafaq Alaihi.

Dalam suatu riwayat Ibnu Hibban dan Daruquthni: "Tidak sah sholat yang tidak dibacakan al-fatihah di dalamnya."

Dalam hadits lain riwayat Ahmad Abu Dawud Tirmidzi dan Ibnu Hibban: "Barangkali engkau semua membaca di belakang imammu?" Kami menjawab: Ya. Beliau bersabda: "Jangan engkau lakukan kecuali membaca al-fatihah karena sungguh tidak sah sholat seseorang tanpa membacanya."

*MAKNA HADITS :*

```Membaca Surah al-Fatihah di dalam sholat, baik dalam sholat sirriyah ataupun sholat jahriyyah, sholat fardu mahupun sholat sunat, merupakan salah satu rukun sholat sebagaimana yang telah ditegaskan oleh beberapa hadis yang jumlah teramat banyak. Inilah pendapat Imam Malik, Imam al-Syafi'i dan Imam Ahmad
berkenaan dengan sholat seseorang yang bersendirian dan bagi imam. Ini ditegaskan
hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Hibban dan al-Daruquthni yang menunjukkan ketiadaan sholat, kerana sholat yang sudah dinafikan kesahihannya tidak termasuk
sholat yang disyariatkan. Disamping itu, Nabi (s.a.w) ketika mengetahui Khallad ibn Rafi' yang melakukan sholat tidak sempurna, baginda segera menyuruhnya
membaca Ummu al-Kitab dan bersabda kepadanya: “Kemudian lakukanlah hal yang serupa dalam semua sholatmu itu.” Nabi (s.a.w) membaca Surah al-Fatihah
dalam setiap rakaat dan baginda bersabda:

صلوا كما رأيتموني أصلي

“Sholatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku sholat!”

Nabi (s.a.w) melarang makmum membaca selain Fatihah al-Kitab. Ini merupakan ikatan yang mentakhsis makna umum yang terdapat di dalam perintah supaya berdiam bagi makmum.```

*FIQH HADITS :*

Wajib membaca Surah al-Fatihah. Surah al-Fatihah merupakan salah satu rukun sholat. Demikian menurut pendapat jumhur ulama, sedangkan Imam Abu Hanifah
mengatakan bahwa Surah al-Fatihah tidak termasuk salah satu rukun sholat, sebaliknya rukun berkaitan bacaan disini ialah membaca al-Qur'an secara mutlak
dan ini sudah mencukupi.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..
*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB TATACARA PELAKSANAAN SHOLAT*_

*HADITS KE 224 :*

*‏وَعَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه ( أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ كَانُوا يَفْتَتِحُونَ اَلصَّلَاةِ بِـ (اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ اَلْعَالَمِينَ ) )  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ* 

*زَادَ مُسْلِمٌ: ( لَا يَذْكُرُونَ : (بِسْمِ اَللَّهِ اَلرَّحْمَنِ اَلرَّحِيمِ ) فِي أَوَّلِ قِرَاءَةٍ وَلَا فِي آخِرِهَا )*

*وَفِي رِوَايَةٍ لِأَحْمَدَ  وَالنَّسَائِيِّ وَابْنِ خُزَيْمَةَ : ( لَا يَجْهَرُونَ ‏بِبِسْمِ اَللَّهِ اَلرَّحْمَنِ اَلرَّحِيم ِ )*

*وَفِي أُخْرَى لِابْنِ خُزَيْمَةَ : ( كَانُوا يُسِرُّونَ ). وَعَلَى هَذَا يُحْمَلُ اَلنَّفْيُ فِي رِوَايَةِ مُسْلِمٍ  خِلَافًا لِمَنْ أَعَلَّهَا*

Dari Anas Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam Abu Bakar dan Umar memulai sholat dengan (membaca) alhamdulillaahi rabbil 'alamiin. Muttafaq Alaihi.

Muslim menambahkan: Mereka tidak membaca bismillaahirrahmaanirrahiim baik pada awal bacaan maupun akhirnya.

Dalam suatu riwayat Ahmad Nasa'i dan Ibnu Khuzaimah disebutkan: Mereka tidak membaca bismillaahirrahmaanirrahiim dengan suara keras.

Dalam suatu hadits lain riwayat Ibnu Khuzaimah: Mereka membaca dan amat pelan. (Pengertian ini --membaca dengan amat pelan-- diarahkan pada pengertian tidak membacanya seperti pada hadits riwayat Muslim yang tentunya berbeda dengan yang menyatakan bahwa hadits ini ma'lul).

*MAKNA HADITS :*

```Basmalah adalah sebagian dari ayat al-Qur'an di dalam Surah al-Naml, menurut ijmak ulama. Tetapi mereka berselisih pendapat mengenai basmalah pada
permulaan Surah al-Fatihah baik ia termasuk salah satu ayat darinya
karena ia ditulis dalam mushaf dan mereka tidaklah menulis basmalah di dalam mushaf melainkan ia termasuk sebagian dari al-Qur'an ataupun basmalah tidak termasuk sebagian ayat dari al-Fatihah, karena disebutkan pada
permulaannya hanya semata-mata untuk ber-tabarruk, sebagaimana ia disebutkan pada setiap permulaan surah untuk memisahkan antara satu surah dengan surah yang lain.

Hadis Anas (r.a) menegaskan bahwa apa yang mereka maksudkan ialah tidak membaca basmalah dengan suara kuat atau meniadakan bacaan basmalah lantaran bacaan itu tidak termasuk dari salah satu dari ayat Surah al-Fatihah. Apapun, hadis Anas (r.a) ini dinilai mudhtharib. Buktinya, Nabi (s.a.w) ada kalanya
ketika di dalam sholat membaca basmalah dengan suara kuat dan ada kalanya pula dengan suara tidak kuat. Baginda membacanya dengan suara kuat dalam sholat
jahriyyah dan membaca dengan suara tidak kuat dalam sholat sirriyyah. Tetapi adakalanya baginda membacanya dengan tidak kuat dalam sholat jahriyyah untuk menjelaskan bahwa itu boleh dilakukan.

Dengan cara demikian, hadis-hadis dalam masalah ini yang seakan berselisih antara satu sama lain dapat digabungkan pemahamannya. Ulama membahas masalah ini dengan panjang lebar, malah ada pula diantara mereka yang menulis secara khusus masalah ini.```

*FIQH HADITS :*

Basmalah dalam sholat tidak dibaca dengan suara kuat. Inilah pendapat Imam Ahmad dan Imam Abu Hanifah. Tetapi Imam al-Syafi'i mengkhususkan hanya dalam sholat-sholat fardu yang dikerjakan pada waktu siang hari, kerana sholat fardu siang hari adalah sholat sirriyyah.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..
*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB TATACARA PELAKSANAAN SHOLAT*_

*HADITS KE 225 :*

*‏وَعَنْ نُعَيْمٍ اَلْمُجَمِّرِ رضي الله عنه قَالَ : ( صَلَّيْتُ وَرَاءَ أَبِي هُرَيْرَةَ فَقَرَأَ : (بِسْمِ اَللَّهِ اَلرَّحْمَنِ اَلرَّحِيمِ) . ثُمَّ قَرَأَ بِأُمِّ اَلْقُرْآنِ  حَتَّى إِذَا بَلَغَ : (وَلَا اَلضَّالِّينَ)  قَالَ : "آمِينَ" وَيَقُولُ كُلَّمَا سَجَدَ  وَإِذَا قَامَ مِنْ اَلْجُلُوسِ : اَللَّهُ أَكْبَرُ . ثُمَّ يَقُولُ إِذَا سَلَّمَ : وَاَلَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنِّي لَأَشْبَهُكُمْ صَلَاةً بِرَسُولِ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم )  رَوَاهُ النَّسَائِيُّ وَابْنُ خُزَيْمَةَ* 

Nu'aim al-Mujmir berkata: Aku pernah sembahyang di belakang Abu Hurairah r.a. Dia membaca (bismillaahirrahmaanirrahiim) kemudian membaca al-fatihah sehingga setelah membaca (waladldlolliin) dia membaca: Amin. Setiap sujud dan ketika bangun dari duduk selalu membaca Allaahu Akbar. Setelah salam dia mengatakan: Demi jiwaku yang ada di tangan-Nya sungguh aku adalah orang yang paling mirip sholatnya dengan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam Riwayat Nasa'i dan Ibnu Khuzaimah.

*MAKNA HADITS :*

```Rasulullah (s.a.w) adakalanya membaca basmalah ketika dalam sholat dengan suara keras dan adakalanya pula dengan suara tidak keras. Dalam solat jahriyyah, baginda membacanya dengan suara keras, sedangkan dalam solat sirriyyah, baginda membacanya dengan tidak keras. Tetapi adakalanya baginda membacanya dengan suara tidak keras dalam solat jahriyyah untuk menjelaskan bahwa itu boleh dilakukan. Dengan ini, riwayat yang meniadakan bacaan basmalah dan riwayat
yang menyuruh membacanya dapat digabungkan.

Antara Sunnah Nabi (s.a.w) adalah membaca amin dalam solat jahriyyah ketika selesai membaca Surah al-Fatihah dan membaca takbir dalam setiap perpindahan satu rukun ke rukun yang lain kecuali ketika mengangkat kepala dari rukuk. Bacaan ketika bangkit daripada rukuk adalah "سمع الله لمن حمده" ```

*FIQH HADITS :*

Disyariatkan bagi imam membaca amin dengan suara keras. Inilah pendapat Imam al-Syafi'i dan Imam Ahmad. Sedangkan menurut Imam Abu Hanifah, imam membaca amin dengan suara tidak keras, karena bacaan amin tidak lain kecuali sebagai tambahan do'a dan oleh karenanya, inti do'a lebih utama dari itu. Tetapi riwayat Imam Malik mengenai membaca amin dalam solat jahriyyah masih ada perselisihan pendapat. Ulama Mesir meriwayatkan dari Imam Malik, tidak ada bacaan amin dalam solat jahriyyah, karena
imam adalah orang yang berdo'a sedangkan membaca amin hanya disunatkan kepada orang yang tidak membaca do'a. Tetapi diriwayatkan pula dari Imam Malik bahwa hendaklah imam membaca amin dengan suara tidak kuat.

Meskipun begitu, mereka tidak berselisih pendapat dalam solat sirriyyah dimana imam dikehendaki membaca amin dengan suara tidak keras. Makmum juga hendaklah menngeraskan suara bacaan amin dalam solat jahriyyah dan tidak
menguatkan suara dalam solat sirriyyah. Inilah pendapat Imam al-Syafi'i dan Imam Ahmad. Imam Malik mengatakan bahwa makmum membaca amin dengan suara tidak kuat dalam keadaan apapun, baik dalam solat jahriyyah maupun dalam solat sirriyah. Orang yang solat sendirian juga sama hukumnya dengan makmum dalam masalah ini. Imam Abu Hanifah
mengatakan bahwa makmum hendaklah membaca amin dengan suara tidak keras, begitu juga dengan orang yang solat bersendirian.

2. Disyariatkan mengucapkan takbiratul intiqal ketika sujud, ketika bangkit dari
kedua sujud, dan ketika bangkit dari tasyahhud pertama.

3. Boleh bersumpah tanpa disertai permintaan untuk mengukuhkan perkara.

4. Ulama berbeda pendapat mengenai hukum membaca basmalah dengan suara
kuat. Disini ada beberapa pendapat.

Imam al-Syafi'i mengatakan bahwa disunatkan membaca basmalah dengan suara yang keras dalam solat jahriyyah, dan dengan suara tidak keras dalam solat sirriyyah. Beliau mengatakan bahwa
basmalah merupakan salah satu dari Surah al-Fatihah. Seluruh ulama bersepakat bahwa basmalah di dalam Surah al-Naml merupakan sebagian daripadanya, tanpa ada ulama yang memperselisihkannya, meskipun mereka berselisih pendapat dalam surah yang lain. Pendapat yang paling sahih
menurut Imam al-Syafi'i adalah basmalah merupakan sebagian dari setiap surah. Beliau menguatkan pendapatnya dengan hadis yang diriwayatkan oleh ibnu huzaimah melalui Ummu Salamah (r.a) bahwa Nabi (s.a.w) membaca
ِ“ بسم الله الرحمن الرحيم"
ketika dalam solat dan baginda mengganggapnya sebagai satu ayat (dari al-Fatihah). Para sahabat telah bersepakat untuk menetapkannya dalam mushaf pada setiap permulaan surah kecuali pada permulaan Surah al-Baraah, yakni Surah al-Taubah.

Imam Malik mengatakan
bahwa basmalah tidak perlu dibaca dalam solat fardu baik solat sirriyyah maupun solat jahriyyah, karena basmalah tidak termasuk salah satu ayat dari al-Qur'an, baik pada permulaan Surah al-Fatihah mahupun pada permulaan surah yang lainnya kecuali Surah al-Naml, karena di dalam Surah al-Naml basmalah merupakan salah satu dari ayatnya. Di dalam solat
sunat, seseorang dibolehkan memilih baik membacanya atau sebaliknya.

Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad mengatakan bahwa disunatkan membaca basmalah dengan suara tidak kuat, bukan dengan suara kuat dalam solat
sirriyyah dan jahriyyah. Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad mengatakan bahwa basmalah merupakan ayat tersendiri dari al-Qur'an. Ia diturunkan untuk memohon keberkatan dan sebagai pemisah di antara satu surah dengan surah yang lain, tetapi ia tidak termasuk salah satu daripada ayat Surah al-Fatihah dan juga surah-surah yang lain. Pada awalnya Rasulullah (s.a.w) tidak
tahu apa yang patut dijadikan pemisah di antara satu surah dengan surah yang sebelum diturunkan kepadanya. Basmalah:  "بسم الله الرحمن الرحيم " Ini merupakan ketetapan yang menegaskan bahwa basmalah diturunkan untuk memisahkan
antara satu surah dengan yang lain, dan basmalah tidak termasuk sebagai ayat permulaan bagi setiap surah. Kedua ulama ini menguatkan pendapatnya dengan hadis yang diriwayatkan oleh Muslim melalui Anas (r.a):

أن النبي صلى الله عليه وسلم وأبا بكر وعمر كانوا يفتتحون الصلاة ب " الحمد لله رب العالمين" لا يذكرون "بسم الله الرحمن الرحيم" في أول قرأة ولا في أخرها

“Nabi (s.a.w) dan Abu Bakar serta Umar memulai solat dengan bacaan "الحمد لله رب العالمين"
Mereka tidak membaca "بسم الله الرحمن الرحيم " baik pada permulaan bacaan maupun di akhir bacaan.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..
*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB TATACARA PELAKSANAAN SHOLAT*_

*HADITS KE 226 :*

*‏وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( إِذَا قَرَأْتُمْ اَلْفَاتِحَةِ فَاقْرَءُوا : ( بِسْمِ اَللَّهِ اَلرَّحْمَنِ اَلرَّحِيمِ )  فَإِنَّهَا إِحْدَى آيَاتِهَا )  رَوَاهُ اَلدَّارَقُطْنِيُّ  وَصَوَّبَ وَقْفَهُ*

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila kamu membaca al-fatihah maka bacalah bismillaahirrahmaanirrahiim karena ia termasuk salah satu dari ayatnya." Riwayat Daruquthni yang menggolongkannya hadits mauquf.

*MAKNA HADITS :*

```Hadis ini menunjukkan bahwa basmalah merupakan sebagian ayat dari Surah al-Fatihah, namun hadis ini mawquf.```

*FIQH HADITS :*

Basmalah dalam solat dibaca dengan suara keras dan basmalah merupakan salah satu ayat dari Surah al-Fatihah.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..
*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB TATACARA PELAKSANAAN SHOLAT*_

*HADITS KE 227 :*

*‏وَعَنْهُ قَالَ : ( كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا فَرَغَ مِنْ قِرَاءَةِ أُمِّ اَلْقُرْآنِ رَفَعَ صَوْتَهُ وَقَالَ : "آمِينَ". )  رَوَاهُ اَلدَّارَقُطْنِيُّ وَحَسَّنَهُ  وَالْحَاكِمُ وَصَحَّحَهُ*

*وَلِأَبِي دَاوُدَ وَاَلتِّرْمِذِيِّ مِنْ حَدِيثِ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ نَحْوُهُ*

Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bila selesai membaca Ummul Qur'an (al-fatihah) beliau mengangkat suaranya dan membaca: "Amin." Hadits hasan diriwayatkan oleh Daruquthni. Hadits shahih menurut Hakim.

Ada pula hadits serupa dalam riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi daari hadits Wail Ibnu Hujr.

*MAKNA HADITS :*

```Rasulullah (s.a.w) menegaskan bahwa Surah al-Fatihah memiliki penutup yang dengannya baginda bertadharru‟ memohon kepada Allah seraya mengagungkan-Nya, yaitu dengan membaca lafaz “Amin”. Lafaz “Amin” merupakan isim fi'il amar yang dimabnikan. Maksudnya adalah: “Ya Allah, perkenankan do'a kami.” Antara
keistimewaan membaca “Amin” adalah barang siapa yang bacaan aminnya bertepatan dengan bacaan amin para malaikat, maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu.```

*FIQH HADITS :*

Imam shalat disyariatkan membaca amin. Penjelasan mengenainya telah disebutkan sebelum ini di fiqh hadis no. 225.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..
*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB TATACARA PELAKSANAAN SHOLAT*_

*HADITS KE 228 :*

*‏وَعَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ أَبِي أَوْفَى -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- قَالَ : ( جَاءَ رَجُلٌ إِلَى اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ : إِنِّي لَا أَسْتَطِيعُ أَنْ آخُذَ مِنْ اَلْقُرْآنِ شَيْئًا  فَعَلِّمْنِي مَا يُجْزِئُنِيٌ]مِنْهُ] . قَالَ : "سُبْحَانَ اَللَّهِ  وَالْحَمْدُ لِلَّهِ  وَلَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ  وَلَا حَوْلٌ وَلَا قُوَّةً إِلَّا بِاَللَّهِ اَلْعَلِيِّ اَلْعَظِيمِ . . . )  اَلْحَدِيثَ . رَوَاهُ أَحْمَدُ  وَأَبُو دَاوُدَ  وَالنَّسَائِيُّ  وَصَحَّحَهُ اِبْنُ حِبَّانَ  وَاَلدَّارَقُطْنِيُّ وَالْحَاكِمُ*

Abdullah Ibnu Aufa Radliyallaahu 'anhu berkata: Ada seorang laki-laki datang menghadap Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam seraya berkata: Sungguh aku ini tidak bisa menghafal satu ayat pun dari al-Qur'an maka ajarilah diriku sesuatu yang cukup bagiku tanpa harus menghapal al-Qur'an. Beliau bersabda: "Bacalah subhanallaah walhamdulillah walaa ilaaha illallaah wallaahu akbar walaa haula walaa quwwata illa billaahil 'aliyyil 'adziim (artinya= Maha Suci Allah segala puji hanya bagi Allah tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Allah Maha Besar tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah yang Maha Tinggi lagiMaha Agung)." Hadits riwayat Ahmad Abu Dawud dan Nasa'i. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban Daruquthni dan Hakim.

*MAKNA HADITS :*

```Membaca Surah al-Fatihah merupakan salah satu rukun shalat yang wajib dipelajari bagi setiap orang yang baru masuk Islam supaya dia dapat membacanya ketika dalam shalat. Barang siapa yang masuk Islam lalu dia tidak menemukan seseorang pun yang mengajarkannya membaca Surah al-Fatihah atau waktunya terllalu ssempit hingga tidak sempat belajar Surah al-Fatihah, maka Surah al-Fatihah boleh digantikan dengan membaca zikir, tasbih, tahmid dan tahlil agar membolehkannya mengerjakan shalat tepat pada waktunya. Setelah itu, dia mesti belajar membaca al-Fatihah untuk shalat-shalat yang akan datang, sekalipun dia terpaksa bermusafir ke
negeri lain jika dia mempunyai biaya.```

*FIQH HADITS :*

_Barang siapa yang tidak mampu membaca al-Fatihah ketika dalam shalat, karena waktu yang terlalu sempit atau tidak ada orang lain yang mau mengajarkannya, maka dia boleh membaca penggantinya berupa zikir sebagaimana yang telah disebutkan di dalam hadis ini._

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..
*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB TATACARA PELAKSANAAN SHOLAT*_

*HADITS KE 229 :*

*‏وَعَنْ أَبِي قَتَادَةَ رضي الله عنه قَالَ : ( كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم يُصَلِّي بِنَا  فَيَقْرَأُ فِي اَلظُّهْرِ وَالْعَصْرِ - فِي اَلرَّكْعَتَيْنِ اَلْأُولَيَيْنِ - بِفَاتِحَةِ اَلْكِتَابِ وَسُورَتَيْنِ  وَيُسْمِعُنَا اَلْآيَةَ أَحْيَانًا  وَيُطَوِّلُ اَلرَّكْعَةَ اَلْأُولَى  وَيَقْرَأُ فِي اَلْأُخْرَيَيْنِ بِفَاتِحَةِ اَلْكِتَابِ. )  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Abu Qotadah Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam selalu sholat bersama kami pada dua rakaat pertama dalam sholat Dhuhur dan Ashar beliau membaca al-Fatihah dan dua surat dan kadangkala memperdengarkan kepada kami bacaan ayatnya beliau memperpanjang rakaat pertama dan hanya membaca al-fatihah dalam dua rakaat terakhir

*MAKNA HADITS :*

```Rasulullah (s.a.w) memperpanjang waktu bacaan pada dua rakaat pertama dan
rakaat pertama lebih panjang daripada rakaat kedua supaya semua orang sempat
berjamaah shalat, karena semangat dalam rakaat pertama lebih kuat daripada rakaat
sesudahnya dan begitu pula dengan khusyuk pada rakaat pertama. Baginda senantiasa
meringankan pelaksanaan shalat selain dua rakaat pertama karena dikawatiri menyebabkan makmum merasa bosan dan jemu.

Antara Sunnah Nabi (s.a.w) ialah baginda mengkhususkan dua rakaat pertama dengan membaca surah selain dari Surah al-Fatihah, sedangkan dua rakaat yang berikutnya tidak demikian. Rasulullah (s.a.w) ada kalanya
memperdengarkan satu atau dua ayat diwaktu mengerjakan shalat sirriyyah kepada mereka untuk menjelaskan berapa kadar ayat yang dibacanya. Membaca surah
dengan suara yang tidak kuat dalam shalat sirriyyah bukanlah satu perkara yang wajib, malahan jika itu dilakukan, tidak menuntut seseorang supaya sujud sahwi
dilakukan.```

*FIQH HADITS :*

1. Diwajibkan membaca Surah al-Fatihah ketika dalam shalat.

2. Disyariatkan membaca surah sesudah membaca Surah al-Fatihah dalam dua rakaat pertama.

3. Disyariatkan memanjangkan bacaan surah dalam rakaat pertama yang kadarnya jauh lebih panjang daripada rakaat kedua.

4. Disyariatkan membaca Surah al-Fatihah dalam dua rakaat terakhir tanpa membaca surah yang lain.

5. Boleh menguatkan suara bacaan sebagian ayat dalam shalat sirriyyah.

6. Boleh mengutamakan dzahir suatu keadaan dalam menyampaikan berita tanpa
bergantung kepada keyakinan, sebab jalan untuk mengetahui bacaan surah dalam shalat sirriyyah tidak lain mesti ditempuh dengan cara mendengarkan
secara keseluruhan. Suara bacaan itu dapat diketahui dengan yakin apabila dilakukan diwaktu mengerjakan shalat jahriyyah. Jadi, pemberitaan ini seakan-akan diambil setelah mendengarkan sebagian bacaan yang dengannya dapat disimpulkan bacaan lain karena ada tanda-tandanya.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..
*السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

_*BAB TATACARA PELAKSANAAN SHOLAT*_

*HADITS KE 230 :*

*‏وَعَنْ أَبِي سَعِيدٍ اَلْخُدْرِيِّ رضي الله عنه قَالَ : ( كُنَّا نَحْزُرُ قِيَامَ رَسُولِ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم فِي اَلظُّهْرِ وَالْعَصْرِ  فَحَزَرْنَا قِيَامَهُ فِي اَلرَّكْعَتَيْنِ اَلْأُولَيَيْنِ مِنْ اَلظُّهْرِ قَدْرَ : (الم تَنْزِيلُ) اَلسَّجْدَةِ . وَفِي اَلْأُخْرَيَيْنِ قَدْرَ اَلنِّصْفِ مِنْ ذَلِكَ . وَفِي اَلْأُولَيَيْنِ مِنْ اَلْعَصْرِ عَلَى قَدْرِ اَلْأُخْرَيَيْنِ مِنْ اَلظُّهْرِ  وَالْأُخْرَيَيْنِ مِنْ اَلظُّهْرِ )  رَوَاهُ مُسْلِمٌ*

Abu Said Al-Khudry Radliyallaahu 'anhu berkata: Kami pernah mengukur lama berdirinya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dalam sholat Dhuhur dan Ashar. Setelah kami ukur bahwa lama berdirinya dalam dua rakaat pertama sholat Dhuhur sekitar lamanya membaca (Alif Laam Mim. Tanziil) al-Sajadah. Dan dalam dua rakaat terakhir sekitar setengahnya dalam dua rakaat pertama sholat Ashar seperti dua rakaat terakhir sholat Dhuhur dan dua rakaat terakhir setengahnya. Diriwayatkan oleh Muslim.

*MAKNA HADITS :*

```Para sahabat adalah orang yang senantiasa bersemangat untuk menghafal Sunnah, menukil dan memastikannya untuk kemudian disampaikan kepada kaum
muslimin yang lain. Oleh itu, mereka selalu meneliti semua perbuatan dan perkataan Rasulullah (s.a.w). Mereka berjumlah tiga puluh orang, antara lain ialah Abu Sa'id al-Khudri. Beliau memperkirakan waktu sholat Rasulullah (s.a.w), lalu mereka menerangkan kadar lama berdiri Nabi (s.a.w) dalam setiap rakaat, begitu pula mengenai disiplin baginda diwaktu mengerjakan sholat.

Memandang waktu dzuhur adalah waktu istirahat pada waktu siang hari, maka Rasulullah (s.a.w) memperpanjang bacaannya dalam sholat tersebut dengan bacaan yang lebih panjang daripada sholat Asar, supaya orang yang terlambat sempat berjemaah sholat dengan baginda. Ketika mengerjakan sholat Asar, baginda
mempercepat karena sholat Asar dikerjakan ketika orang sedang bekerja.

Apa yang dikerjakan oleh Rasulullah (s.a.w) itu adalah menjadikan sholat-sholat yang
dikerjakannya sebagai rahmat ke atasnya. Nabi (s.a.w) adalah seorang yang pengasih lagi penyayang. Baginda memperpanjang bacaan sholatnya pada rakaat pertama dan mempercepat pada rakaat kedua memandang keadaan yang paling bersemangat bagi orang yang sedang sholat ialah pada permulaan sholat. Keadaan ini sentiasa dilakukan dalam setiap sholat.```

*FIQH HADITS :*

1. Disunatkan memperpanjang bacaan pada dua rakaat pertama sholat dzuhur dan Rasulullah (s.a.w) kadang membaca ayat yang lain selain al-Fatihah pada dua
rakaat yang berikutnya.

2. Disunatkan mempersingkat bacaan dalam sholat Asar, dan menjadikan kadarnya separuh dari bacaan sholat Dzuhur.

3. Diperbolehkan berpegang dengan prasangka dalam menyampaikan berita.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..