Minggu, 28 April 2019

Kajian hadits jilid II, 46-55

[30/03 1:59 PM] Musthofa AB: *السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

*《JILID II (DUA)》*

_*BAB SOLAT HARI RAYA AIDIL
FITRI DAN AIDIL ADHA*_

*HADITS KE 46 :*

*عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( الْفِطْرُ يَوْمَ يُفْطِرُ النَّاسُ, وَالْأَضْحَى يَوْمَ يُضَحِّي النَّاسُ )  رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ*

_Dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Hari Raya Fithri adalah hari orang-orang berbuka dan hari raya Adlha adalah hari orang-orang berkurban." Riwayat Tirmidzi._

*MAKNA HADITS :*

```Jika seseorang melihat hilal bulan pada malam hari raya, maka wajib baginya
mengamalkan apa yang dia yakini dalam dirinya tanpa perlu mengira baik
hakim bakal menerima kesaksiannya ataupun tidak. Dalam masalah sholat hari
raya, berbuka dan berqurban, dia wajib mengikut keputusan yang telah dibuat oleh
lembaga kehakiman karena dikawaatiri menimbulkan kekacauan. Inilah kefahaman
yang terdapat di dalam hadis ini. Adapun sanggahan Ibn Abbas (r.a) terhadap
kesaksian seseorang yaitu Kuraib yang telah menyaksikan penduduk negeri
Syam telah berpuasa pada hari Jum'at melalui perkataannya: “Sesungguhnya
kami melihat anak bulan pada malam Sabtu,” maka ini mengandung dua tafsiran.
Pertama, barangkali Ibn Abbas (r.a) ingin menyatakan adanya perbedaan waktu
kemunculan anak bulan antara negeri Syam dengan negeri Hijaz. Inilah landasan
yang betul. Kedua, barangkali pula Ibn Abbas (r.a) menolak kesaksian satu orang
karena beliau mensyaratkan adanya sejumlah saksi dalam masalah ini. Meskipun, di dalam hadis tersebut tidak didapati bukti yang menunjukkan bahwa Ibn ‘Abbas
(r.a) menyuruh Kuraib mengamalkan apa yang bertentangan dengan keyakinan
dirinya.```

*FIQH HADITS :*

Apa yang mesti dijadikan pedoman dalam menetapkan hari raya ialah mengikuti
orang banyak. Seseorang yang melihat rukyah hari raya tetap diwajibkan
menyesuaikan dirinya dengan khalayak ramai secara hukum dalam mengerjakan
sholat hari raya, berbuka dan melakukan qurban. Jumhur ulama mengatakan
bahwa barang siapa yang melihat anak bulan Syawal, namun kesaksiannya tidak
dapat diterima oleh majlis hakim, maka dia tidak boleh berbuka.

Imam al-Syafi’i berkata: “Dia boleh berbuka kecuali jika dikawatiri akan dituduh dengan tuduhan yang buruk. Dalam keadaan ini hendaklah dia menahan diri dari makan dan minum, tetapi dengan meyakini bahwa dirinya berada dalam hari raya.”

Ulama bersepakat bahwa barang siapa yang melihat hilal bulan puasa, walaupun kesaksiannya tidak dapat diterima oleh majlis hakim, maka dia tetap diwajibkan puasa sendirian.”

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..
[31/03 4:04 PM] Musthofa AB: *السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

*《JILID II (DUA)》*

_*BAB SOLAT HARI RAYA AIDIL
FITRI DAN AIDIL ADHA*_

*HADITS KE 47 :*

*وَعَنْ أَبِي عُمَيْرِ بْنِ أَنَسٍ, عَنْ عُمُومَةٍ لَهُ مِنَ اَلصَّحَابَةِ, ( أَنَّ رَكْبًا جَاءُوا, فَشَهِدُوا أَنَّهُمْ رَأَوُا الْهِلَالَ بِالْأَمْسِ, فَأَمَرَهُمْ اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم أَنْ يُفْطِرُوا, وَإِذَا أَصْبَحُوا يَغْدُوا إِلَى مُصَلَّاهُمْ )  رَوَاهُ أَحْمَدُ, وَأَبُو دَاوُدَ -وَهَذَا لَفْظُهُ- وَإِسْنَادُهُ صَحِيحٌ*

_Dari Abu Umairah Ibnu Anas Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu dari paman-pamannya di kalangan shahabat bahwa suatu kafilah telah datang, lalu mereka bersaksi bahwa kemarin mereka telah melihat hilal (bulan sabit tanggal satu), maka Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan mereka agar berbuka dan esoknya menuju tempat sholat mereka. Riwayat Ahmad dan Abu Dawud. Lafadznya menurut Abu Dawud dan sanadnya shahih._

*MAKNA HADITS :*

```Jika waktu hari raya telah diketahui sebelum waktu sholatnya habis, maka sholat hari raya hendaklah segera dikerjakan pada hari itu. Namun jika hari raya masih belum
diketahui melainkan sesudah waktu sholatnya habis, maka sholat hari raya hendaklah dilakukan pada hari berikutnya dan dianggap sebagai sholat qadha’.
Hadis yang menerangkan hukum ini berkaitan hari raya idul fitri, kemudian diqiaskan kepadanya hari raya idul adha.```

*FIQH HADITS :*

Jika waktu sholat hari raya telah berlalu pada hari pertama, maka sholat hari raya
hendaklah dilaksanakan pada hari kedua bulan Syawal sebelum matahari tergelincir.
Inilah pendapat mazhab Hanbali dan mazhab Hanafi. Mereka mengatakan pula
bahwa tidak ada perbedaan antara terlewat lantaran keliru atau wujudnya faktor
lain yang dikategorikan sebagai uzur.

Menurut pendapat yang sahih dalam mazhab al-Syafi’i, sholat mestilah diqadha’
dalam waktu yang tidak perlu diberi batasan, karena disunatkan mengqadha’ sholat
sunat yang dilakukan pada waktu tertentu apabila waktunya telah berlalu.

Imam Malik berkata: “Jika mereka mengetahui hari raya sebelum matahari
tergelincir, maka sholat hari raya mestilah segera dikerjakan. Jika matahari telah
tergelincir, maka sholat hari raya tidak perlu lagi dikerjakan, baik pada hari
itu ataupun pada hari berikutnya kerana sholat hari raya itu merupakan suatu amal
ibadah yang mesti dilakukan pada waktu yang telah ditentukan, ia tidak boleh
dikerjakan pada waktu lain selain dari waktu yang telah ditetapkan.”

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..
[01/04 9:41 AM] Musthofa AB: *السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

*《JILID II (DUA)》*

_*BAB SHOLAT HARI RAYA IDUL FITRI DAN IDUL ADHA*_

*HADITS KE 48 :*

*وَعَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه قَالَ: ( كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لَا يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ تَمَرَاتٍ )  أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ. وَفِي رِوَايَةٍ مُعَلَّقَةٍ -وَوَصَلَهَا أَحْمَدُ-: وَيَأْكُلُهُنَّ أَفْرَادًا*

_Anas Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tidak berangkat (menuju tempat sholat) pada hari raya Fithri, sehingga beliau memakan beberapa buah kurma. Dikeluarkan oleh Bukhari. Dan dalam riwayat mu'allaq (Bukhari) yang bersambung sanadnya menurut Ahmad: Beliau memakannya satu persatu._

*MAKNA HADITS :*

```Rasulullah (s.a.w) adalah seorang pembimbing yang bijaksana dalam setiap
perkataan dan tingkah lakunya. Baginda samasekali tidak memberi ruang kepada
orang melampau dan senantiasa berusaha mematahkan hujah orang yang melewati
batas kewajaran. Baginda senantiasa makan sebelum mengerjakan sholat hari raya
supaya orang banyak tidak mengira bahwa puasa tetap wajib dilaksanakan hingga
sholat hari raya selesai. Baginda ibarat seorang tabib yang mahir dan tahu betul
bahwa puasa dapat melemahkan pandangan mata, sehingga dengan cara itu
baginda memberikan petunjuk untuk menjaganya dengan cara memakan
sesuatu yang manis ketika berbuka, karena memakan sesuatu yang manis dapat
menguatkan dan mencerahkan lagi pandangan mata, dan kekuatan tubuh
kembali seperti semula. Inilah yang diungkapkan oleh Rasulullah (s.a.w) sekaligus mengisyaratkan akan keesaan Allah (s.w.t) dengan cara memakan buah kurma satu demi satu.```

*FIQH HADITS :*

1. Rasulullah (s.a.w) selalu makan terlebih dahulu sebelum mengerjakan sholat hari raya aidil fitri.

2. Disunatkan berbuka dengan memakan buah kurma atau makanan yang
manis, karena makanan yang mengandung zat gula dapat menguatkan pandangan mata sesudah dilemahkan oleh pengaruh puasa.

3. Disunatkan memakan buah kurma satu demi satu, karena itu mengandung
isyarat yang menunjukkan keesaan Allah.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..
[02/04 11:17 AM] Musthofa AB: *السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

*《JILID II (DUA)》*

_*BAB SHOLAT HARI RAYA IDUL FITRI DAN IDUL ADLHA*_

*HADITS KE 49 :*

*وَعَنِ ابْنِ بُرَيْدَةَ, عَنْ أَبِيهِ قَالَ: ( كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم لَا يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَطْعَمَ, وَلَا يَطْعَمُ يَوْمَ الْأَضْحَى حَتَّى يُصَلِّيَ )  رَوَاهُ أَحْمَدُ, وَالتِّرْمِذِيُّ, وَصَحَّحَهُ ابْنُ حِبَّانَ*

_Dari Ibnu Buraidah dari ayahnya Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tidak keluar pada hari raya Fithri sebelum makan dan tidak makan pada hari raya Adlha sebelum sholat. Riwayat Ahmad dan Tirmidzi. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban._

*MAKNA HADITS :*

```Menceritakan dan mengingati nikmat Allah merupakan sesuatu yang dibenarkan
oleh syariat dan begitu pula memperlihatikan kemurahan Allah dengan membuktikan
berbagai rahsia ibadah yang telah disyariatkan merupakan sebagian dari
nilai-nilai baik syariat Islam. Ketika Allah (s.w.t) menyuruh untuk menyembelih
hewan qurban pada waktu hari raya idul adha, maka apa yang paling penting
untuk dilakukan adalah bersegera memakan sebagian daging hewan qurban
tersebut setelah selesai mengerjakan sholat sebagai ungkapan perasaan syukur kepada
Allah di samping memperlihatkan rahsia-rahsia ibadah qurban yang mengandung 
manfaat dunia dan pahala di akhirat. Oleh itu, Allah (s.w.t) berfirman:

كذالك سخرناها لكم لعلكم تذكرون (٣٦)

“… Demikianlah kami telah menundukkan unta-unta itu bagi kamu, mudah-mudahan
kamu bersyukur.” (Surah al-Hajj: 36)```

*FIQH HADITS :*

1. Disyariatkan makan terlebih dahulu sebelum mengerjakan sholat hari raya
Idul fitri, karena menurut sunnah dianjurkan bersedekah pada hari raya idul fitri sebelum mengerjakan sholat sehingga disunatkan pula makan agar dapat turut serta meramaikannya bersama kaum fakir miskin.

2. Disyariatkan makan pada hari raya idul adha sesudah mengerjakan sholat, karena sedekah pada hari raya idul adha hanya dilakukan setelah mengerjakan sholat, yaitu sedekah hewan qurban, sehingga disunatkan meramaikannya secara bersama, di samping kedua hari raya tersebut
berbeda dengan hari-hari sebelumnya, karena sebelum hari raya aidil fitri diharamkan makan, berbeda dengan hari-hari sebelum hari raya idul adha.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..
[04/04 10:20 AM] Musthofa AB: *السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

*《JILID II (DUA)》*

_*BAB SHOLAT HARI RAYA IDUL FITRI DAN IDUL ADLHA*_

*HADITS KE 50 :*

*وَعَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ: ( أُمِرْنَا أَنْ نُخْرِجَ الْعَوَاتِقَ, وَالْحُيَّضَ فِي الْعِيدَيْنِ; يَشْهَدْنَ الْخَيْرَ وَدَعْوَةَ الْمُسْلِمِينَ, وَيَعْتَزِلُ الْحُيَّضُ الْمُصَلَّى )  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ*

_Ummu Athiyyah Radliyallaahu 'anhu berkata: Kami diperintahkan mengajak keluar gadis-gadis dan wanita-wanita haid pada kedua hari raya untuk menyaksikan kebaikan dan dakwah kaum muslimin, wanita-wanita yang haid itu terpisah dari tempat sholat. Muttafaq Alaihi._

*MAKNA HADITS :*

```Syariat Islam yang telah diperkenalkan oleh Rasulullah (s.a.w) menganjurkan supaya
anak-anak gadis remaja yang sudah baligh dan mereka yang mendekati usia baligh
keluar menuju ke tempat di mana sholat hari raya akan dilaksanakan. Nabi (s.a.w)
menyuruh berbuat demikian menunjukkan betapa penting mengajarkan ilmu-ilmu
agama kepada kaum wanita. Penyertaan mereka untuk menghadiri nasihat dan
majlis taklim diharapkan mampu menanamkan akhlak mulia dan membersihkan hati mereka. Dengan demikian, mereka turut serta bersama kaum lelaki memetik manfaat yang terdapat pada hari perayaan ini berupa ilmu, bimbingan dan rahmat. Ini khusus apabila keluarnya wanita tidak menimbulkan fitnah. Tetapi apabila menimbulkan fitnah, maka kaum wanita dilarang keluar rumah. Aisyah (r.a) berkata: “Seandainya Nabi (s.a.w) mengetahui apa yang dilakukan oleh kaum wanita sesudahnya, niscaya baginda melarang mereka dari hadir di dalam masjid.”```

*FIQH HADITS :*

Pada kedua hari raya itu kaum wanita disyariatkan keluar menuju ke tempat
dimana sholat hari raya dilaksanakan tanpa ada perbedaan antara anak perawan dengan janda, antara pemuda dengan orang tua, wanita yang sedang haid dengan yang tidak haid. Namun wanita yang sedang haid tidak boleh turut serta mengerjakan sholat dan hendaklah mereka keluar rumah tanpa menimbulkan fitnah.

Mazbab al-Syafi’i menegaskan bahwa wanita disunatkan keluar pada hari lraya idul fitri dan hari raya idul adha, kecuali gadis yang masih muda dan gadis cantik. Mereka makruh keluar rumah menuju tempat dimana sholat dilaksanakan karena dikawatiri menimbulkan fitnah.

Mazhab Hambali juga menyatakan bahwa tidak ada salahnya kaum wanita
keluar rumah menuju tempat dimana sholat hari raya dilaksanakan, tetapi tidak
boleh memakai minyak wangi dan pakaian yang menjolok mata. Dzahir pendapat
mereka ini menunjukkan tidak ada perbedaan antara wanita yang masih muda dengan yang lainnya dimana mereka sama dibolehkan keluar rumah untuk menyaksikan pelaksanaan sholat hari raya.

Mazhab Maliki juga mengatakan bahwa apabila keadaan wanita tidak menimbulkan hasrat kaum lelaki, maka dia dibolehkan keluar untuk melakukan sholat fardu, sholat hari raya, dan sholat istisqa’. Namun jika wanita itu masih muda meskipun tidak cantik, maka tidak dibolehkan keluar rumah karena alasan di atas, dimana sholat hari raya selalu dipenuhi orang banyak hingga mereka berdesak-desakan. Wanita dibolehkan keluar menuju ke masjid untuk mengerjakan sholat
berjemaah, tetapi dengan syarat tidak memakai minyak wangi dan perhiasan.
Hendaklah penampilan dirinya tidak dikawatiri akan menimbulkan fitnah, tidak
memakai pakaian yang menjolok mata, tidak berdesak-desakan dengan kaum lelaki, dan hendaklah jalan yang dilaluinya selamat daripada macam-macam gangguan.
Jika tidak selamat, maka haram baginya keluar rumah. Jika wanita itu memiliki
kecantikan yang mempesonakan, maka secara mutlak dia diharamkan keluar rumah.

Imam Abu Hanifah menegaskan bahwa wanita-wanita yang dikurung tidak
boleh keluar rumah.

Abu Yusuf mengatakan bahwa wanita makruh keluar rumah
mereka secara mutlak.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..
[05/04 1:03 PM] Musthofa AB: *السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

*《JILID II (DUA)》*

_*BAB SHOLAT HARI RAYA IDUL FITRI DAN IDUL ADLHA*_

*HADITS KE 51 :*

*وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ: ( كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم وَأَبُو بَكْرٍ, وَعُمَرُ: يُصَلُّونَ الْعِيدَيْنِ قَبْلَ الْخُطْبَةِ )  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ*

_Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, Abu Bakar, dan Umar selalu sholat dua hari raya Fithri dan Adlha sebelum khutbah. Muttafaq Alaihi._

*MAKNA HADITS :*

```Oleh kerana mendengarkan dua khutbah sholat dua hari raya tidak diwajibkan,
maka Nabi (s.a.w) mengemukakan satu pilihan menerusi sabdanya:

انا نخطب، فمن أحب أن يجلس للخطبة فليجلس. ومن أحب أن يذهب فليذهب

“Sesungguhnya kami akan berkhutbah. Barang siapa yang hendak mendengarkan khutbah, maka hendaklah dia duduk, tapi barang siapa yang tidak ingin mendengarkannya, maka dia boleh pergi.”

Pertama yang baginda lakukan ialah mengerjakan sholat hari raya, karena
sholat merupakan suatu yang paling penting karena dengan mendahulukan sholat
akan memudahkan orang banyak. Orang yang pertama mendahulukan khutbah
ke atas sholat hari raya ialah Marwan ibn al-Hakam, gabenor Madinah. Tindakan
ini dilakukan karena orang-orang segera meninggalkan tempat sholat setelah sholat
selesai tanpa mau mendengarkan khutbah terlebih dahulu.```

*FIQH HADITS :*

Mendahulukan sholat hari raya ke atas khutbah. Ini merupakan pendapat para ulama karena mengikuti Sunnah Nabi (s.a.w) dan dua orang khalifah sesudahnya.

Tetapi mereka berselisih pendapat mengenai khutbah yang dilakukan sebelum
sholat hari raya. Mazhab al-Syafi’i dan mazhab Hanbali menegaskan khutbah tidak dianggap dan harus diulang lagi sesudah mengerjakan sholat.

Mazhab Hanafi mengatakan bahwa khutbah sudah dianggap sah, tetapi itu dimakruhkan.

Mazhab Maliki mengatakan bahwa khutbah dianggap sah, dan mengulanginya
sesudah sholat merupakan sesuatu yang dianjurkan. Menurut pendapat yang lain di
sisi mereka, mengulangi khutbah merupakan sesuatu yang disunnatkan.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..
[06/04 9:00 PM] Musthofa AB: *السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

*《JILID II (DUA)》*

_*BAB SHOLAT HARI RAYA IDUL FITRI DAN IDUL ADLHA*_

*HADITS KE 52 :*

*وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: ( أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم صَلَّى يَوْمَ الْعِيدِ رَكْعَتَيْنِ, لَمْ يُصَلِّ قَبْلَهَا وَلَا بَعْدَهَا )  أَخْرَجَهُ السَّبْعَةُ*

_Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sholat pada hari raya dua rakaat, beliau tidak melakukan sholat sebelum dan setelahnya. Dikeluarkan oleh Imam Tujuh._

*MAKNA HADITS :*

```Sholat sunat pada hari raya disyariatkan sebagai tanda syukur kepada Allah (s.w.t)
di atas semua nikmat yang telah dilimpahkan kepada hamba-hamba-Nya berupa
hidayah dan taufik hingga dapat menyempurnakan ibadah puasa pada hari raya idul fitri dan dapat menunaikan manasik haji pada hari raya idul adha.

Sholat hari raya berjumlah dua rakaat dengan tujuan memberi keringanan kepada umat manusia dan dilakukan sebelum dua khutbah karena kaum wanita dan anak-anak turut hadir di situ. Barang siapa yang hendak menghadiri dua khutbah, maka dia dibolehkan terus duduk dan barang siapa yang tidak ingin menyaksikannya, maka dia boleh terus pergi. Sholat hari raya adalah solat jahriyyah (yang bacaan ayatnya dengan suara kuat), meskipun ia termasuk sholat yang dikerjakan pada waktu siang hari, karena dengan ini diharapkan seluruh makmum dapat menikmati sekaligus merenungi bacaan Al-Qur’an.

Ulama bersepakat bahwa sholat hari raya itu terdiri daripada dua rakaat bagi orang yang menghadirinya di tempat sholat sejak mulai bersama imam. Barang siapa ketinggalan menurut pendapat Imam Ahmad, maka hendaklah dia melakukannya empat rakaat. Menurut Imam Abu Hanifah, seseorang itu
dibolehkan memilih antara dua rakaat atau empat rakaat. Sholat hari raya hukumnya sunat mu’akkad menurut pendapat jumhur
ulama. Sedangkan menurut Imam Abu Hanifah wajib, karena ada perintah untuk
mengerjakannya. Apabila melakukan sholat hari raya, maka tidak dibolehkan melakukan sholat sunat yang lain, baik sebelum ataupun sesudahnya agar masyarakat awam
tidak menyangka bahwa sholat hari raya adalah wajib di samping Nabi (s.a.w)
tidak pernah melakukan sholat sunat yang lainnya, baik sebelum ataupun
sesudahnya dan tidak pula memerintahkannya. Ini menunjukkan bahwa
mengerjakan sholat sunat yang lain tidak disyariatkan, tetapi dibenarkan apabila seseorang telah pulang ke rumahnya, lalu dia mengerjakan sholat sunat di dalam
rumahnya.```

*FIQH HADITS :*

1. Menjelaskan jumlah rakaat sholat hari raya, yaitu sebanyak dua rakaat.

2. Tidak disyariatkan melakukan sholat sunat yang lain, baik sebelum ataupun sesudah sholat hari raya. Imam Ahmad mengatakan bahwa makruh melakukan sholat sunat sebelum dan sesudahnya. Imam al-Syaf’ii mengatakan bahwa orang lain selain imam boleh melakukan sholat sunat, baik sebelum ataupun sesudahnya, tetapi bagi
imam itu dimakruhkan karena berdalilkan dengan hadis ini.

Mazhab Hanafi mengatakan bahwa makruh mengerjakan sholat sunat
yang lain sebelum dan sesudah sholat hari raya apabila itu dilakukan di tempat sholat hari raya. Jika melakukan sholat sebelum itu di dalam rumah, maka hukumnya dimakruhkan. Mereka mengatakan bahwa melakukan sholat sesudahnya di dalam rumah hukumnya tidak dimakruhkan, karena
berdalilkan dengan hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Majah yang akan dijelaskan dalam hadis no. 54.

Mazhab Maliki membeakan antara masjid dengan tempat sholat. Menurut mereka, makmum makruh mengerjakan sholat sunat di tempat sholat sebelum sholat hari raya, demikian pula sesudahnya, karena berdalilkan dengan hadis ini. Tetapi jika makmum mengerjakan sunat yang selainnya itu di dalam masjid, karena hujan dan lain-lain sebagainya, maka dia boleh mengerjakan sholat sunat sebelum sholat hari raya, yaitu sholat tahyatal masjid dan dibolehkan pula sesudahnya, karena tidak ada larangan mengenainya. Adapun bagi imam, maka hukumnya makruh secara mutlak tanpa ada perbedaan antara masjid dengan tempat sholat di tengah lapangan.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..
[12/04 8:46 AM] Musthofa AB: *السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

*《JILID II (DUA)》*

_*BAB SHOLAT HARI RAYA IDUL FITRI DAN IDUL ADLHA*_

*HADITS KE 53 :*

*وَعَنْهُ: ( أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم صَلَّى الْعِيدَ بِلَا أَذَانٍ, وَلَا إِقَامَةٍ )  أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ. وَأَصْلُهُ فِي الْبُخَارِيِّ*

Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sholat hari raya tanpa adzan dan qomat. Dikeluarkan oleh Abu Dawud dan asalnya dalam riwayat Bukhari.

*MAKNA HADITS :*

```Oleh kerana hukum sholat hari raya adalah sunat mu’akkad, maka tidak disyariatkan
adzan dan iqamah, karena adzan dan iqamah hanya khusus bagi sholat fardhu.
Mengumandangkan adzan untuk mengerjakan sholat hari raya adalah bi’dah dan orang yang pertama berbuat demikian adalah Mu’awiyah ibn Abu Sufyan.
Juru adzan untuk sholat hari raya dianjurkan mengumandangkan:

الصلاة جامعة

(Kerjakanlah sholat dengan berjemaah) karena berdalilkan kepada hadis Muslim dan
diperkuat oleh qiyas ke atas sholat gerhana yang semua itu telah ditetapkan.```

*FIQH HADITS :*

1. Tidak disyariatkan mengumandangkan adzan dan iqamah untuk mengerjakan sholat dua hari raya.

2. Kaum wanita boleh keluar menuju ke tempat sholat.

3. Pada hari raya imam disunatkan menasehati kaum wanita dan menganjurkan
mereka untuk bersedekah dan lain-lain sebagainya.

4. Boleh meminta sedekah untuk orang yang memerlukannya.

5. Wanita boleh menyedekahkan hartanya tanpa perlu meminta kebenaran suaminya.

6. Kaum wanita pada zaman Rasulullah (s.a.w) senantiasa bersegera mengeluarkan sedekah dari harta milik mereka meskipun itu adalah harta kesayangan mereka seperti perhiasan yang sedang mereka pakai.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..
[14/04 5:48 AM] Musthofa AB: *السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

*《JILID II (DUA)》*

_*BAB SHOLAT HARI RAYA IDUL FITRI DAN IDUL ADLHA*_

*HADITS KE 54 :*

*وَعَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ: ( كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لَا يُصَلِّي قَبْلَ الْعِيدِ شَيْئًا, فَإِذَا رَجَعَ إِلَى مَنْزِلِهِ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ )  رَوَاهُ اِبْنُ مَاجَهْ بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ*

_Dari Abu Said Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tidak melakukan sholat apapun sebelum sholat hari raya, bila beliau kembali ke rumahnya beliau sholat dua rakaat. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dengan sanad hasan._

*MAKNA HADITS :*

```Jika ada dua hadis yang maknanya secara dzahir saling bertentangan, maka
pemahaman keduanya mestilah digabungkan. Dalam hadis sebelum ini telah
disebutkan bahwa tidak ada sholat (sunat) pada hari raya (yakni sholat sunat hari
raya), baik sebelum ataupun sesudahnya, sedangkan hadis ini menunjukkan
bahwa disyariatkan mengerjakan sholat sunat dua rakaat sesudahnya. Jika kedua hadis ini digabungkan, maka berarti penafian ini ditujukan kepada tempat sholat, sedangkan penetapan ditujukan kepada pelaksanaannya di dalam rumah.
Dengan ini diharapkan tidak ada lagi perbedaan pemahaman diantara kedua hadis ini.```

*FIQH HADITS :*

1. Tidak disunatkan mengerjakan sholat sunat sebelum mengerjakan sholat hari
raya.

2. Disyariatkan mengerjakan sholat dua rakaat di rumah setelah kembali pulang
dari melaksanakan sholat hari raya.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..
[16/04 8:14 AM] Musthofa AB: *السلام عليكم ورحمة الله وبركاته*

*بسم الله الرحمن الرحيم*

*KAJIAN KITAB IBANAH AL-AHKAM KARYA ASSAYYID ALAWI BIN ABBAS AL-MALIKI*

*《JILID II (DUA)》*

_*BAB SHOLAT HARI RAYA IDUL FITRI DAN IDUL ADLHA*_

*HADITS KE 55 :*

*وَعَنْهُ قَالَ: ( كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَالْأَضْحَى إِلَى الْمُصَلَّى, وَأَوَّلُ شَيْءٍ يَبْدَأُ بِهِ الصَّلَاةُ, ثُمَّ يَنْصَرِفُ فَيَقُومُ مُقَابِلَ النَّاسِ -وَالنَّاسُ عَلَى صُفُوفِهِمْ- فَيَعِظُهُمْ وَيَأْمُرُهُمْ )  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ*

_Dari Abu Said Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam keluar pada hari raya Fithri dan Adlha ke tempat sholat, sesuatu yang beliau dahulukan adalah sholat, kemudian beliau berpaling dan berdiri menghadap orang-orang, orang-orang masih tetap pada shafnya, lalu beliau memberikan nasehat dan perintah kepada mereka. Muttafaq Alaihi._

*MAKNA HADITS :*

```Apa yang dikerjakan oleh Nabi (s.a.w) ketika hari raya adalah keluar menuju tempat sholat dan mengerjakan sholat hari raya sebelum khutbah. Ketika berkhutbah, beliau
menghadapkan wajahnya ke arah kaum muslimin. Apa yang disampaikannya di
dalam khutbah adalah nasehat, petunjuk, peringatan dan larangan. Baginda tidak
melakukan sholat sunnat, baik sebelum ataupun sesudahnya. Demikianlah
Sunnah yang dilakukan oleh Nabi (s.a.w).```

*FIQH HADITS :*

1. Disyariatkan keluar menuju tempat sholat untuk mengerjakan sholat hari raya.

2. Mendahulukan sholat hari raya sebelum berkhutbah.

3. Tidak ada mimbar di tempat sholat karena sholat hari raya dilakukan di luar masjid.

4. Khutbah mengandung perintah melakukan amal kebaikan dan nasehat.

```Wallahu a'lam bisshowab..```

_*Demikian Kajian Hadits untuk hari ini.*_

Semoga bermanfaat. Aamiin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar